Model literasi informasi PENDAHULUAN

15 Menurut Prasetiawan 2011, 3 manfaat dari literasi informasi antara lain: 1. Literasi informasi membekali individu dengan ketrampilan untuk pembelajaran seumur hidup lifelong learning 2. Literasi informasi tidak sekedar mengetahui cara menggunakan komputer internet 3. Literasi informasi membantu pengguna memanfaatkan informasi relevan sebagai sarana decision making pengambilan keputusan 4. Literasi informasi memungkinkan untuk mengkritisi daya guna informasi 5. Literasi informasi mendorong kita untuk berpikir kritis dan kreatif critical creative thinking Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa di era globalisasi informasi, literasi informasi bermanfaat bagi setiap individu, baik pelajar, masyarakat, maupun pekerja. Literasi informasi yang dimiliki setiap individu akan membekali keterampilan untuk pembelajaran seumur hidup dengan mengetahui penggunaan teknologi informasi sehingga memungkinkan terciptanya sebuah pengetahuan baru dan membantu seseorang dalam mengambil keputusan- keputusan dengan berpikir secara kritis dan kreatif ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan agar mampu bertahan dalam persaingan.

2.4. Model literasi informasi

Literasi informasi selalu berkembang dengan memunculkan berbagai jenis model literasi informasi yang dapat diterapkan pada pelajar, masyarakat umum, dan pegawai kantoran. Beberapa model literasi informasi yang sudah banyak diterapkan, yaitu: 16 1. Seven Pillars model SCONUL Standing Conference of National and University Libraries di Inggris mengembangkan model konseptual yang disebut Seven Pillars of Information Literacy. Gambar 2.1. Model Seven Pillar terdari 2 himpunan keterampilan dan 7 pilar Keterampilan dasar literasi informasi pilar 1 sampai 4 merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Keterampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya meSedangkani penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya meSedangkani program dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk mencapai pilar 5 sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena keanekaragaman orang. Model Seven Pillar terdiri dari 2 himpunan keterampilan dan 7 pilar, yaitu: 1 Kemampuan untuk mengenali informasi yang dibutuhkan 2 Kemampuan untuk membedakan cara mengatasi kesenjangan informasi a. Pengetahuan tentang sumber-sumber informasi yang tepat, baik tercetak maupun dan tidak tercetak b. Memilih sumber-sumber dengan tepat untuk menangani tugas yang sedang dikerjakan Information Literacy R ecogn is e i n for m at ion n eed D is ti n gu is h w ays of ad d re ss in g gap C on st ru ct s tra tegi es of l oc at in g L oc at e an d ac ces s C om p ar e an d e val u at e S yn th es is e an d creat e O rgan is e, ap p ly an d c om m u n ic at e N o v ic e A cv a n ce d b e gi n n e r C o m p e te n t P ro fi ci e n t E x p e rt Ketermpilan dasar perpustakaan Keterampilan teknologi informasi 17 c. Kemampuan untuk memahami isu-isu yang memengaruhi kemampuan mengakses sumber-sumber 3 Kemampuan membangun strategi untuk menemukan informasi a. Memahami informasi yang dibutuhkan hingga sesuai dengan sumbernya b. Mengembangkan metode sistematis yang sesuai untuk kebutuhannya c. memahami prinsip-prinsip pembuatan dan pengembangan pangkalan data 4 Kemampuan menemukan dan mengakses informasi a. Memahami informasi yang dibutuhkan hingga sesuai dengan sumbernya b. Mengembangkan metode sistematis yang sesuai untuk kebutuhannya c. Memahami prinsip-prinsip pembuatan dan pengembangan pangkalan data 5 Kemapuan untuk membandingkan dan mengevaluasi informasi yang a. Dihasilkan dari sumber-sumber yang berbeda b. Mengetahui isu bias dan kewenangan c. Mengetahui proses kajian sejawat penerbitan ilmiah d. Mengetahui proses pemilihan yang tepat akan informasi yang dibutuhkan 6 Kemampuan mengorganisir, menggunakan dan mengomunikasikan informasi kepada yang orang lain dengan cara yang tepat sesuai situasi a. Menyitir rujukan bibliografi dalam laporan akhir dan tesis b. Membangun sistem bibliografi c. Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi d. Mengkomunikasikan secara efektif dengan menggunakan media yang sesuai e. Memahami isu-isu hak cipta dan plagiarism 7 Kemampuan menggabungkan dan membangun informasi yang ada, sebagai masukan untuk menciptakan pengetahuan baru Bainton 2001, 5- 6 2. Bruce’s Seven faces of information literacy Bruce menggunakan pendekatan informasi terhadap literasi informasi. Ada tiga strategi yang diusulkannya yaitu : 1 Ancangan perilaku behaviourist approach, menyatakan untuk dapat digambarkan sebagai melek informasi, seseorang harus menunjukkan karakteristik tertentu serta mendemonstrasikan ketrampilan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan semacam itu dianut oleh ACRL dalam standarnya. 2 Ancangan konstrukvis constructivist approach, tekanan pada pembelajar dalam mengkonstruksi gambaran domainnya, misalnya meSedangkani pembelajaran berbasis persoalan, 18 3 Ancangan relasional, dimulai dengan menggambarkan fenomena dalam bahasa dari yang telah dialami seseorang. Adapun 7 wajah literasi informasi digambarkkan dalam Tabel sebagai berikut : Table 2.1 Seven faces of information literacy Kategori satu : Konsepsi teknologi informasi Literasi informasi dilihat sebagai penggunaan teknologi informasi untuk keperluan temubalik informasi serta komunikasi Kategori dua : Konsepsi sumber ke informasi Literasi informasi dilihat sebagai menemukan informasi yang berada di sumber informasi Kategori tiga : Konsepsi proses informasi Literasi informasi diihat sebagai melaksanakan sebuah proses Kategori empat : Konsepsi pengendalian informasi Literasi informasi diihat sebagai pengendalian informasi Kategori lima : Konsepsi kontruksi pengetahuan Literasi informasi diihat sebagai pembuatan basis pengetahuan pribadi pada bidang baru yang diminatinya Kategori enam : Konsepsi perluasan pengetahuan Literasi informasi diihat sebagai berkarya dengan pengetahuan dan perspektif pribadi yang dipakai sedemikian rupa sehingga mencapai wawasan baru Kategori tujuh : Konsepsi kearifan Literasi informasi diihat sebagai menggunakan informasi secara bijak agar tidak merugikan orang lain 3. Kuhlthau Information Seeking Dikembangkan oleh Carol Kuhlthau yaitu seorang Profesor dibidang ilmu perpustakaan dan informasi pada University of New Jesery. Pada jenis model ini menunjukkan bagaimana proses setiap penelitian dan bagaimana mengembangkan setiap tahap. Menurut Kuhlthau ada beberapa keterampilan yaitu: a. Initiation b. Selection c. Exploration d. Formulation e. Collection f. Search Model Kuhlthau terdiri dari enam keterampilan meliputi mempersiapkan topik yang akan dicari menyeleksi informasi yang diperoleh eksplorasi yaitu memilih sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan formulasi kebutuhan informasi mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik dan terakhir melakukan penelusuran informasi Kuhlthau 2004, 90. 19 4. McKinsey Model Model McKinsey merupakan pengembangan lebih lanjut dari model literasi informasi yang telah ada sebelumnya. Dimulai dari kebutuhan bisnis, namun karena diadaptasikan untuk literasi informasi, maka dimulai dengan kebutuhan informasi. Kebutuhan ini muncul dari masalah bisnis atau masalah penelitian, studi kasus ataupun tugas kuliah. Mahasiswa pascasarjana bisnis graduate business students memerlukan 10 ketrampilan untuk melakukan penelitian pada abad informasi ini. Adapun kesepuluh ketrampilan itu ialah : a. Fokus pada topik persempit topikperluas ruang lingkup b. Bekerja dalam urutan kronologis terbalik, pertama kali menelusur informasi terbaru c. Memahami signifikansi terminologi dan tentukan tajuk subjek yang benar d. Menganekaragamkan sumber gunakan buku, majalah, situs internet, dll e. Gunakan strategi Boolean AND,OR,NOT pada penelusuran komputer f. Gandakan sumber sampai tiga kali identifikasi sebanyak tiga kali rujukan dari yang diperluk g. Evaluasi secara kritis materi yang ditemubalik; harus memiliki kecurigaan pada sumber yang berasal dari Web; h. Asimilasikan informasi; jangan plagiat, masukkan gagasan sendiri ke dalam topik penelitian i. Sitir semua sumber Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya ialah analisis masalah Oleh McKinsey disebut perangkaan masalah atau mendefinisikan batas masalah kemudian memecahnya menjadi unsur komponen untuk sampai ke hipotesis awal sebagai pemecahan. Langkah berikutnya disain analisis, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, terutama dengan fact finding serta wawancara, Berikutnya menafsirkan hasil, analisis serta evaluasi untuk menguji hipotesis. Langkah paling akhir dalam model McKinesy ialah penyajian akhir Sulistyo- Basuki 2013. Berdasarkan uraian di atas model Seven Pillars, Bruce’s Seven faces of information literacy, Kuhlthau Information Seeking dan McKinsey merupakan model literasi informasi yang disusun dari tahapan penggunaan informasi dan banyak digunakan untuk memecahkan suatu masalah, setiap tahapan membutuhkan keterampilan spesifik. Setiap keterampilan mengajarkan proses 20 penelitian dan pengembangan setiap tahapan sehingga diperoleh kemampuan menciptakan informasi, dan menilai informasi. Dari penelitian sebelumnya tentang perbandingan model literasi informasi untuk pendidikan tinggi diketahui bahwa empat model tersebut dapat memenuhi standar literasi informasi bagi pendidikan tinggi yang sesuai dengan Psychology Information Literacy Standards berdasarkan ACRL.

2.5. Elemen Literasi Informasi