berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang besar akan menjadi kurang efektif daripada
perusahaan yang jumlah dewan direksinya kecil. Hal ini terjadi karena jumlah dewan direksi yang besar akan
memperbesar permasalahan agensi. Semakin banyak jumlah dewan direksi maka akan semakin banyak pihak yang berkepentingan dan
meningkatkan masalah agensi sehingga akhirnya akan menyebabkan kinerja perusahaan semakin rendah.
5. Pergantian Chief Executive Officer
a. Definisi Pergantian Chief Executive Officer
Merupakan eksekutif yang berada di puncak perusahaan dan yang bertanggung jawab dalam kelangsungan hidup serta keberhasilan
perusahaan. Di Indonesia pengaturan terhadap direktur CEO terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40
Tahun 2007 Bab VII mengatur fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi.
b. Pergantian Chief Executive Officer
Dalam pergantian CEO terjadinya banyak hal dikarenakan bisa dikarenakan faktor usia, restukturisasi, serta kurang kemampuan,
kesalahan yang fatal yang sehingga perusahaan bisa saja mengalami high risk seperti, Jika suatu kinerja CEO tidak mampu memberi arahan baik
strategi, keputusan yang tepat dalam pelaksanaan yang tidak efektif, dan 40
mengakibatkan kerugian bahkan terj-adinya kegagalan kegagalan dalam menanggapi perubahan pasar dan kurang dapat mengendalikan operasi,
ataupun kesalahan profesi tersebut yang dapat mengarah kepada pemecatannya, maka profesi CEO dapat dicabutdikeluarkan oleh
perusahaan tersebut.
Pada penelitian terdahulu, kompensasi digunakan sebagai anteseden sebuah pergantian CEO secara sukarela, seperti di dalam
studi Hadlock and Lumer 1997 dan Takahashi 2006. Hadlock and Lumer 1997 menyatakan bahwa kompensasi memiliki kekuatan
penting selama periode pengujian yang telah mereka lakukan. Kompensasi yang diberikan dengan menggunakan basis kinerja pay for
performance pada akhirnya akan menentukan keinginan CEO untuk bertahan dan loyal terhadap perusahaan atau meninggalkan perusahaan,
seiring dengan keyakinan CEO bahwa dia memiliki peluang untuk memperoleh kompensasi yang lebih baik di pasar tenaga kerja.
c. Teori pergantian Chief Executive Officer
Dalam Adiasih 2011:70 terdapat teori mengenai pergantian CEO
yakni :
1 Pergantian CEO rutin Pergantian CEO rutin didefinisikan sebagai proses yang terencana,
yang diketahui oleh CEO yang akan berhenti dari jabatannya dan
41
CEO baru yang akan menggantikan Wells 2002. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pergantian ini sudah diantisipasi, baik
oleh CEO lama maupun CEO pengganti.
Wells 2002:169 selanjutnya mengemukakan pada pergantian CEO rutin, CEO yang berhenti dan CEO yang akan menjabat biasanya
sudah saling mengenal satu dengan yang lain dan mereka sudah memiliki tujuan yang sama. Salah satu contoh pergantian CEO rutin
adalah saat CEO lama berhenti dari jabatannya dan menjabat sebagai anggota dewan komisaris, sementara CEO baru direkrut dari
kalangan internal perusahaan. Konsekuensi dari relasi ini adalah CEO yang baru mungkin akan melakukan manajemen laba sehingga
memberikan atribut yang baik bagi pendahulunya 2 Pergantian CEO non rutin
Pergantian CEO non rutin dideskripsikan sebagai tindakan yang relatif tidak direncanakan dan perusahaan memiliki waktu yang
sedikit untuk memilih CEO pengganti yang cocok Wells 2002. Pada pergantian CEO non rutin, sedikit kemungkinan bahwa CEO
pengganti adalah orang dalam perusahaan dan CEO yang dihentikan masuk dalam dewan komisaris. Contoh situasi pergantian CEO non
rutin adalah CEO dipecat dari jabatannya karena kinerjanya yang buruk, atau karena CEO tertangkap tangan melakukan manajemen
laba. Ketika CEO lama ini dipecat, perusahaan akan merekrut CEO
42
baru ada kemungkinan berasal dari luar perusahaan dalam waktu yang relatif singkat.
Menurut Trisnantari 2010:15 Perubahan kepemilikan suatu
perusahaan kemungkinan akan diikuti dengan redefinisi misi, visi, dan strategi bisnis, sehingga menuntut adanya restrukturisasi organisasi yang
sesuai dengan formulasi misi, visi, dan strategi yang baru tersebut. Biasanya, restrukturisasi organisasi akan diikuti dengan pergantian CEO.
Penggantian ini seharusnya mampu memicu peningkatan kinerja perusahaan tersebut.
Prediksi ini diperkuat oleh temuan empiris Lopez-de-Silanes 1997 dalam Trisnantari 2010:15, yang mengakui bahwa manajemen BUMN
yang existing kemungkinan mengalami kesenjangan kompetensi dalam memimpin BUMN yang barudiprivatisasi untuk membawa BUMN-nya
berkompetisi di pasar. Lopez-de-Silanes 1997 juga menemukan adanya pengaruh positif pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan BUMN
yang diprivatisasi. Penelitian secara empiris yang dilakukan oleh Kato dan Long
2005 terhadap perusahaan-perusahaan di China pada tahun 1998-2002 menemukan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat secara signifikan
setelah dilakukan penggantian CEO, selain itu adanya penunjukkan direktur independen juga dapat meningkatkan pergantian dan sensitivitas
kinerja. Kato dan Long 2005 juga menyatakan bahwa kehadiran
43
pemegang saham sebagai controller membuat pergantian CEO lebih sensitif terhadap perusahaan
Salah satu perusahaan perbankan di Indonesia mencatat keberhasilan dalam pergantian CEO yang mana setelah dilakukan
pergantian CEO, kinerja perusahaan meningkat secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan laba bersih yang meningkat 16,8 dari
periode yang sama di tahun 2008. Adanya perubahan kepemimpinan terutama dalam hal strategi bisnis mengindikasikan bahwa kehadiran CEO
diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Namun hal berbeda dialami oleh perusahaan lainnya yang mana setelah melakukan pergantian
CEO, perusahaannya tidak berkembang dengan baik, malah cenderung naik turun ditinjau dari kinerja perusahaannya.
6. Kinerja Perusahaan