Good Corporate Governance Pengaruh Value Added Intellectual Capital, Good Corporate Governance Dan Pergantian Ceo Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia P

4. Good Corporate Governance

Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam FCGI, 2006:1 mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholder”. OECD Organization for Economic Cooperation and Development mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs.By doing this, it also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”. 26 Artinya corporate governance adalah suatu sistem dimana perusahaan bisnis terarahkan dan terkontrol. Corporate governance mensyaratkan adanya sturktur perangkat dengan distribusi yang baik dan tanggungjawab yang berbeda atas kepentingan di dalam perusahaan seperti board, pihak manajemen perusahaan, pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan yang menghasilkan peraturan dan prosedur pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Turnbull Report di Inggris 1999 dalam Effendi 2009:1 mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risk that are significant to the fulfilment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enchancing over time the value of the shareholders investment”.2 Berdasarkan pengertian di atas, corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. Sedangkan Bank dunia World Bank dalam Effendi 2009:1 mendefinisikan Good Corporate Governance GCG sebagai kumpulan 27 hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Berdasarkan definisi di atas, pengertian good corporate governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata kelola yang baik, adil dan transparan guna menciptakan nilai tambah value added bagi semua pemangku kepentingan dan terkait dalam perusahaan stakeholders. Pihak-pihak terkait yang dimaksud terdiri dari pihak internal yang bertugas mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur dan lain-lain. Agar terciptanya tata kelola yang baik, harus terdapat hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak untuk mencapai tujuan perusahaan serta pengawasan atas kinerja yang dipertanggungjawabkan dan dilakukan secara efisien.

a. Sejarah Pedoman Good Corporate Governance

Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP31M.EKUIN081999 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance GCG yang pertama. Pedoman tersebut 28 telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG. Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia KNKG, 2006:1. Sejak pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan dalam bab tersendiri KNKG, 2006:1. Di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam penerapan GCG. Organisation for Economic Co-operation and Development OECD telah merevisi Principles of Corporate Governance pada tahun 2004. 29 Tambahan penting dalam pedoman baru OECD adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan masyarakat untuk dapat dilaksanakannya GCG secara efektif. Peristiwa WorldCom dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan fundamental peraturan perundang- undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara lain dalam bentuk penyempurnaan pedoman GCG di negara yang bersangkutan. Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari perlunya penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP49M.EKON112004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP.31M.EKUIN062000 yang juga mencabut keputusan No. KEP.10M.EKUIN081999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi KNKG, 2006:1. 30 Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan syariah. Pedoman GCG ini, yang memuat prinsip dasar dan pedoman pelaksanaan GCG, merupakan standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat manual operasional KNKG, 2006:2.

b. Prinsip Good Corporate Governance

Menurut Kaihatu 2006:2 secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance, yaitu: 1 Transparancy Keterbukaan informasi Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2 Accountability Akuntabilitas Prinsip ini memuat kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung- jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3 Responsibility Pertanggungan-jawaban Prinsip ini menuntut kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 31 4 Independency Kemandirian Prinsip ini menuntut suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan, perundangan- undangan yang berlaku serta prinsip korporasi yang sehat. 5 Fairness Kesetaraan dan kewajaran Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Nilai-nilai dan etika profesi menjadi dasar penerapan governance sebagai motivasi perilaku professional yang efektif. Jika dibentuk melalui pembiasan-pembiasan yang terkandung pada suatu budaya organisasi. Keberhasilan implementasi good govenance banyak ditentukan oleh itikad baik ataupun komitmen organisasi umtuk sungguh-sungguh mengimplementasikannya.

c. Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan Good Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijkan Governance KNKG, 2006:7 terdiri lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, reponsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. 32 2 Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham. 3 Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 4 Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5 Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dangan memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6 Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Dalam menerapkan nilai-nilai tata kelola perusahaan, perseroan menggunakan pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang kuat, maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar internasional. Guna memastikan bahwa tata kelola 33 perusahaan diterapkan secara konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan menyusun berbagai acuan sebagai pedoman bagi seluruh karyawan.

d. Mekanisme Good Corporate Governance

Untuk dapat mencapai Good Corporate Governance GCG, maka diperlukan suatu cara atau mekanisme. Mekanisme corporate governance adalah cara yang dilakukan atau diterapkan perusahaan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Sebuah mekanisme. Menurut Bainer et al dalam Wulandari 2006:5 indikator mekanisme internal terdiri dari jumlah dewan direktur, proporsi dewan komisaris independen, dan dept equity sedangkan indikator mekanisme eksternal terdiri dari institutional ownership. Kedua mekanisme corporate governance ini diharapkan dapat memastikan tindakan pihak manajemen untuk bertindak bagi kepentingan shareholders terutama pemegang saham minoritas Che Haat et al,2008 dalam Haryani, 2011:4. Menurut Trisnantari 2010, pengukuran mekanisme GCG adalah sebagai berikut: 1 Proporsi Komisaris Independen Adanya unsur komisaris independen dalam struktur organisasi perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan berfungsi untuk menyeimbangkan dalam 34 proses pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Menurut UU No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya 1 satu orang atau lebih Komisaris Independen. Komisaris independen UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan dalam Terius dan Cristiawan 2015:3 Istilah dan keberadaan komisaris independen baru muncul setelah terbitnya Surat Edaran Bapepam Nomor: SE03PM2000 dan Peraturan Pencatatan Efek Nomor 339BEJ07-2001 tanggal 21 Juli 2001. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di Bursa wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai komisaris independen yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30 dari seluruh jumlah anggota komisaris, perlunya dibentuk komite audit serta keharusan perusahaan memiliki sekretaris perusahaan. Istilah independen pada komisaris independen bukan menunjukkan bahwa komisaris lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen minoritas dan juga sebagai wakil dari kepentingan investor Surya dan Yustiavandana, 2008:4. 35 Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan KNKG, 2006:3. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan dangan good governance. Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG, peran komisaris independen sangat diperlukan Juniarti dan Sentosa, 2009:90. Adanya unsur komisaris independen dalam struktur organisasi perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan berfungsi untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Vafeas 2000 dalam Juniarti dan Sentosa 2009:90 mengatakan peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Boediono 2005:4 yang menyatakan bahwa “komposisi dewan komisaris independen memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari 36 kecurangan laporan keuangan melalui peranan dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan”. 2 Kepemilkan Institutional Kepemilikan Institutional juga merupakan perwujudan dari prinsip GCG dengan Kepemilikan Institutional diluar perusahaan dalam jumlah signifikanakan menyebabkan pihak luar perusahaan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen, Bagi manajemen, pengawasan oleh pihak luar mendorong mereka untuk menunjukan kinerja yang lebih baik, dan melakukan pengelolaan secara transparan Juniarti dan Santosa 2009:89. Shleifer dan Vishny 1997:88-89 menyatakan bahwa investor institutional memiliki peranan yang penting dalam menciptakan sistem GCG yang baik dalam suatu perusahaan, dimana mereka dapat secara independen mengawasi tindakan manajemen dan memiliki voting power untuk mengadakan perubahan pada saat manajemen sudah dianggap tidak efektif lagi dalam mengelola perusahaan. Wahyudi dan Parwestri 2006:112 menyatakan struktur kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan memiliki 37 kinerja yang lebih baik karena terhindar dari kerugian yang disebabkan oleh agency cost. Menurut Nuraina 2012:113 investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen Boediono, 2005: Semakin besar prosentase saham yang dimiliki investor institusional akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. 3 Dewan Direksi Dewan Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan 38 serta mewakili perseroan, baik dalam maupun luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar UU No. 40 Tahun 2007:2. Agar Pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, salah satu prinsip yang perlu dipenuhi adalah komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, cepat dan dapat bertindak independen Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006:238. Mahmoud 2006:106 menyatakan bahwa dewan direksi perusahaan yang melakukan pemantauan perusahaan dengan baik yang ditujukan untuk membentuk dan mencapai tujuan perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan adanya dewan direksi yang mewakili masing-masing departemen akan melakukan pemantauan yang lebih fokus terhadap kinerja departemennya. S. Beiner et al. 2003, dalam Wulandari 2006:5 menegaskan bahwa Dewan direktur merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan permasalahan agensi, yang melekat dalam perusahaan publik. Dewan direktur bertanggung jawab pada komisaris governance perusahaan mereka Adrian Cadbury dalam Cadbury Committee, 1992. Hermalin dan Weisbach 2003 dalam S.Beiner et al. 2003 dalam Wulandari 2006 : 5 juga menyimpulkan bahwa jumlah dewan direktur termasuk dalam mekanisme corporate governance dan 39 berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang besar akan menjadi kurang efektif daripada perusahaan yang jumlah dewan direksinya kecil. Hal ini terjadi karena jumlah dewan direksi yang besar akan memperbesar permasalahan agensi. Semakin banyak jumlah dewan direksi maka akan semakin banyak pihak yang berkepentingan dan meningkatkan masalah agensi sehingga akhirnya akan menyebabkan kinerja perusahaan semakin rendah.

5. Pergantian Chief Executive Officer

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 93

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010

2 60 84

Pengaruh Kualitas Implementasi Good Corporate Governace Terhadap Praktek Manajemen Laba Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 22 80

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 53 95

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 96

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variable Permoderasi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013

1 69 88

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010

0 0 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2010

0 1 11

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)

0 0 16