b. Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen Imam Ghozali, 2011:98. Menurut Imam Ghozali 2011:98 jika nilai statistik t hitung lebih
tinggi dibandingkan t tabel, maka H ditolak atau H
a
diterima menyatakan bahwa semua variabel independen secara individual dan
mempengaruhi variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel sebagai berikut dengan operasional dan cara pengukurannya, antara lain:
1. Intellectual Capital X
1
Definisi intellectual capital merupakan sebuah metode yang diciptakan oleh public 2005 untuk membantu mempresentasikan dan
menghitung informasi tentang value creation dari aset berwujud tangible asset dan aset tidak berwujud intangible asset perusahaan dalam Sirapanji
2015:47. Sumber daya yang dihasilkan dari human capital, structural
capital serta customer capital dan pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di
masa mendatang bagi perusahaan. Modal intelektual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
modal intelektual yang diukur berdasarkan pengukuran dari model value added yang diproksikan dari physical capital VACA, human capital
66
VAHU, dan structural capital STVA. Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC
TM
yang dikembangkan oleh Pulic 1998;1999;2000 dalam Lestari 2015:95. Formulasi dari
perhitungan VAIC
TM
adalah sebagai berikut, yaitu:
VAIC
TM
= VACA + VAHU + STVA
Keterangan:
VAIC
TM
: Value added intellectual capital
VACA : Value added capital coefficient
VAHU : Value added human capital
STVA : Value added structural capital
2. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika professional dalam berusaha atau
berkarya, yang bertujuan untuk menciptakan keunggulan manajemen kinerja yang baik pada perusahaan bisnis ataupun perusahaan jasa, serta lembaga
baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktifitas usaha. Adapun indikator yang diambil peneliti dalam pengukuran good
corporate governance yaitu sebagai berikut:
a. Proporsi Komisaris Independen X
2
Dewan komisaris independen adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dewan komisaris tidak boleh
turut serta dalam pengambilan keputusan operasional. Kedudukan 67
masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama adalah sebagai primus inter pres
adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris KNKG, 2006:13. Komisaris independen yang diukur dengan persentase jumlah
komisaris independen terhadap total dewan komisaris Juniarti dan Sentosa, 2009:94. Dirumuskan sebagai berikut:
P. Komisaris Independen = Jumlah komisaris independen Total anggota komisaris
b. Kepemilikan Institutional X
3
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya dalam Juniarti 2009:89. Istilah investor institusional
mengacu kepada investor yang dilengkapi dengan manajemen profesional yang melakukan investasi atas nama pihak lain, baik
sekelompok individu maupun sekelompok organisasi Brancato 1997 dalam Juniarti 2009:89.
Investor institusional memiliki kapabilitas untuk menganalisis laporan keuangan secara langsung dibandingkan investor individual.
Shleifer dan Vishny 1986 dalam Trinsnantari 2010:7 berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi
nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh
68
institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Pendapat ini didukung Barclay dan Holderness 1990, yang
menemukan pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional dalam jumlah besar terhadap nilai perusahaan.
Tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi besar juga mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Menurut Barclay dan Holderness
1990:67, semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh investor institusional, semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja
manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan institusional dalam struktur saham perusahaan sebagaimana penelitian-
penelitian terdahulu Bhojraj dan Sengupta, 2003; Robert dan Yuan, 2006; Piot dan Missonier, 2007; Juniarti dan Sentosa, 2009; Collins dan
Huang, 2010; serta Shuto dan Kitagawa, 2010. Dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional Jumlah saham yang beredar
c. Dewan Direksi X
4
Menurut Pasal 1 angka 6 UUPT, Dewan komisaris adalah “Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan
69
komisaris dengan dewan direksi.Jumlah dewan komisaris independen yang disarankan adalah 20 dari jumlah total dewan komisaris yang
berasal dari luar pemilik atau kalangan profesional. Menurut Dody 2006 dalam haryani 2011:10 Komisaris independen merupakan salah
satu mekanisme check and balance dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan kata lain komisaris independen menjalankan
fungsinya untuk mengawasi direksi yang menjalankan kegiatan perusahaan untuk dan atas nama kepentingan pemilik perusahaan.
Coller dan Gregory 1999 dalam Trisnantari, 2010:4 menyatakan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka semakin
mudah untuk mengendalikan dan memonitor kegiatan perusahaan independensi dewan komisaris diukur dengan membandingkan proporsi
jumlah komisaris independen dengan total jumlah komisaris yang ada dalam dewan komisaris Khomsiyah, 2003 dalam Haryani 2011:14.
Menurut Wulandari 2006:125 rumus dewan direksi sebagai berikut:
Dewan Direksi = Jumlah Dewan Direksi
d. Pergantian Chief Executive Officer X
5
Chef Executive Officer adalah Seorang direktur atau dewan direksi dalam jumlah direktur dalam suatu perusahaan yang dapat
dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.
70
Dalam penelitian ini pergantian CEO sebagai dummy variabel dengan nilai 1 jika ada pergantian CEO dan 0 sebaliknya. Sedangkan
data keuangan perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan setahun setelah pergantian CEO, yaitu dari tahun 2010
hingga tahun 2014.
e. Kinerja Perusahaan Y
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi
perubahan lingkungan. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja perusahaan ditentukan
ukuran penelitian pasar yaitu Tobins Q Hastuti 2006 dan Lestari 2015. Pengukuran kinerja perusahaan dengan Tobin’s Q diyakini bisa
memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan karena Tobin’s Q didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai pasar
hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar
menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor Hastuti,2006.
Tobin’s Q telah digunakan oleh Himmelberg et al. 1999, Itturiaga dan Sanz 2000, Makaryanawati 2002, Suranta 2002, Suranta dan
71
Midiastuty 2003, Suranta dan Machfoedz 2003 dalam Hastuti 2005, trisnansari 2010 dan Lestari 2015 untuk mengukur kinerja perusahaan,
yang dirumuskan sebagai berikut:
Tobins Q = QTOBIN = EMV + DEBTTA Keterangan:
Q : Kinerja Perusahaan Tobin’s Q
EMV : Nilai pasar ekuitas EMV = closing price x jumlah saham yang beredar
DEBT : Total hutang TA
: Total aset Sumber: Hastuti 2005.
72
Pada tabel 3.1, secara ringkas operasional variabel dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Pengukuran
Skala Intelectual Capital
X
1
Widarjo 2010; Ulum 2007
Intelectual capital mengunakan rumus sebagai berikut:
VAIC
TM
= VACA + VAHU + STVA
Rasio
Proporsi Komisaris Independen X
2
Sumber: Tanpajeh dan Wulandari 2006;
Juniarti dan Sentosa, 2009; dan Ningrum
2012 Komisaris independen yang diukur
dengan presentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan
komisaris. P. Komisaris I = Jumlah Komisaris
Total Anggota Komisaris
Rasio
Dewan Direksi X
3
Sumber: Tapanjeh
2006; Wulandari 2006
Dewan Direksi diukur dengan banyaknya Jumlah dewan Direksi
. Rasio
Kepemilikan Institional X
4
Trisnansari 2010; Nigrum 2012
K.Institutional = J.Saham dimiliki Institusi Keuangan
J. saham Terbitkan Rasio
Pergantian CEO X
5
Sumber: Trisnantari 2010
Proxy ini menggunakan dummy variable. yaitu dengan memberikan
nilai 1 bila adanya pergantian CEO dan nilai 0 bila tidak ada pergantian
CEO Nominal
Kinerja Perusahaan Y
Sumber: handri dan Kusuma 2015,
Juniarti dan Siregar 2009
Rumus yang digunakan untuk menghitung Kinerja Perusahaan
adalah: Tobins Q
TOBIN = EMV + DEBTTA
Rasio
73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
selama periode 2010 sampai dengan 2014. Sektor property dan real estate dipilih karena sektor ini mengalami perkembangan yang pesat di tengah
maraknya pembangunan gedung perkantoran, pusat perbelanjaan maupun tempat huni perumahan dan apartemen pada masa sekarang ini Rahman,
2013. Pemilihan Bursa Efek Indonesia BEI sebagai populasi penelitian
ini dengan alasan bahwa BEI merupakan bursa efek terbesar dan representative di Indonesia. Tahun penelitian yang dipilih dalam penelitian
ini adalah tahun 2010-2014. Periode pengamatan dilakukan selama lima tahun, sehingga peneliti dapat menganalisis dan mengamati perkembangan
perusahaan selama waktu tersebut dan dalam waktu tiga tahun kondisi perusahaan berubah baik dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal
perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan
keuangan dan laporan tahunan perusahaan periode tahun 2010-2014 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id.
74
Sampel yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun proses
seleksi sampel berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria
No. Kriteria
Jumlah
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di BEI tahun 2010-2014 45
2. Perusahaan yang laporan keuangan dan annual report
tahun 2010-2014 tidak dapat ditemukan oleh peneliti. 12
3. Perusahaan yang tidak memiliki nilai closing price
selama tahun 2010-2014 2
Jumlah perusahaan sampel
31
Tahun pengamatan tahun 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian
155 Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI selama periode 2010-2014 berjumlah 45 perusahaan. Dari 45 perusahaan property dan real estate tersebut, terdapat 12 perusahaan yang
tidak mempublikasikan laporan keuangan dan annual report 2010-2014 dengan lengkap. Kemudian terdapat 2 perusahaan yang tidak memiliki nilai
closing price selama tahun 2010 - 2014. Sehingga perusahaan property dan real estate yang dijadikan sampel adalah sebanyak 31 perusahaan.
75
Sedangkan jumlah total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 155 pengamatan.
2. Deskripsi Sampel Penelitian