sumberdaya untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas secara terus-
menerus, akan makin sulit untuk dipahami dan ditiru para pesaing.
Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva tidak berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem
informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan semakin menitikberatkan akan pentingnya knowledge
assets aset pengetahuan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara maksimal, maka perusahaan tersebut memiliki suatu
keunggulan kompetitif dan mampu untuk berdaya saing terhadap para kompetitornya. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan
pengukuran knowledge assets aset pengetahuan adalah intellectual capital IC yang pula tak kalah pentingnya.
Perusahaan harus menyadari pentingnya pengelolaan intellectual capital yang dimiliki. Apabila kinerja dari intellectual capital tersebut dapat
dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu value added yang dapat memberikan suatu karakteristik tersendiri. Sehingga
dengan adanya karakteristik tersendiri yang dimiliki, perusahaan mampu berdaya saing terhadap para kompetitornya karena mempunyai suatu
keunggulan kompetitif yang hanya dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
3. Intelectual Capital
a. Definisi Intellectual capital
Ketertarikan akan IC bermula ketika Tom Stewart, pada Juni 1991, menulis sebuah artikel “Brain Power - How Intellectual Capital Is
18
Becoming America’s Most Valuable Asset”, yang mengantar IC kepada agenda manajemen Ulum, 2009. Hingga konsep modal intelektual telah
mendapatkan perhatian besar oleh berbagai kalangan terutama para akuntan dan akademisi. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari
informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai dari cara pengidentifikasian,
pengukuran sampai dengan pengungkapan IC dalam laporan keuangan perusahaan.
Istilah Intellectual Capital IC sering diasosiasikan sebagai intellectual assets, intangible assets, atau knowledge assests.
The Society of Management Accountants of Canada SMAC
mendefinisikan IC sebagai berikut:
In balance sheet, intellectual assets are those knowledge-based items, which the company owns which prodused a future stream of
benefits for the company. IFAC, 1998 dalam Sawarjuwono, 2003. Menurut Stewart 1997 dalam Suhendah 2008:6 definisi
intellectual capital adalah sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat
ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan.
19
Tabel 2.1 Perbandingan Konsep
Intellectual Capital Menurut Beberapa Peneliti BrookingUK
Roos UK Stewart USA
Bontis Canada Human-
centered assets
Skills, abilities and expertise,
problem solving abilities and
leadership styles Human capital
Competence, attitude, and
intellectual agility
Human capital Employees are
an organization’s
Most important asset
The individual level knowledge
that each employee
possesses
Infrastructure assets
All the technologies,
process and methodologies
that enable company to
function Organizational
capital All
organizational, innovation,
processes, intellectual
property, and cultural assets
Structural capital
Knowledge embedded in
information technology
Structural capital
Non-human assets or
organizational capabilities used
to meet market requirements
Intellectual property
Know-how, trademarks and
patents Renewal and
development capital
New patents and training efforts
Structural capital
All patents, plans and
trademarks Intellectual
property Unlike, IC, IP is
a protected asset and has a legal
definition
Market assets Brands,
customers, customer loyalty
and distribution channels
Relational capital
Relationship which include
internal and external
stakeholders Customer
capital Market
information used to capture
and retain customers
Relational capital
Customer capital is only one
feature of the knowledge
embedded in organizational
relationships
Sumber: Bontis et al. 2000 Sedangkan definisi intelectual capital menurut Bontis et al. 2000
dalam Sunarsih 2011: 5 menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruksi utama dari modal intelektual, yaitu:
20
human capital HC, structural capital SC, dan customer capital CC. secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu
organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience; and attitude
tentang kehidupan dan bisnis. Human capital biasanya meliputi karyawan dan sumber daya
eksternal seperti konsumen dan supplier. Organizational, sedangkan structural capital mengacu pada hal yang berkaitan seperti : rantai
pasokan, jaringan distribusi, sistem software.
b. Komponen Intellectual capital
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital
terdiri dari tiga elemen utama Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge
1996, Bontis 2000 dalam sawarjono 2003:4 yaitu: 1 Human Capital Modal Manusia
Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika
perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker 2000 memberikan beberapa karakteristik
dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, 21
credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.
2 Structural Capital modal organisasi Wang dan Chan 2008 dalam rahardian 2011:38 mendeskripsikan
bahwa structural capital memiliki pengaruh antara sistem terhadap struktur perusahaan yang dapat membantu karyawan untuk mencapai
kinerja intelektual maksimal mereka, sehingga kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat meningkat. Secara lebih detail, structural
capital dapat diklasifikasikan menjadi budaya perusahaan, struktur organisasi, pembelajaran organisasi, proses operasional perusahaan
dan sistem informasi. Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan
kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang
individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka
intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
22
3 Relational Capital modal pelanggan Relational capital merupakan komponen modal intelektual yang
memberikan nilai secara nyata. Relational capital terdiri dari bagian human structural capital yang terlibat dalam hubungan
perusahaan dengan para stakeholder perusahaan: kreditor, supplier, konsumen dan investor, persepsi perusahaan. Relational capital
merupakan hubungan yang harmonisassociation network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal
dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang
bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul
dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang
dikutip oleh Brinker 2000 menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu:
a Customer Profile. Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh pesaing. Hal
potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari
pesaing. b Customer Duration. Seberapa sering pelanggan kita berbalik pada
kita? Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan
23
pelanggan akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.
c Customer Role. Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam disain produk, produksi dan pelayanan.
d Customer Support. Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan
e Customer Success. Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan
c. Pengukuran Value Added Intelectual Cofficient
TM
.
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori Tan et al., 2007 dalam Tarigan, 2011:23 yaitu:
1 Model yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2 Model yang menggunakan ukuran moneter
Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba mengestimasi nilai uang dari intellectual capital, tetapi juga ukuran-
ukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan Tan et al., 2007 dalam Ulum, 2007: The Balance Scorecard, dikembangkan
oleh Kaplan dan Norton 1992; Brooking’s Technology Broker method 1996; The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone
1997; The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. 1997; Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby 1997; The Heuristic Frame
dikembangkan oleh Joia 2000; Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh
24
Vanderkaay 2000; dan The Ernst Young Model Barsky dan Marchant, 2000.
Sedangkan model penilaian IC yang berbasis moneter adalah Tan et al., 2007: The EVA and MVA model Bontis et al., 1999; The Market-
to-Book Value model beberapa penulis; Tobin’s q method Luthy, 1998; Pulic’s VAIC™ Model 1998, 2000. Calculated intangible value
Dzinkowski, 2000; dan The Knowledge Capital Earnings model Lev dan Feng, 2001. Dalam penilaian intellectual capital ada berbagai
macam cara yang dapat dilakukan yaitu EVA dan MVA, model Market to book value maupun metode Tobins Q, model public VAIC
TM
. Teknik mengukur IC masih terus berkembang dan peneliti
mencoba mengaplikasikan konsep keunggulan kompetitif. Model pengukuran yang dilakukan di penelitian ini menggunakan model Pulic
VAIC
TM
. Metode VAIC
TM
atau Value Added Intellectual Coefficient dikembangkan oleh Pulic 1998.
Metode VAIC
TM
didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud tangible asset dan aset tak
berwujud intangible asset yang dimiliki oleh perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added
VA. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Bontis 2000 juga menyatakan bahwa IC berpengaruh positif dengan kinerja
perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industri.
25
4. Good Corporate Governance