penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang
saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun
penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh
supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut
kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan
faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
C. Economic Value Added EVA
1. Pengertian Economic Value Added EVA
Secara umum EVA didefinisikan sebagai laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modalnya cost of capital. Swewart dalam utomo,
1999:36 menyatakan “Economic Value Added EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profit generated in
the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomi yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem
pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan
Universitas Sumatera Utara
manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA tidak hanya
melihat tingkat pengembalian, tetapi juga mempertimbangkan tingka risiko perusahaan. Jika EVA positif, berarti perusahaan menambah kekayaan modal,
sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengurangi kekayaan modal dan jika nilai EVA sama dengan 0 nol, berarti perusahaan berada pada titik impas
dan tidak menciptakan tambahan nilai bagi perusahaan dan pemegang saham. Manajemen dapat melakukan beberapa hal untuk menciptakan nilai
tambah ekonomi perusahaan sehingga meningkatkan ekspektasi pasar dan para shareholder, tetapi pada prinsipnya EVA dapat meningkat jika manajemen
melakukan salah satu dari tiga hal berikut Stewart dalam Utomo, 1999:37: a.
Meningkatakan laba operasi tanpa adanya tambahan modal yang berarti bahwa manajemen harus dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal. b.
Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. Artinya manajemen hanya mengambil proyek
yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan. c.
Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang kurang menguntungkan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam
perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang menambah nilai.
EVA dapat dihitung menggunakan rumus Brigham dan Houston, 2001:51:
EVA = NOPAT – WACC x Capital Employed atau
Universitas Sumatera Utara
EVA = EBIT 1 – Tarif Pajak – WACC x Capital Employet
Dimana: NOPAT
= Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak.
WACC = Weighted Everage Cost of Capital atau biaya modal rata-
rata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri.
Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari
total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri.
2. Perhitungan Economic Value Added