Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

Universitas Sumatera Utara h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman? Jawab: Hidup aku setelah menjadi au pair, aku jadi lebih sadar bahwasaya kita memang harus disiplin terhadap waktu, kebersihan, mandiri dan mental aku juga tertempa dan aku juga belajar berani melangkah dari zona aman.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda? Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku yang pertama bisa dibilang kurang baik, komunikasinya tertutup kurang baiklah dengan ibu angkatnya. Udah beberapa bulan disana ibu angkatku komplain dengan bahasa aku yang masih kurang, karena sering salah paham dan aku gak ngerti. Jadi karena udah gak ada komunikasi yang baik jadi apa-apa itu jadi diam —diam, terakhir itu gak ada komunikasi. Lagian disana kerjaku itu lebih banyak ngerjain pekerjaan rumah daripada menghandle anak-anaknya, terus aku berpikir untuk apa stay tinggal lama disitu kalau kerjaku cuman ngerjain rumah, karena kan untuk memperbaiki bahasa itu kan dengan interaksi. Kalau bapak angkatku itu baik, anak-anakku baik. Tapi yaitu tadi ada perbedaan itu. udah gak baik dari awal jadi ya diam-diam. Terus aku memutuskan diri untuk pindah keluarga lagi setelah enam bulan aku menjadi Au pair di Berlin karena aku udah gak tahan dengan ibu angkatnya, setelah diskusi mereka setuju. Keluarga angkatku yang kedua tinggal di Hofheim am Taunus, anaknya cuman satu dengan ibu yang merupakan single parent, disitu aku diperlakukan berbeda sekali. Aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara anaknya, kerjaku disana cuman main sama anaknya, jauh berbeda dengan di keluarga angkatku yang pertama di mana aku lebih banyak bekerja sama pekerjaan rumah tangga. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku selalu diikutkan dalam kegiatan keluarga, misalnya kalau ibu angkatku ada kor atau anaknya ada les musik atau pertunjukan musik aku diajak, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. Jadi karena mereka welcome, aku juga gak canggung untuk mendekatkan diri sama keluarga mereka, aku gak canggung lah. Saling kerja sama mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan keluarga itu. b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair? Jawab: Awal aku datang ke Berlin, mereka welcome, aku dijemput sama keluarga tersebut dan makan bareng di restoran Turki. Di awal-awal aku masih canggung karena bahasa jerman aku masih standar, mereka mungkin agak gimana gitu melihat aku dengan bahasaku yang masih belepotan. c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda? Jawab: Aku udah nyoba untuk mendekatkan diri, contohnya untuk makan bersama, tapi aku melihat ibu angkatku kurang senang kalau aku join bergabung, aku merasa dia gak suka, aku gak tahu alasannya apa, mungkin dia udah kesal di awal sama aku, aku bisa melihat dari raut wajahnya, dia bilang kamu udah beberapa bulan disini bahasamu kok masih kurang bagus, dia gak ada memotivasi aku atau mengajak aku. Ya gimana, walaupun aku jurusan bahasa Jerman, bahasa jermanku masih standar dan justru itu tujuanku jadi Au pair ke Jerman untuk memperbaiki bahasaku, tapi dia gak terima itu dia mau yang perfect sempurna. Aku juga udah pernah sharing Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sama kakak senior kalau ibu angkatku itu memang gak dekat sama aupairnya. Jadi aku menutup dirilah, ngapain aku membuka diri kalau dia aja gak suka. Terus di keluarga angkatku yang kedua aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. Jadi karena mereka welcome, aku juga gak canggung untuk mendekatkan diri sama keluarga mereka, aku gak canggung lah. d. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda? Jawab: Kalau di keluarga angkat yang pertama aku gak merasa jadi anggota keluarga mereka ada keterbatasan aja, contohnya kalau anaknya ulang tahun, aku gak dilibatkan, aku juga gak coba untuk melibatkan diri, itu tadi mungkin karena komunikasi yang udah gak baik di awal, dari masalah kecil aja bisa jadi masalah besar sama dia. Dia sering marah-marah meskipun dia tahu dia salah, dia gak mau minta maaf, jadi setelah itu aku juga gak peduli. Kalau di keluarga angkatku yang kedua aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si anaknya, kerjaku disana cuman main sama anaknya, jauh berbeda dengan di keluarga angkatku yang pertama di mana aku lebih banyak bekerja sama pekerjaan rumah tangga. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku selalu diikutkan dalam kegiatan keluarga, misalnya kalau ibu angkatku ada kor atau anaknya ada les musik atau pertunjukan musik aku diajak, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. e. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman? Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Jawab: Di keluarga angkatku yang pertama aku gak menghadiri kursus bahasa, meskipun aku sudah menanyakan gimana dengan kursus bahasaku, terus ibu angkatku bilang kamu belajar komunikasi dulu di rumah ini, jangan menghadiri kursus bahasa dulu. Jadi aku berpikir mereka gak peduli. Di keluarga angkatku yang kedua, di minggu pertama aku langsung diajak untuk medaftar di kursus bahasa, karena ibu angkatku mengatakan hal yang utama untuk memperbaiki bahasa, mereka betul-betul mensupport aku. Perasaanku senanglah pastinya, bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai negara, senang lah punya teman baru dengan lingkungan yang baru.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman