Au pair sebagai anggota keluarga

Universitas Sumatera Utara Desty dan Sekar memiliki pengalaman yang berbeda dengan mantan Au pair lainnya, mereka mengatakan bahwa masih ada keterbatasan tersendiri dalam berhubungan dan berinteraksi dengan keluarga angkatnya. ―Hubunganku dengan keluarga angkatku bisa dibilang baik meskipun dari awal aku udah sadar ada keterbatasan sendiri sih.‖ Desty, Informan V ―Hubungan saya dengan keluarga angkat saya bisa dibilang antara baik dan tidak baik. Saya sangat membatasi diri saya untuk tidak menceritakan mengenai kehidupan atau diri saya kepada mereka karena saya merasa tidak nyaman. ‖ Sekar, Informan VII.

4.2.2. Au pair sebagai anggota keluarga

Pengalaman mantan Au pair Indonesia selama mereka menjadi Au pair di Keluarga angkat mereka selama berada di Jerman menggambarkan bahwa beberapa dari mereka merasa sudah menjadi anggota keluarga tersebut. Rangga, Cheri, Friska, Nelly dan Dyas mengatakan bahwa mereka sudah merasa menjadi anggota keluarga tersebut. Sementara Evi mengatakan bahwa dia merasa menjadi anggota keluarga di keluarga angkatnya yang kedua. ―Ya, aku dianggap sebagai anggota keluarga itu, ibu angkatku selalu sharing sama aku, anak-anaknya udah nganggap aku sebagai saudara mereka, meskipun aku gak tinggal sama ayah angkatku karena mereka sudah bercerai aku tinggal di sana kalau ada acara keluarga misalnya natal. Aku diikutsertakan dalam segala kegiatan keluarga mereka, kalau mereka urlaub liburan aku juga diikutkan.‖ Dyas, Informan VIII Evi, Friska dan Cheri merupakan mantan Au pair yang sudah tinggal bersama dua keluarga angkat selama masa tinggal mereka sebagai Au pair di Jerman. Evi yang merasa menjadi anggota keluarga setelah dia tinggal di keluarga angkatnya yang kedua mendeskripsikan perbedaan yang dia rasakan di keluarga angkatnya yang pertama dan kedua Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ―Kalau di keluarga angkat yang pertama aku gak merasa jadi anggota keluarga mereka ada keterbatasan aja, contohnya kalau anaknya ulang tahun, aku gak dilibatkan, aku juga gak coba untuk melibatkan diri, itu tadi mungkin karena komunikasi yang udah gak baik di awal, dari masalah kecil aja bisa jadi masalah besar sama dia. Dia sering marah-marah meskipun dia tahu dia salah, dia gak mau minta maaf, jadi setelah itu aku juga gak peduli. Kalau di keluarga angkatku yang kedua aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si anaknya, kerjaku di sana cuman main sama anaknya, jauh berbeda dengan di keluarga angkatku yang pertama di mana aku lebih banyak bekerja sama pekerjaan rumah tangga. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku selalu diikutkan dalam kegiatan keluarga, misalnya kalau ibu angkatku ada kor atau anaknya ada les musik atau pertunjukan musik aku diajak, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka .‖Evi, Informan I Sementara Cheri meskipun orang tua angkatnya pernah mengatakan bahwa dia hanyalah seorang Au pair dan pekerja di keluarga angkatnya yang pertama, dia tetap merasa bahwa dia merupakan anggota keluarga. ―Di keluarga angkat pertama, aku merasa jadi anggota keluarga mereka, aku kan orangnya gak vacum, aku bukan orang yang nunggu orang biar bicarai aku duluan, kami nonton tv bareng sambil makan kacang. Aku merasa udah dianggap sebagai anggota keluarga mereka, meskipun ayah angkatku pernah mengatakan kepadaku ―Du bist au pair, du arbeitest hier.‖ Kamu itu cuman Au pair di sini, kamu bekerja di sini, hal itu kan gak seharusnya dibilang sama ayah angkat seorang au pair. Di keluarga angkat yang kedua, aku betul- betul merasa menjadi anggota keluarga, aku, Opa dan Oma pergi ke gereja bareng. Aku betul-betul dirangkullah di keluarga itu, menghadiri acara pernikahan saudaranya pokoknya mereka sangat baik, bahkan Omanya mengenalkanku sebagai Enkelin cucu kepada orang- orang.‖ Cheri, Informan IV. Sementara Desty dan Sekar masih merasa belum menjadi anggota keluarga, mereka mengatakan masih ada keterbatasan tersendiri untuk merasa menjadi bagian atau anggota keluarga angkat mereka Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ―Tidak, aku merasa masih ada keterbatasan sebagai anggota keluarga mereka, ya sekedar Au pair aja, kerja aku begini, aku merasa biasa aja sih keluargaku kan keluarga bangsawan gitu sih di Jerman, jadi mereka udah terbiasa dan ketergantungan sama au pair. Contohnya itu waktu mereka pulang urlaub liburan dan aku gak ada di rumah, ibu angkatku marah-marah, tetapi dia gak ngomong dan ngasih kejelasan duluan kalau aku harus ada di rumah saat dia pulang. Dia lalu ngomong masalah duit kalau aku itu sebenarnya dibayar, terus aku bilang kalau memang dia merasa dirugikan, aku bisa balekin duit dia beberapa euro atas kerugiannya.‖ Desty, Informan V.

4.3. Pembahasan