Hubungan mantan Au pair Indonesia dengan keluarga angkat selama berada di Jerman

Universitas Sumatera Utara angkatnya karena masih menganggapnya sebagai orang asing. Dyas merupakan Au pair pertama di keluarga angkatnya. Dyas juga mengatakan dia cepat akrab dengan ibu angkatnya dan tidak memiliki hambatan yang begitu berarti dengan ibu angkatnya. Dia juga sering masak masakan Indonesia yang disukai ibu angkatnya. ―Awal aku datang di Berlin aku dijemput oleh ibu angkatku dengan anaknya. Pertama kali aku sangat terkejut dengan tempat tinggalku tidak seperti yang aku bayangkan karena keluarga angkatku tinggal di sebuah wohnung apartemen seperti rumah susun yang terbatas ruang geraknya dan tidak terlalu banyak memiliki privasi. Kamarku tidak memiliki kunci dan itu membuat anak-anak angkatku datang ke kamar dan bermain di kamarku saat aku sedang ingin beristirahat dan mau tidak mau aku harus bermain dengan mereka juga. Pertama kali dengan anak-anak terbilang sulit karena aku masih dianggap orang asing dan tidak mudah dengan anak-anak untuk langsung akrab dan membuka hati mereka buat aku. Tetapi so far hubunganku sekarang dengan anak-anak menjadi lebih baik dan mereka nganggap aku sebagai saudara mereka. Dengan ibu angkatku komunikasiku sangat baik dan terbilang jauh lebih baik dari pada teman-teman au pairku lainnya di Berlin. Kami saling bercerita tentang kehidupan percintaan kami, aku memasak makanan Indonesia di rumah karena ibu angkatku juga sangat suka masakan Indonesia. Aku tidak memiliki kesulitan berbahasa, hanya terkadang belajar tentang umgangsprache bahasa sehari-hari yang dengan mudah kupelajari dengan bertanya kepada ibu angkatku.‖

4.2.1. Hubungan mantan Au pair Indonesia dengan keluarga angkat selama berada di Jerman

Au pair adalah orang asing yang tinggal dan bekerja dalam lingkungan yang sama dengan keluarga angkat. Berdasarkan prinsip program Au pair itu sendiri yaitu Au pair harus dianggap bukan hanya sebagai pekerja di keluarga tersebut namun juga sebagai anggota keluarga dalam artiannya Au pair juga harus Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berpartisipasi dalam kegiatan keluarga tersebut, seperti makan malam bersama ataupun sarapan bersama. Terlebih lagi, mereka au pair harus diberikan kemungkinan untuk mengembangkan kemampuan mereka, mempelajari kebudayaan dan bahasa setempat di mana dalam penelitian ini ialah kebudayaan dan bahasa Jerman. Ditinjau dari kegunaan program ini bagi au pair, seorang Au pair dikatakan berhasil menjalani program ini jika dia sudah mampu menguasai bahasa Jerman, mampu membaur dengan kebudayaan dan pola hidup keluarga tersebut, saling berbagi dengan keluarga angkat, berinteraksi dan berkomunikasi yang terbuka dengan keluarga angkat tersebut dan yang terpenting ialah merasa menjadi bagian atau anggota keluarga angkat tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para informan, masing- masing informan mendeskripsikan hubungannya dengan keluarga angkat mereka. Rangga mengatakan dia memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga angkatnya meskipun di awal-awal ayah angkatnya tidak menyukainya dan dia juga mengatakan dia masih sering mengunjungi mantan keluarga angkatnya jika dia memiliki waktu luang. ―Hubunganku dengan keluarga angkatku sangat baik, bahkan sampai sekarang aku masih mengunjungi mereka jika aku ada Freizeit waktu luang. Meskipun di awal agak sulit dengan Gast Vaterku Ayah angkat tetapi seiring waktu semua berjalan baik ‖ Rangga, Informan II Friska, Nelly dan Dyas juga mengatakan mereka memiliki hubungan yang baik dengan keluarga angkat mereka. Meskipun Friska berganti keluarga angkat di bulan kedelapan dia menjadi au pair, namun dia berpindah keluarga bukan atas kemauannya sendiri, melainkan masalah internal di keluarga angkatnya yang pertama. ―Hubunganku dengan kedua keluarga angkatku terbilang baik. Meskipun di bulan kedelapan masa au pairku, aku harus pindah keluarga, keluarga angkatku yang kedua juga sangat baik, jatah liburanku lebih banyak daripada di keluarga yang pertama, aku juga gak punya masalah dengan anak-anaknya mereka welcome sama aku.‖Friska, Informan III. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Cheri mengatakan bahwa sebenarnya hubungannya dengan keluarga angkatnya yang pertama baik, hanya saja ayah angkatnya adalah seorang yang pembohong dan tidak konsisten akan perkataannya terlebih anak yang diasuhnya juga nakal sehingga memutuskan dia untuk pindah keluarga. Dia juga memiliki hubungan yang baik dengan keluarga angkatnya yang kedua di awal dan buruk di akhir, yang dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya karena keluarga angkatnya memutuskan kontrak secara sepihak dan tidak mengatakan alasannya sama sekali. ―Jadi aku dua kali ganti keluarga angkat selama menjadi au pair. Hubunganku dengan keluarga angkatku hanya bertahan selama tiga bulan, mereka adalah keluarga Jerman yang sangat pelit. Di keluarga angkatku yang kedua, aku gak tau apa masalah si ibu angkatku samaku, dia sering menatapku aneh saat makan dan kami lebih sering diam. Sampai mereka bilang untuk tidak bekerja di keluarga mereka lagi dan memberiku pilihan untuk pulang ke Indonesia atau ganti keluarga lagi. Aku tanya mengapa dan alasannya, tetapi sampai sekarang itu masih menjadi misteri juga buatku, mereka gak mau bilang, gak ada komunikasi terbuka.‖ Cheri, Informan IV. Pengalaman Evi sebagai Au pair di keluarga angkatnya yang kedua sangat kontras dengan kehidupannya sebagai Au pair di keluarga angkatnya yang pertama. ―Hubunganku dengan keluarga angkatku yang pertama bisa dibilang kurang baik, komunikasinya tertutup kurang baiklah dengan ibu angkatnya. Jadi karena udah gak ada komunikasi yang baik jadi apa-apa itu jadi diam-diam, terakhir itu gak ada komunikasi. Terus aku memutuskan diri untuk pindah keluarga lagi. Keluarga angkatku yang kedua tinggal di Hofheim am Taunus. Di sana aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si anaknya. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. Jadi karena mereka welcome, aku juga gak canggung untuk mendekatkan diri sama keluarga mereka, aku gak canggung lah .‖ Evi, Informan I. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Desty dan Sekar memiliki pengalaman yang berbeda dengan mantan Au pair lainnya, mereka mengatakan bahwa masih ada keterbatasan tersendiri dalam berhubungan dan berinteraksi dengan keluarga angkatnya. ―Hubunganku dengan keluarga angkatku bisa dibilang baik meskipun dari awal aku udah sadar ada keterbatasan sendiri sih.‖ Desty, Informan V ―Hubungan saya dengan keluarga angkat saya bisa dibilang antara baik dan tidak baik. Saya sangat membatasi diri saya untuk tidak menceritakan mengenai kehidupan atau diri saya kepada mereka karena saya merasa tidak nyaman. ‖ Sekar, Informan VII.

4.2.2. Au pair sebagai anggota keluarga