Universitas Sumatera Utara
orang-orang yang berbudaya konteks-tinggi lebih menyadari proses penyaringan budaya daripada orang-orang berbudaya konteks-rendah Mulyana, 2008: 328.
Secara garis besar, urutan sejumlah negara berdasarkan tingkat budayanya dari budaya konteks-rendah hingga budaya konteks-tinggi, menurut
Hall dan Kohls, adalah sebagai berikut: Swiss Jerman, Jerman, Skandinavia, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, Yunani, Arab, Cina, dan
Jepang. Indonesia termasuk budaya konteks-tinggi, namun di beberapa subkultur, misalnya suku Batak menunjukkan komunikasi konteks-rendah yang lumayan.
Namun secara umum, komunikasi kita termasuk komunikasi konteks-tinggi Mulyana, 2008: 328-329.
2.1.2. Komunikasi Antarbudaya
Sejak awal peradaban, ketika manusia pertama membentuk kelompok suku, hubungan antarbudaya terjadi setiap kali orang-orang dari suku yang satu
bertemu dengan anggota dari suku yang lain dan mendapati bahwa mereka berbeda Samovar dan Porter, 2010: 2. Istilah antarbudaya pertama kali
diperkenalkan oleh Edward T.Hall pada tahun 1959, namun demikian, Hall tidak menerangkan pengaruh perbedaan budaya terhadap proses komunikasi
antarpribadi. Perbedaan antarbudaya dalam berkomunikasi baru dijelaskan David K.Berlo melalui bukunya The Process of Communication An Introduction to
Theory and Practice pada tahun 1960 saat individu-individu yang berasal dari kebudayaan berbeda berkomunikasi dan mengalami proses pertukaran informasi
maka saat itulah terjadi komunikasi antarbudaya Liliweri, 2001:1.
2.1.2.a Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Tubbs dan Moss dalam Lubis, 2012: 13 mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda ras, etnis, sosio ekonomi atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut mereka kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari satu atau gabungan dari semua perbedaan ini. Melalui komunikasi, kebudayaan itu dikenal, dipahami dan
menjadi bagian dari interaksi sosial antara manusia maupun kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi yang terjalin antar bangsa-bangsainternasional, antarras dan antaretnis termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. Pada intinya untuk bisa
menjalin komunikasi yang efektif komunikasi internasional, antarras dan antaretnis membutuhkan sebuah kunci, yakni budaya baik yang dikomunikasikan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Dengan memahami budaya masing- masing bangsa, ras dan etnis akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya
komunikai tersebut Lubis, 2012: 3. Carley H.Dood dalam Lubis, 2012:12 mengatakan komunikasi
antarbudaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda intercultural
communications is the sending and receiving of message within a context of cultural differences producing differential effects. Budaya sangat mempengaruhi
orang yang berkomunikasi dan budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.
Konsekuensinya, bila dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda pula perbendaharaan yang dimilikinya dan itu jelas akan menimbulkan kesulitan
tertentu. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu
diperhatikan: 1 Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi, 2 Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya, 3
Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya baik yang bersifat verbal maupun nonverbal.
1 Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat
lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup:
- Kawasan – kawasan di dunia, seperti: budaya timurbarat.
- Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti: budaya Amerika UtaraAsia Tenggara, - NasionalNegara, seperti: Budaya IndonesiaPerancisJepang,
- Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti:budaya orang Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budaya Cina Indonesia,
- Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kelamin kelas sosial. Countercultures budaya Hippie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan.
2 Konteks Sosial Komunikasi antarbudaya dapat lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial yaitu:
- Bisnis - Organisasi
- Pendidikan - Akulturasi imigran
-Politik-Penyesuaian pelancongpendatang sementara - Perkembangan alih teknologipembangunandifusi inovasi
- Konsultasi terapis.
3 Saluran Komunikasi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas :
- Antarpribadiinterpersonalperson-person, - Media massa.
Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengklasifikasikan fenomena komunikasi antarbudaya khusus.
Misalnya: kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Duta besar baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional,
antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai
komunikasi antarrasantaretnik dalam konteks bisnis, komunikasi imigran dari Asia di Australia sebagai komunikasi antaretnik, antarpribadi dan massa dalam
konteks akulturasi migran. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok konteks sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antarbudaya apabila para
komunikator yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda Lubis, 2002: 3-5.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.b Model Komunikasi Antarbudaya
Salah satu model komunikasi yang menjelaskan komunikasi antarbudaya adalah model William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, yakni komunikasi
antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan atau komunikasi dengan orang asing stranger. Model komunikasi ini pada dasarnya sesuai untuk
komunikasi tatap-muka, khususnya antara dua orang. Meskipun model itu disebut model komunikasi antarbudaya atau model komunikasi dengan orang asing,
model komunikasi tersebut dapat mempresentasikan komunikasi antara siapa saja, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai budaya, sosiobudaya
dan psikobudaya yang persis sama. model Gudykunst dan Kim ini mengasumsikan dua orang yang setara dalam berkomunikasi, masing-masing
sebagai pengirim dan sekaligus sebagai penerima, atau keduanya sekaligus melakukan penyandian encoding dan penyandian-balik decoding. Karena itu,
tampak pula bahwa pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak lainnya. Pesanumpan balik antara kedua peserta komunikasi
dipresentasikan oleh garis dari penyandian seseorang ke penyandian-balik orang lain dan dari penyandian orang kedua ke penyandian-balik orang pertama. Kedua
garis pesanumpan balik menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara serentak kita menyandi dan menyandi-balik pesan. Dengan kata lain, komunikasi
tidak statis; kita tidak menyandi suatu pesan dan tidak melakukan apa-apa hingga kita menerima umpan balik. Alih-alih, kita memproses rangsangan yang datang
menyandi-balik pada saat kita juga menyandi pesan. Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik
pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya,
psikobudaya dan faktor lingkungan. Lingkaran paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan dan penyandian-balik pesan, dikelilingi tiga
lingkaran lainnya yang mempresentasikan pengaruh budaya, sosiobudaya dan psikobudaya. Masing-masing peserta komunikasi, yakni orang A dan orang B,
dipengaruhi budaya, sosiobudaya dan psikobudaya, berupa lingkaran-lingkaran dengan garis yang terputus-putus. Garis terputus-putus itu menunjukkan bahwa
budaya, sosiobudaya dan psikobudaya itu saling berhubungan atau saling
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi. Kedua orang yang mewakili model juga berada dalam suatu kotak dengan garis terputus-putus yang mewakili pengaruh lingkungan. Lagi, garis
terputus-putus yang membentuk kotak tersebut menunjukkan bahwa lingkungan tersebut bukanlah suatu sistem tertutup atau terisolasi. Kebanyakan komunikasi
antara orang-orang berlangsung dalam suatu lingkungan sosial yang mencakup orang-orang lain yang juga terlibat dalam komunikasi.
Gambar 2.1. Model Gudykunst dan Kim
Sumber: William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, 1992 Seperti ditunjukkan di atas, pengaruh-pengaruh budaya, sosiobudaya dan
psikobudaya itu berfungsi sebagai filter konseptual untuk menyandi dan menyandi-balik pesan. Filter tersebut adalah mekanisme yang membatasi jumlah
alternatif yang memungkinkan kita memilih ketika kita menyandi dan menyandi- balik pesan. Lebih khusus lagi, filter tersebut membatasi prediksi yang kita buat
mengenai bagaimana orang lain mungkin menanggapi perilaku komunikasi kita. Pada gilirannya, sifat prediksi yang kita buat mempengaruhi cara kita menyandi
pesan. Lebih jauh lagi, filter itu membatasi rangsangan apa yang kita perhatikan dan bagaimana kita menafsirkan rangsangan tersebut ketika kita menyandi-balik
pesan yang datang. Gudykunst dan Kim berpendapat, pengaruh budaya dalam model itu meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan
budaya, misalnya pandangan dunia agama, bahasa, juga sikap terhadap manusia, misalnya apakah kita harus peduli terhadap individu individualisme atau
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
terhadap kolektivis kolektivisme. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai, norma dan aturan yang mempengaruhi perilaku komunikasi.
Pengaruh sosiobudaya adalah pengaruh yang menyangkut proses penataan sosial social ordering process. Penataan sosial berkembang berdasarkan
interaksi dengan orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Sosiobudaya ini terdiri dari empat faktor utama: keanggotaan
dalam kelompok sosial, konsep diri, ekspektasi peran dan definisi mengenai hubungan antarpribadi. Dimensi psikobudaya mencakup proses penataan pribadi
personal ordering process. Penataan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor psikobudaya ini meliputi stereotip
dan sikap misalnya etnosentrisme dan prasangka terhadap kelompok lain. Stereotip dan sikap menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain
akan berperilaku. Pengharapan itu pada akhirnya mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang dibuat mengenai perilaku
orang lain. Etnosentrisme, misalnya, mendorong kita menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan kerangka rujukan sendiri dan mengharapkan orang lain
berperilaku sama seperti kita. Hal ini akan membuat salah penafsiran pesan orang lain dan meramalkan
perilakunya yang akan datang secara salah pula. Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim adalah lingkungan. Lingkungan sangat
berpengaruh dalam menyandi dan menyandi-balik pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektural lingkungan fisik, dan persepsi atas linkungan tersebut,
mempengaruhi cara menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang dibuat mengenai perilaku orang lain. Oleh karena orang lain mungkin mempunyai
persepsi dan orientasi yang berbeda dalam situasi yang sama. Intinya, model tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak ragam perbedaan dalam komunikasi
antarbudaya. Edward T. Hall mengatakan budaya dan komunikasi tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang dimiliki
untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menafsirkan pesan. Singkatnya komunikasi dan budaya seperti dua sisi mata uang, yang mana budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi pun turut
menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya Samovar dan Porter, 2003: 7.
2.1.2.c Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya
Dalam suatu proses komunikasi antabudaya, terdapat hambatan yang menjadi penghalang agar terjadinya komunikasi yang efektif. Hambatan
komunikasi antarbudaya terbagi menjadi dua yakni di atas air above waterline dan di bawah air below waterline. Maksud hambatan di bawah air below
waterline adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Biasanya hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan
karena tidak terlihat dari penampilan luar. Jenis-jenis hambatan ini adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.
Sedangkan hambatan yang berada di atas air lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan
komunikasi antarbudaya dalam Lubis, 2012: 6-8 adalah: 1. Fisik, yang berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan juga
media fisik. 2. Budaya, berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang
ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya. 3. Persepsi, karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai
suatu hal setelah berinteraksi dan berkomunikasi. Jadi untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4. Motivasi, berkaitan dengan tingkat motivasi dari komunikan, apakah komunikan ingin menerima pesan tersebut atau sedang malas dan tidak punya
motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. 5. Pengalaman, setiap individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda
sehingga individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6. Emosi, ketika emosi komunikan sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7. Bahasa, ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
komunikan. 8. Nonverbal, bahasa dalam bentuk nonverbal yang bisa terlihat dari ekspresi
wajah dan gerak tubuh. 9. Kompetisi, hambatan yang muncul ketika komunikan sedang melakukan
kegiatan lain sambil mendengarkan. Komunikasi oleh setiap kebudayaan memberikan makna yang beraneka
ragam. Masing-masing kebudayaan memiliki sub sistem kebudayaan yang berbeda dan dengan makna yang berbeda pula. Hambatan komunikasi sebagai
sesuatu yang menjadi penghalang untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang efektif merupakan faktor penyebab kesalahpahaman dalam memandang perbedaan
antarbudaya tersebut.
2.1.3. Teori Penetrasi Sosial