Proses Komunikasi Lintas Budaya Mantan Au pair Indonesia dengan Keluarga Angkat Selama Berada di Jerman

(1)

Lampiran Pertanyaan Biodata Au pair

Informan I

Nama : Evi Hairani Harahap

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Serdang Bedagai, Sumatera Utara Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan bahasa Jerman

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya : Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Berlin, September 2014- Maret 2015, Hofheim am Taunus Maret-September 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Menengah Bahasa Inggris : Menengah pasif Bahasa Asing Lainnya : -

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai au

pair(Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Baik

Bahasa Inggris : Menengah pasif Bahasa Asing lainnya : -


(2)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Saya adalah mahasiswa di universitas Negeri Medan, jurusan bahasa Jerman.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Dari semester awal aku udah tahu sih apa itu program au pair, udah cari tau juga cuman belum interest (tertarik). Pas di semester enam, lihat kakak senior pada ke Jerman berangkat sebagai Au pair untuk memperbaiki bahasa dan bisa jalan-jalan juga, barulah aku mulai interest.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Aku buat profil di aupairworld.com utuk mencari gast familie (keluarga angkat) di Jerman, setelah buat profil dan nyari-nyari keluarga yang butuh untuk bulan Mei. Karena kan memang planning (rencana) aku udah siap tamat langsung pergi ke Jerman. jadi aku udah nyari selama dua bulan tetapi belum ada yang cocok, terus saat itu ada kakak senior yang bekerja sebagai Au pair di Berlin dan nawarin untuk menggantikan dia di keluarga itu, setelah itu aku email keluarga mereka, dan kami mencapai kesepakatan, mereka ngirim kontrak dan kemudian aku apply visa ke Jakarta.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Karena aku interest sama bahasa terus aku juga suka bergaul dengan orang-orang luar untuk komunikasi, aku interest disana, aku pikir setahun


(3)

disana pasti seru, untuk bergaul dan untuk berkomunikasi, mengenal orang orang baru. Au pair juga merupakan program belajar sambil bekerja, bekerja dalam arti menghandle (mengatur) anak-anak, dan lebih fun (seru) karena kita bermain dengan anak-anak. Di pemikiran aku itu setahun itu untuk have fun untuk travelling, untuk jalan-jalan tanpa biaya orang tua. Ini merupakan batu loncatan aku untuk dikasih jalan ke Eropa..

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar dan memperbaiki kemampuan bahasa Jermanku sekalian jalan-jalan ke Eropa.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku udah cari-cari keluarga angkat melalui website aupairworld.com, cuman udah dua bulan aku masih belum dapat keluarga angkat, belum ada yang match (cocok). Kebetulan ada kakak senior yang menjadi Au pair di Berlin, nawarin mau gak replace (mengganti) sama dia di keluarga angkat itu, terus aku email keluarga itu, kita sepakat, dia ngirim kontrak dan aku apply visa ke Jakarta. Sekitar pertengahan September 2014 aku berangkat ke Jerman dari Medan sebagai au pair.


(4)

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Hidup aku setelah menjadi au pair, aku jadi lebih sadar bahwasaya kita memang harus disiplin terhadap waktu, kebersihan, mandiri dan mental aku juga tertempa dan aku juga belajar berani melangkah dari zona aman.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku yang pertama bisa dibilang kurang baik, komunikasinya tertutup kurang baiklah dengan ibu angkatnya. Udah beberapa bulan disana ibu angkatku komplain dengan bahasa aku yang masih kurang, karena sering salah paham dan aku gak ngerti. Jadi karena udah gak ada komunikasi yang baik jadi apa-apa itu jadi diam—diam, terakhir itu gak ada komunikasi. Lagian disana kerjaku itu lebih banyak ngerjain pekerjaan rumah daripada menghandle anak-anaknya, terus aku berpikir untuk apa stay (tinggal) lama disitu kalau kerjaku cuman ngerjain rumah, karena kan untuk memperbaiki bahasa itu kan dengan interaksi. Kalau bapak angkatku itu baik, anak-anakku baik. Tapi yaitu tadi ada perbedaan itu. udah gak baik dari awal jadi ya diam-diam. Terus aku memutuskan diri untuk pindah keluarga lagi setelah enam bulan aku menjadi Au pair di Berlin karena aku udah gak tahan dengan ibu angkatnya, setelah diskusi mereka setuju. Keluarga angkatku yang kedua tinggal di Hofheim am Taunus, anaknya cuman satu dengan ibu yang merupakan single parent, disitu aku diperlakukan berbeda sekali. Aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si


(5)

anaknya, kerjaku disana cuman main sama anaknya, jauh berbeda dengan di keluarga angkatku yang pertama di mana aku lebih banyak bekerja sama pekerjaan rumah tangga. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku selalu diikutkan dalam kegiatan keluarga, misalnya kalau ibu angkatku ada kor atau anaknya ada les musik atau pertunjukan musik aku diajak, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. Jadi karena mereka welcome, aku juga gak canggung untuk mendekatkan diri sama keluarga mereka, aku gak canggung lah. Saling kerja sama mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan keluarga itu.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Awal aku datang ke Berlin, mereka welcome, aku dijemput sama keluarga tersebut dan makan bareng di restoran Turki. Di awal-awal aku masih canggung karena bahasa jerman aku masih standar, mereka mungkin agak gimana gitu melihat aku dengan bahasaku yang masih belepotan.

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Aku udah nyoba untuk mendekatkan diri, contohnya untuk makan bersama, tapi aku melihat ibu angkatku kurang senang kalau aku join (bergabung), aku merasa dia gak suka, aku gak tahu alasannya apa, mungkin dia udah kesal di awal sama aku, aku bisa melihat dari raut wajahnya, dia bilang kamu udah beberapa bulan disini bahasamu kok masih kurang bagus, dia gak ada memotivasi aku atau mengajak aku. Ya gimana, walaupun aku jurusan bahasa Jerman, bahasa jermanku masih standar dan justru itu tujuanku jadi Au pair ke Jerman untuk memperbaiki bahasaku, tapi dia gak terima itu dia mau yang perfect (sempurna). Aku juga udah pernah sharing


(6)

sama kakak senior kalau ibu angkatku itu memang gak dekat sama aupairnya. Jadi aku menutup dirilah, ngapain aku membuka diri kalau dia aja gak suka. Terus di keluarga angkatku yang kedua aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka. Jadi karena mereka welcome, aku juga gak canggung untuk mendekatkan diri sama keluarga mereka, aku gak canggung lah.

d. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Kalau di keluarga angkat yang pertama aku gak merasa jadi anggota keluarga mereka ada keterbatasan aja, contohnya kalau anaknya ulang tahun, aku gak dilibatkan, aku juga gak coba untuk melibatkan diri, itu tadi mungkin karena komunikasi yang udah gak baik di awal, dari masalah kecil aja bisa jadi masalah besar sama dia. Dia sering marah-marah meskipun dia tahu dia salah, dia gak mau minta maaf, jadi setelah itu aku juga gak peduli. Kalau di keluarga angkatku yang kedua aku dianggap sebagai keluarga, sebagai kakak sama si anaknya, kerjaku disana cuman main sama anaknya, jauh berbeda dengan di keluarga angkatku yang pertama di mana aku lebih banyak bekerja sama pekerjaan rumah tangga. Tinggal di keluarga itu banyak membuatku berpikir positif, aku selalu diikutkan dalam kegiatan keluarga, misalnya kalau ibu angkatku ada kor atau anaknya ada les musik atau pertunjukan musik aku diajak, aku betul-betul dirangkul sebagai anggota keluarga mereka.

e. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?


(7)

Jawab: Di keluarga angkatku yang pertama aku gak menghadiri kursus bahasa, meskipun aku sudah menanyakan gimana dengan kursus bahasaku, terus ibu angkatku bilang kamu belajar komunikasi dulu di rumah ini, jangan menghadiri kursus bahasa dulu. Jadi aku berpikir mereka gak peduli. Di keluarga angkatku yang kedua, di minggu pertama aku langsung diajak untuk medaftar di kursus bahasa, karena ibu angkatku mengatakan hal yang utama untuk memperbaiki bahasa, mereka betul-betul mensupport aku. Perasaanku senanglah pastinya, bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai negara, senang lah punya teman baru dengan lingkungan yang baru.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, kalau dari budaya di keluarga yang pertama yang paling aku pelajari ialah tentang kedisiplinan, adanya jadwal nonton TV yang strict (teratur keras) sama anaknya, keterus terangan kalau gak suka sama sesuatu. Kalau dari keluarga angkat yang kedua, aku belajar gimana cara menikmati hidup, relax dan lebih nyantai, so far semuanya menguntungkanlah.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku sih dulu kepikiran untuk ikut program FSJ (Pekerja sosial), tetapi karena dorongan heimweh (rindu keluarga) dan orang tua juga nyuruh buat pulang aja, kerja di Indonesia, ya jadi aku memutuskan untuk pulang dan mencari pekerjaan disini.


(8)

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Sangat bagus dan membantu, salah satunya untuk memperbaiki bahasa Jerman kita, kita mengenal budaya dan sesuatu yang baru, mengenal karakter orang yang baru, tata dan peraturan yang beda sama Indonesia terus kita bisa jalan-jalan juga keliling Eropa, kita juga bangga kalau tanpa uang orang tua kita bisa jalan-jalan keliling Eropa.


(9)

Informan II

Nama : Rangga Pratama Sutikno

Jenis Kelamin : Laki laki

Usia : 25 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Medan, SUMUT

Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan bahasa Jerman

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya : Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Breitbrunn am Ammersee, Bayern München, Mei 2013- Mei 2014

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B2, Baik

Bahasa Inggris : Menengah Pasif Bahasa Asing Lainnya : Spanyol, dasar

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai au

pair(Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : C1 Baik sekali Bahasa Inggris : Menengah Pasif Bahasa Asing lainnya : Spanyol, Dasar

Pekerjaan sekarang : Ausbildung sebagai Medizinische Fachangestellter (Asisten Dokter)


(10)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kehidupanku sebagai mahasiswa biasa saja, fokus untuk tugas akhir dan memang aku niat mau pergi dan hidup di Jerman jadi aku gak punya fokus untuk ngapa-ngapain selain ke Jerman

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Aku tahu program ini dari cerita-cerita kakak senior di kampus, sejak semester dua dan aku tertarik dengan program ini, aku studi jurusan sastra Jerman ya harus ke Jerman lah

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Jadi aku kan punya senior yang udah tinggal dan kerja di Jerman, Au pair adalah hal yang biasa yang dilakukan oleh kakak senior setelah wisuda. Mereka menyarankan aku untuk daftar di website aupairworld.com selain prosesnya mudah juga gratis. Adasih tawaran dari kakak senior untuk gantiin dia di Gast familie (Keluarga angkat) dia sebelumnya, tapi aku mau coba pengalaman baru aja melalui website.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Aku kan lulusan sastra Jerman, dan aku tahu cara terbaik untuk mempraktikkan bahasaku yang selama ini ku pelajari adalah dengan berbicara langsung dan berinteraksi langsung dengan orang Jerman yaitu dengan pergi ke Jerman, lagian aku juga kepengin melanjutkan studi ke Jerman. Oleh


(11)

karena itu cara terbaik dan termudah buat aku adalah dengan menjadi Au pair ke Jerman. Gak ada dorongan dari keluarga, mereka gak tau ya program Au pair itu apa yang penting anaknya lulus dari sastra jerman berangkat ke Jerman, hahahaha. Dorongan dari teman ada, terutama dari kakak senior.

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar dan memperbaiki kemampuan bahasa Jermanku, kalau uang itu cuman bonus aja, ya meskipun gajinya lebih lumayan ketimbang kerja di Indo untuk fresh graduate kan.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Jadi aku itu lulus wisuda bulan Mei tahun 2013, nah aku udah daftar di website aupairworld.com dari bulan januari 2013, situs ini gratis jadi aku gak ngeluarkan biaya sama sekali. Aku mulai kontak-kontakan dengan keluarga angkatku dari website ini sejak akhir bulan Maret, lalu seperti biasa skype-an sampai dua kali sampai dia ngirim kontrak ke emailku lalu kita setujui. Pertengahan bulan april aku apply visa Au pair ke Jakarta, dan seminggu setelah wisuda di bulan Mei aku berangkat ke Jerman dari Jakarta, tiketnya keluarga angkatnya duluan yang bayarin. Kesepakatan kita itu tiket setengah dariku dan setengah darinya, nanti dipotong gaji per bulan.


(12)

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Aku merasa kehidupanku semakin baik, dengan bertambahnya pengalaman dan wawasan di negara lain yang sangat berbeda dari Indonesia. Hidupku jadi lebih mandiri, mental menjadi lebih kuat dan berpikir lebih terbuka.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku sangat baik, bahkan sampai sekarang aku masih mengunjungi mereka jika aku ada Freizeit (waktu luang), aku juga masih mengunjungi mereka saat natal atau Osterferien (Paskah). Aku dekat sekali dengan ibu angkatku juga dengan adik-adik angkatku.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Pengalamanku gimana ya.. ya gitulah, biasa. Di awal memang agak sulit karena Gast vater (ayah angkat) gak suka sama aku, karena aku laki-laki, biasanya kan Au pair itu perempuan, aku juga gak tau kenapa dia gak suka samaku tapi aku gak peduli. Ibu angkatku baik sekali, kami sering masak bersama, aku sering cerita apa saja sama ibu angkatku meskipun dia tukang gosip juga, maklumlah kami di Jerman tinggalnya juga di kampung ya kan. Untuk adik angkat, aku gak ada masalah sama sekali meskipun mereka berdua perempuan karena mereka udah terbiasa punya au pair, Au pair mereka sebelum aku cewek dari Madagaskar.


(13)

Jawab: Masak makanan Indonesia, seperti Rendang dan Soto dan Alhamdulillah mereka suka masakanku. Aku juga sering cerita-cerita dengan ibu angkatku, dia juga gitu cerita apa aja. Gak perlu waktu lama sekitar dua bulan gitu kami udah akrab, pas sommer kami sering ke Ammersee (nama danau di Bayern) berjemur dan berenang disana, kami udah akrab lah. Aku sih gak peduli dia gosipin juga apa yang aku ceritakan sama orang lain disana.

d. Bagaimana anda bisa tahu kalau anda digosipin?

Jawab: Jadi tetangga dia punya Au pair juga, jadi ibu angkatnya si Au pair ini cerita ke dia dan dia cerita ke aku, jadi lain kali kalau aku cerita aku filter-filter deh.

e. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku sangat baik, mereka melengkapi kebutuhanku sehari-hari juga membayar kursus bahasa jermanku.

f. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Ya, aku merasa udah dianggap sebagai anggota keluarga mereka. Kami sarapan dan makan malam bersama, kadang-kadang kami grillen (Memanggang-manggang). Kalau aku pulang malam pas wochenende (akhir pekan) dan bus gak ada lagi ke rumah, mereka jemput aku ke stasiun S-bahn. Pokoknya aku merasa jadi bagian keluarga itulah.

g. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?


(14)

Jawab: Ya, keluarga angkatku membayari kursus bahasa jermanku selama 3 semester hingga sampai sekarang aku memiliki kemampuan bahasa Jerman level C1, syarat studi di Jerman udah terpenuhi. Selama aku mengikuti kursus bahasa, aku senang sekali, selain memperbaiki kemampuan bahasa jermanku, aku juga bertemu banyak orang dari negara asing, dan menjalin pertemanan dengan mereka sampai sekarang. Di kursus juga banyak belajar tentang kebudayaan jerman lainnya.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, aku sudah menggali kebudayaan Jerman, dan menurutku untuk keseluruhannya baik, tentang bagaimana mereka berpikiran terbuka, menghargai waktu dan kebebasan. So far semuanya menurut aku menguntungkanlah. Kecuali makanannya,tapi itu masalah gampang aku lebih sering masak masakan Asia di rumah.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku mengikuti program Bundesfreiwilligendienst (pekerja sosial) selama setahun, dan akhir nya sekarang bisa studi lagi dengan melanjutkan Ausbildung sebagai Medizinishe Facangestellter (Asisten dokter)

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Sangat bagus, alasannya disini kita bisa belajar bahasa, budaya, serta membuka wawasan kita tentang negara lain secara langsung di tempat nya.


(15)

Informan III

Nama : Friska Y. Tobing

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Agama : Kristen

Alamat di Indonesia : Pematang Siantar, SUMUT

Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan bahasa Jerman

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya : Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Breitbrunn am Ammersee, Bayern München, Mei 2014- Mei 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Menengah Bahasa Inggris : Menengah aktif Bahasa Asing Lainnya : -

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai au

pair(Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Baik

Bahasa Inggris : Menengah aktif Bahasa Asing lainnya : -

Pekerjaan sekarang :Guru TK International Christian School Balikpapan, Kalimantan


(16)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kuliah, ngerjain skripsi dan sebelum jadi Au pair itu aku takut kemana-mana, parno-an, harus ada teman kemana-mana, kurang mandiri, kurang bisa berfikir sendiri.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Aku tahu program ini dari kakak stambuk (alumni) yang udah disana sejak semester dua di bangku kuliah, mendengar pengalaman mereka yang menarik yang bisa belajar lebih dalam bahasa Jerman dan bisa juga jalan-jalan ke negara tetangga-tetangga Jerman jadi ada rasa tertarik untuk menjadi au pair.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Jadi aku punya kakak senior (Kak Rangga) yang menjadi Au pair di daerah Bretibrun Am Ammersee, dia jadi Au pair di salah satu keluarga, dia nawarin mau gak jadi Au pair di keluarga yang menjadi sahabat keluarga angkat dia. Jadi aku dan dua teman aku yang lainnnya kirim email ke keluarga ini, tapi cuman aku yang lolos buat email-emailan selanjutnya.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Satu semester sebelum wisuda, aku memutuskan untuk menjadi au pair, selain mencari pekerjaan disini susah dapatnya dan selagi muda kenapa gak jadi Au pair aja untuk mengambil pengalaman, belajar disana dulu setelah


(17)

fokus untuk cari pekerjaan yang sesungguhnya, selain bisa belajar bahasa Jerman lebih dalam aku juga tertarik untuk jalan-jalan ke negara-negara tetangga Jerman dengan tinggal di keluarga angkat dengan biaya yang minim.

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar dan memperbaiki kemampuan bahasa Jermanku sekalian jalan-jalan ke negara-negara tetangga Jerman dengan tinggal di keluarga angkat dengan biaya yang minim.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Pertengahan Mei aku wisuda, dan gak sampai di akhir bulan aku berangkat ke Jerman. Awalnya aku mendapatkan keluarga angkat dari rujukan senior yang menjadi Au pair di keluarga angkat yang menjadi sahabat keluarga angkatku. Setelah itu komunikasi melalui email, setelah itu nego segala macam tentang apa yang ku dapatkan sebagai Au pair mereka. Terus aku apply visa. Untuk prosesnya memakan waktu tiga bulan lah semuanya dari komunikasi dengan keluarga angkat di awal sampai apply visa.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?


(18)

Jawab: Hidup aku semakin baik, setelah aku jadi Au pair aku jadi lebih mandiri, lebih tegas, fokus, tepat waktu dan menjaga kesehatan makanan.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan kedua keluarga angkatku terbilang baik sekali deh, aku gak punya masalah dengan orang tua angkatku kecuali pernah sakit hati sama anak-anaknya aja, contohnya anak-anak keluarga angkatku yang pertama bilang kalau aku ini orang aneh dan orang asing, karena cuman aku yang berambut hitam di daerah itu, terus kalau anaknya nyuruh aku beliin sesuatu terus aku bilang gak bisa mereka bilang ―kenapa gak bisa, orang tua aku kan bayar kamu‖ hal itu kan gak lazim ya dibilang anak-anak apalagi dia baru delapan tahun. Nah di bulan kedelapan masa au pairku, aku harus pindah keluarga, di mana itu dicarikan sendiri oleh keluarga angkat aku, mereka punya masalah internal yang mengharuskan ibu angkatku untuk berhenti bekerja dan fokus menjadi ibu rumah tangga,kebetulan dia punya teman yang juga sedang mencari Au pair jadi aku pindah deh di keluarga itu. Keluarga angkatku yang kedua juga sangat baik, jatah liburanku lebih banyak daripada di keluarga yang pertama, aku juga gak punya masalah dengan anak-anaknya mereka welcome sama aku.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Pelajaran bahasa Jerman yang didapatkan di Universitas kan beda dari bahasa sehari-hari, pas di awal-awal aku gak mengerti dengan bahasa sehari-hari mereka dan aksen mereka. Pas di bulan kedua atau ketiga baru


(19)

aku mulai ngerti dan kalau ada yang aku gak ngerti dan gak paham maksudnya ya ditanya. Terus aku kan merupakan Au pair pertama di kelaurga mereka, anak-anak mereka belum terbiasa dengan au pair, jadi mereka mengatakan aku aneh dan orang asing, karena hanya aku sendiri yang punya rambut hitam di keluarga itu dan di daerah itu tapi akhirnya mereka ngerti sih setelah orang tua mereka jelasin. Meskipun aku memang udah belajar tentang kebudayaan dan gaya hidup mereka, tetap kaget aja di awal-awal, tentang kedisiplinan mereka soal waktu di mana satu detik aja sangat berharga bagi mereka, mereka hitung jam kerja aku berapa dan yang dulu sering telat jadi terasa disana, tapi mereka bilang sih lain kali harus tepat waktu kalau aku telat dan kalau makan harus benar-benar rapi gak boleh bersisa.

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Pertama aku nanya kak Rangga (Senior aku) gimana cara mendekatkan diri dengan keluarga angkat, terus kak Rangga bilang melalui masak, coba masak yang simpel dulu kayak Soto dan memang itu berhasil, keluarga angkat aku suka masakan Indonesia, yang pedas-pedas. Aku gak terlalu banyak cerita dengan ibu angkatku di keluarga yang pertama karena ya dia sering gosipin apa yang aku bilang kepadanya sama orang lain.

Kalau di keluarga angkatku yang kedua mereka gak suka masakan Asia ya jadi aku yang belajar masakan Eropa sama mereka dan mereka senang mengajari aku. Aku juga mendekatkan diri dengan mereka dengan bergabung dalam kegiatan kekeluargaan mereka. Aku juga sering cerita-cerita dengan ibu angkatku tanpa perlu takut digosipin karena mungkin ibu angkatku gak punya waktu untuk menggosip.


(20)

d. Bagaimana anda bisa tahu kalau anda digosipin?

Jawab: Kebetulan Au pair sahabatnya teman dia sering menggosip itu sahabat dekat aku dan kami sama-sama menjadi Au pair disini selang satu bulan. jadi ibu angkatnya itu nyamperin juga ke dia tentang aku, terus dia bilang deh sama aku..

e. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku sangat baik, mereka perhatian kalau aku sakit, ibu angkatku sering memberikan perlengkapan winternya sama aku, sering ngasih barang-barang sama aku..

f. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Di awal pertama aku masih merasa orang asing, tetapi setelah tiga bulan berikutnya mereka mulai mendekatkan diri sama aku, kalau aku sakit mereka perhatian. Jadi aku merasa jadi anggota keluarga mereka. Di keluarga angkatku yang kedua, aku juga merasa sebagai anggota keluarga mereka, gak ada canggung-canggung lagi karena aku juga terbiasa bertemu dengan mereka di sekolah saat mengantar anak-anak, kebetulan keluarga angkatku ini masih sahabat dekat keluarga angkatku yang pertama.

g. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, keluarga angkatku membayari kursus bahasa jermanku selama 2 semester. Perasaannya senanglah bisa mempelajari bahasa Jerman lebih dalam dan mempraktikkannya di keluarga angkatku dalam berkomunikasi.


(21)

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, yang menguntungkan buat aku itu budaya disiplin waktu mereka, terutama yang ku pelajari di keluarga angkat aku. Dalam mendidik anak, mereka tegas terhadap anaknya, sehingga anaknya lebih menghargai orang tuanya. Hal yang gak menguntungkan sama aku ialah menurut perspektifku seseorang itu harus menikah dulu dalam ikatan keluarga baru boleh tinggal bersama sementara di sana mereka bisa punya anak tanpa ikatan pernikahan

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku sekarang menjadi guru TK di International Christian School di Balikpapan, Kalimantan.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Sangat bagus, alasannya selai kita belajar bahasa, tinggal sama keluarga angkat, sharing kebudayaan satu sama lain dan bisa berwisata ke negara-negara tetangga Jerman, contohnya Italia, Belanda dan Perancis.


(22)

Informan IV

Nama : Cheri Volyna Siregar

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 tahun

Agama : Kristen

Alamat di Indonesia : Tebing tinggi, Sumatera Utara Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan bahasa Jerman

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya: Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Marburg, Januari 2015- November 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B1 Baik

Bahasa Inggris : Menengah Aktif Bahasa Asing Lainnya : -

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B2 Baik sekali Bahasa Inggris : Menengah Aktif Bahasa Asing lainnya : -


(23)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Sebelum menjadi Au pair aku guru honor bahasa jerman di SMA N 10 Medan, disitu aku memperhatikan dari pertama gajinya gak seberapa, kalau gitu terus kan gak ada perubahan dan juga saya mau mencari pengalaman ke Jerman kemudian saya mengambil keputusan untuk menjadi Au pair ke Jerman.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Aku tahu program Au pair itu sejak semester dua di Universitas, yang kenalkan itu dari kakak stambuk saya dan guru PPL saya kian, dan mereka kasih tau saya tentang program ini dan saya juga sering kontak-kontakan dengan mereka melalui media sosial saat mereka di Jerman.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Di bulan agustus saya udah mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat A1 di Goethe Institut. Lalu di bulan satu saya melakukan perjalanan ke Jerman sebagai au pair.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Aku melihat perkembangan pekerjaan di Medan ini sebagai guru honor gak memungkinkan lah untuk menabung. Aku sebenarnya mau menabung dulu karena biar ada tabunganku kan..


(24)

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Fokus utamaku adalah untuk menghasilkan uang, karena aku memang mau mengumpulkan uang dulu, kalau untuk travelling atau yang lainnya itu bonuslah itu.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Saya mencari keluarga angkat melalui website gratis aupairworld.com, awalnya ada keluarga di Leipzig, tetapi mereka gak jelas karena gak mau membayari tiket pesawat, terus ada keluarga di Marburg yang akhirnya kita klop, mereka bersedia membayari tiket pesawat saya dengan biaya putzenku (bersih-bersih) di rumah mereka. Saya mendapatkan keluarga angkat selama tiga bulan sejak saya mendaftar di situs ini. .

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Mentalku semakin ditempa, aku menjadi semakin mandiri dan lebih menghargai alam, belajar tentang bagaimana Jerman memperlakukan alam dan lingkungannya membuatku belajar untuk menerapkan sepeti itu juga di daerahku, contohnya hemat penggunaan plastik dan pembuatan kompos.


(25)

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Jadi aku dua kali ganti keluarga angkat selama menjadi au pair, masih sama-sama di daerah Marburg juga sih. Hubunganku dengan keluarga angkatku hanya bertahan selama tiga bulan, mereka adalah keluarga Jerman yang sangat pelit, Ayah angkatku sering tidak konsisten dengan perkataannya, bisa berubah-ubah, aku jarang dapat waktu di akhir pekan. Sebenarnya komunikasi kami lancarnya, cuman ya itu pelit kali keluarga mereka.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Hal pertama yang saya rasakan banggalah ya pastinya, karena bisa menginjakkan kaki di Jerman, karena belajar bahasa itu gak cukup hanya belajar bahasa di kampus, jadi Au pair juga merupakan pilihan yang tepat. Walaupun bahasaku itu aneh di awal-awal karena bahasa yang aku pelajari di Universitas itu beda sekali dengan bahasa yang dikomunikasikan sehari-hari, tetapi aku mengerti apa yang mereka bilang dan mereka kasih tahu kalau itu salah dan aku enaknya disitu, walaupun aku salah mereka gak meng-judge aku pertama kali. Di awal aku gak pernah segan-segan dengan keluarga angkat saya, karena aku orangnya to the point, tetapi setelah ada masalah baru aku segan.

c. Masalah seperti apa yang anda hadapi dengan keluarga angkat anda tersebut?

Jawab: Masalah yang mereka membohongi aku dan gak konsisten dengan perkataan mereka karena mereka gak ngasih aku kursus gratis ditambah anaknya juga anstrange (nakal) banget ya udah aku ganti keluarga aja.


(26)

d. Bagaimana anda mengkomunikasikan ingin berganti keluarga dengan keluarga angkat anda sebelumnya?

Jawab: Aku orangnya to the point kalau gak suka sama seseorang, jadi aku bilang sama mereka waktu sarapan pagi, aku mau keluar dan ganti keluarga, awalnya mereka shock dan bertanya kenapa? Terus aku bilang kalau aku stress di rumah ini, karena gak ada weekend (akhir pekan) untukku, aku kesini bukan cuman mau mengurus anak, aku juga kesini mau cari pengalaman dan belajar budayanya. Aku juga mengatakan tentang mereka berbohong tentang siapa yang membayar kursus bahasa dan aku gak tahan lagi dengan anak mereka. Sebenarnya ibu angkatku membujukku untuk membatalkan keputusanku, tetapi aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengan keluarga angkatku yang kedua, jadi ya mau gimana lagi.

e. Bagaimana anda mendeskripsikan hubungan anda dengan keluarga angkat anda yang kedua?

Jawab: Di awal mereka menyambutku dengan bagus, tetapi sejak kakak dari ibu angkatku tinggal di rumah mulailah terjadi masalah, karena anaknya lebih sering bermain dengan anak yang ku asuh, jadi kan aku lebih sedikit kerjanya, palingan sama si baby lah. Aku gak tau apa masalah si ibu angkatku samaku, dia sering menatapku aneh saat makan. Aku masuk di keluarga itu kan bulan Maret, dan mulai bermasalah di bulan Agustus sejak aku pulang urlaub (liburan) dari Paris. Menurutku itu dimulai sebelum pergi ke Paris, saat memesan tiket perjalanan ke Paris, ibu angkatku menyarankanku untuk mengambil paket tur Eropa, di mana aku menolak dan mengatakan itu mahal, dan dia bilang itu bagus, terus ku bilanglah ini pilihanku, direspon samanya


(27)

sebagai pilihan yang tolol. Awalnya ku pikir itu cuman bercanda aja tapi lama-lama udah gak enak lagi, kami lebih sering diam. Sampai mereka bilang untuk tidak bekerja di keluarga mereka lagi dan memberiku pilihan untuk pulang ke Indonesia atau ganti keluarga lagi, ya aku malas lah kan cuman tiga bulan lagi untuk ganti keluarga yaudah ku bilang Ich habe keine lust mehr im Deutschland zu leben (Aku gak punya hasrat lagi untuk hidup di Jerman), terus aku tanya mengapa dan alasannya, aku bilang bagaimana bagusnya aku bekerja mengurus anak dan rumahnya, tetapi sampai sekarang itu masih menjadi misteri juga buatku, mereka gak mau bilang, gak ada komunikasi terbuka..

f. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku sangat baik, di sini bisalah aku mengumpul uang kan, gajiku bisa sampai 500 Euro per bulan, mereka loyal kali lah, gak pelit, aku di beliin sepatu fitness dan biaya anggota memberku di Gym, wifi lancar gak kayak di rumah keluarga angkatku yang sebelumnya tiap malam dimatikan wifi.

g. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Di keluarga angkat pertama, aku merasa jadi anggota keluarga mereka, aku kan orangnya gak vacum, aku bukan orang yang nunggu orang biar bicarai aku duluan, kami nonton tv bareng sambil makan kacang. aku merasa udah dianggap sebagai anggota keluarga mereka, meskipun ayah angkatku pernah mengatakan kepadaku ―Du bist au pair, du arbeitest hier.‖


(28)

(Kamu itu cuman Au pair disini, kamu bekerja disini), hal itu kan gak seharusnya dibilang sama ayah angkat seorang au pair. Di keluarga angkat yang kedua, aku betul-betul merasa menjadi anggota keluarga, aku, Opa dan Oma pergi ke gereja bareng. Aku betul-betul dirangkul lah di keluarga itu, menghadiri acara pernikahan saudaranya pokoknya mereka sangat baik, bahkan Omanya mengenalkanku sebagai Enkelin (cucu) kepada orang-orang.

h. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, di keluarga angkat pertama aku harus membayar sendiri kursus bahasaku yang terbilang tidak murah karena keluarga angkatku berbohong. Untungnya di keluarga angkatku yang kedua aku diberikan fasilitas online learning dari ibu angkatku..

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, di keluarga pertama yang banyak aku pelajari adalah tentang masakan Jerman, kebetulan mereka gak suka masakan Indonesia, jadi ya aku pun harus belajar masak masakan Jerman dan acara Festival seperti Fasching Umzug (salah satu festival di Jerman yang berlangsung di bulan Februari), budaya bersihnya, teknologinya. Yang gak patut ditiru adalah budaya telanjangnya, aduh mereka gak risih berjalan di rumah cuman pakai dalaman. Di keluarga yang kedua, ramah tamah, budaya kekeluargaannya, lebih ke


(29)

alam kebetulan Gast familieku adalah keluarga Vegan, jadi aku belajar untuk hidup lebih ke nature, hal yang gak aku suka adalah cara mereka memutuskan kontrakku sebagai Au pair tanpa alasan sama sekali.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Masih mencari pekerjaan disini.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: sangat bagus untuk orang yang mau belajar bahasa dan budaya bahasa jerman, karena kita bisa bertanya langsung kalau kita ingin tahu tentang budaya mereka, terlebih untuk belajar bahasanya.


(30)

Informan V

Nama : Desty Rifiyanti

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Karawang, Jawa barat

Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya: Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Berlin, April 2014- April 2015 Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Menengah Bahasa Inggris : Menengah, aktif Bahasa Asing Lainnya : Jepang, Dasar

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : C1 Baik sekali Bahasa Inggris : Menengah, aktif Bahasa Asing lainnya : Jepang, Dasar

Pekerjaan sekarang : Freiwillige Sozial Jahr (pekerja sosial) di Hamburg, Jerman


(31)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: kehidupaan aku ya kuliah, nyusun skripsi, wisuda dan jarak dari aku kerja sebelum berangkat ke Jerman, aku bekerja sebagai daily worker (pekerja harian) di luxury hotel (hotel mewah) di Bandung..

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: udah tahu dari bangku kuliah, dari cerita-cerita teman sekampus, senior sama internet.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Jadi kan aku sebenarnya dapat 3 kontrak au pair, yang satu tinggal di Hannover, Baden Wutemburg dan Berlin. Ya aku memilih penawaran yang paling menguntungkan lah, di mana keluarga yang di Berlin yang paling menguntungkan. Mereka bersedia mendahulukan tiket pesawatku kan.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Sebelumnya aku gak pernah berpikiran untuk menjadi au pair, hal itu dimulai sejak mantan pacarku memutuskan untuk melanjutkan studi Master di Perancis, aku juga pengen, aku gak mau ditinggal, aku juga ingin ke Jerman tapi dengan jalur yang berbeda, aku ingin tetap dekat sama dia. Au pair ini juga sebagai batu loncatan aku untuk studi ke Jerman, aku sadar kalau aku memiliki keterbatasan, aku gak kaya, gak pintar untuk mendapatkan beasiswa, jadi aku merasa Au pair merupakan hal yang tepat untuk ku jalani di Jerman.


(32)

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar bahasa Jerman dan belajar kebudayaan Jerman. Au pair ini merupakan batu loncatan buat aku untuk studi ke Jerman.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku udah mendaftar di situs aupairworld.com, lewat jejaring sosial di facebook, kebetulan ada senior aku yang menginformasikan kalau salah satu dari kerabat keluarga angkatnya sedang mencari au pair, dia lalu nawarin aku, kasih email keluarga angkat ini, jadilah aku email dia, terus kita skype-an sampai dua kali dan tanda tangan kontrak. Kami berkomunikasi dalam bahasa Jerman. Sekitar dua bulan sejak aku apply visa ke kedutaan, visaku kemudian keluar dan aku berangkat ke Jerman dengan kesepakatan tiket pesawat dibagi dua, tetapi tetap ibu angkatku yang mendahulukan, nanti kemudian gajiku dipotong per bulan.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Karakter aku semakin dibentuk, aku menjadi lebih percaya diri sama hidup aku, aku belajar tentang keefektifan mereka, aku sekarang udah bisa


(33)

membuat pilhanku sendiri dan apa yang aku mau dan berusaha gimana mendapatkan yang aku mau.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku bisa dibilang baik meskipun dari awal aku udah sadar ada keterbatasan sendiri sih. Aku masih dianggap orang asing, aku disana ya dianggap sebagai au pair, ngobrol ya ngobrol, dia bantuin aku kalau menyiapkan makan malam, sarapan juga bareng-bareng. Cuman ya ada keterbatasan tersendiri deh. Kita gak bicara banyak tentang kehidupan masing-masing, kebetulan ibu angkatku single parent, kerja dari pagi sampai sore, mau sampai jam enam sore baru nyampe rumah, nah pas makan malam yan giliran dia sama anak-anaknya aja cerita-cerita. Jadi kita gak ada waktu banyak untuk berinteraksi. Aku cuman dianggap sebagai orang yang digaji aja.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Di awal-awal ya sering buat kesalahan sih, Emakku (ibu angkat) sering marah-marah cuman aku diam aja, iya-iya aja, aku gak tahu gak masukin ke hati, karena keterbatasan bahasa, karena aku memang gak ngerti-ngerti banget apa yang dia bilang. Ini ngomong apa sih, aku gak ngerti-ngerti. Udahlah keluarga angkatku keluarga ningrat ya kan, ngomong bahasa Jerman mesti dengan kesempurnaan grammar. Tapi itu udah bisa diatasi kok setelah aku ikut kursus di VHS (Volks Hoch Schule) terus juga buat cari aman aja, biar gak ada masalah.


(34)

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Apa yang ada di depan mata aku aku hajar aja, gak pernah ngeluh meski makan schwarze broetchen (roti keras khas Jerman) dan salat hampir tiap hari, keluarga aku lebih ke nature dan bio. Di awal-awal sih kalau aku sih dimarahi ya diam aja, gak ngomong gak masukin ke hati karena buat cari aman juga. Di awal juga aku udah sadar kalau mereka cuman nganggap aku sebagai Au pair yang cuman digaji, jadi aku gak terlalu mau membuka diri juga sama mereka.

d. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku baik sih, cuman ya gitu aku melihat diriku di mata mereka itu cuman sebatas Au pair yang digaji.

e. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Tidak, aku merasa masih ada keterbatasan sebagai anggota keluarga mereka, ya sekedar Au pair aja, kerja aku begini, aku merasa biasa aja sih keluargaku kan keluarga bangsawan gitu sih di Jerman, jadi mereka udah terbiasa dan ketergantungan sama au pair, contohnya itu waktu mereka pulang urlaub (liburan) dan aku gak ada di rumah, ibu angkatku marah-marah, tetapi dia gak ngomong dan ngasih kejelasan duluan kalau aku harus ada di rumah saat dia pulang, dia lalu ngomong masalah duit kalau aku itu sebenarnya dibayar, terus aku bilang kalau memang dia merasa dirugikan, aku bisa balekin duit dia beberapa euro atas kerugiannya. Mereka support sih dan


(35)

membantu tentang rencana masa depanku, tapi cuman sebagai penasehat aja, gak lebih dari itu.

f. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, perasaanku menghadiri sekolah bahasa pertama senang luar biasa, karena aku mengikuti kegiatan yang formal lagi, ada buku, ada guru. Meskipun uang kursus aku sendiri yang full yang bayar. Aku menghadiri sekolah bahasa di VHS sampai aku dapat sertifikat C1.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, aku sudah menggali, aku gali sampai manapun, perbedaan budayanya, aku mengikuti apa yang ada di depan aku, aku terima. Aku belajar sesuatu yang baru entah itu dari segi makanan, kultur, budaya dari cara mereka makan, menjalani kehidupan sehari-hari, aku hajar semua dan aku ikuti semua. Setelah setahun menjadi Au pair aku belajar tentang budaya mereka yang efektif, dari segi waktu dan gimana menghabiskan waktu dan menerapkannya dalam diri aku.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku sekarang kerja FSJ (Freiwillige Sozial Jahr) di Hamburg sembari cari-cari Ausbildung di Berlin.


(36)

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Bagus, karena disini itu membantu karakter kita untuk bisa konsisten dan membuat pilihan sama hidup kita sendiri.


(37)

Informan VI

Nama : Nelly Aswati Manurung

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Berastagi, Sumatera Utara

Pendidikan terakhir : SMK N 2 Pariwisata Jurusan Perhotelan

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya: Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Kassel, November 2014- November 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Dasar Bahasa Inggris : Pasif

Bahasa Asing Lainnya : Korea, Dasar

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B1 Baik Bahasa Inggris : Pasif

Bahasa Asing lainnya : Korea, Dasar


(38)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kehidupanku biasa saja, tamat SMK masih casual di Mickey holiday atau di Taman Simale di Berastagi, kadang sebagai waitress atau housekeeper, kalau gak kerja ya ikut bapak ke ladang.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Jadi kakak temanku lagi liburan ke Berastagi, dia itu seorang Au pair di Swiss dan sudah menjadi Au pair di beberapa negara,seperti di Jerman, Austria, Belanda dan terakhir di Swiss, dia bilang sama temanku ―coba ajak teman-temanmu siapa tau mau ikut au pair‖ jadi aku diajak sama temanku ke rumahnya, dan wow aku sangat tertarik untuk menjadi Au pair setelah melihat foto-foto kakak itu keliling Eropa, fotonya di Paris, Berlin dan di banyak kota cantik lainnya, jadi aku tau program Au pair setelah dijelasin sama kakak itu.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Setelah kakak itu jelasin dan kami tertarik, jadi aku dan dua temanku pun belajar bahasa Jerman sama kakak itu selama dua bulan, dia juga yang buatin profil kami di website aupairworld.com bantuin kami cari keluarga angkat sama membalas email dari keluarga angkat dalam bahasa Jerman. Sebenarnya aku udah ngajuin visa di bulan april, namun kata kedutaan visaku ditolak karena aku gak lulus di interviewnya, padahal di kontrak aku seharusnya udah bekerja bulan Juni. Jadi aku ngajuin visa banding dan


(39)

alhamdulillah diterima, jadilah aku berangkat ke Jerman di awal bulan November, semua tiket dibayar sama Gast familieku.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Setelah mendengar cerita-cerita kakak itu dan melihat foto-fotonya, aku sangat tertarik untuk menjadi au pair, aku pun berpikir bahwa program ini sangat bagus untuk dijadikan pekerjaan, ini merupakan kesempatan besar dan pengalaman bagus untuk hidup, aku memang sangat ingin untuk berkeliling dan pergi ke Eropa, dari yang tadinya mustahil ternyata masih ada jalan untuk orang miskin kayak aku ini. Selain tertarik karena aku bisa jalan-jalan, mendengar gaji yang dirupiahkan dari Euro juga membuat aku tertarik.

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar kebudayaan Jerman dan berkeliling Eropa, mengunjungi kota-kota cantik di Eropa, pokoknya di Eropa lah. Uangnya juga iya hahahaha.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku membayar kakak itu satu juta rupiah karena ngajari kami bahasa Jerman selama dua bulan dan bantuin kami buat profil untuk mendapatkan


(40)

keluarga angkat di Jerman. Setelah itu aku pergi ke Jakarta untuk tes A1 di Goethe, meskipun nilainya 67 aja yang penting lulus. Meskipun visa sempat ditolak satu kali, tapi untungnya keluarga angkatku baik dan mau nungguin aku meskipun mereka mesti nunggu ada lima bulanan gitu sampai aku dapat visa dan pergi ke Jerman. Aku pokoknya ke Jerman ini modal nekat aja lah.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Hidupku semakin baik, tapi gak seperti yang ku bayangkan. Mungkin semua orang beda-bedalah ya pikirannya, ini gak seindah yang ku impi-impikan, ternyata Au pair itu gak sebebas yang ku pikirkanlah karena tinggal dengan keluarga angkat. Mungkin karena aku dominitasnya dulu kerja kesini itu cuman mau kerja keliling Eropa ternyata aku harus kerja, mengerjakan pekerjaan rumah yang sangat banyak.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku sangat baik, mungkin karena sangking baiknya lah makanya aku mengalami konflik batin sama diriku sendiri. Saranku untuk orang yang mau jadi au pair, kita gak perlu takut untuk ngobrol dengan gast familie, apa yang ada di hati ini gak apa-apa diungkapkan.. Kesalahanku adalah aku terlalu menjaga perasaan mereka, dan apa yang aku rasakan terlalu ditutupi di hati, misalnya terlalu banyak bekerja, seharusnya ngomong, jangan kayak orang indonesia suka memendam dalam hati, pokoknya jangan takut-takutlah. Di bulan-bulan terkahir aku udah gak takut-takut lagi ngomong sama mereka, apa yang aku rasakan, aku bilang aja,


(41)

dan mereka menjadi lebih ramah. Gak seperti yang ku pikirkan, ku pikir mereka marah ternyata enggak.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Di awal-awal aku kan gak bisa bahasa Jerman, bahasa Inggris juga gak bisa, jadi selama bulan-bulan pertama kami cuman komunikasi pakai bahasa tubuh, untungnya setelah ikut kursus bahasa jadi aku udah mulai bisa ngomong bahasa Jerman sama mereka. Mereka baik banget, pokoknya sebenarnya kesalahannya ada samaku, seharusnya dari awal aku ngomong sama mereka kalau aku kerjanya terlalu banyak. Orang tua angkatku bekerja sebagai Petani, rumah mereka besar sekali, jadi meskipun mereka punya PutzFrau (Pembersih rumah) setiap minggu, tetap aja rumah itu kotor kalau mereka pulang dari ladang.

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Aku selalu ikut terlibat dalam semua kegiatan keluarga itu, meskipun di waktu luang, memang sulit ya tinggal satu rumah sama keluarga angkat, jadi meskipun di waktu luangku aku tetap kerja aja gitu, segan bilang kalau aku bilang sama ibu angkatku untuk pause (Istirahat). aku terlalu ingin mendekatkan diri kepada mereka, maka perasaan tidak enak sering muncul, misalnya diajak kemana-mana saat akhir pekan, aku selalu meng-iya-kan padahal yang ku inginkan hanyalah istirahat di kamar, tetapi karena menjaga perasaan jadi aku ikut aja. Aku juga sering masak untuk keluarga, dan mereka suka sama masakanku, aku sering masak masakan Indonesia, kebetulan Au pair mereka sebelum aku kan orang Padang dan dia suka masak makanan pedas, jadi lidah mereka udah terbiasa.


(42)

d. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku sangat baik, terutama Oma dan Opa, kadang aku diajak ke ladang mereka untuk metik appel. Aku juga sering diajak kemana-mana, kami makan malam sama, sarapan juga sama, aku ulang tahun juga dikasih kado sama dibuatin kue ulang tahun, pokoknya mereka sangat baik.

e. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Ya, aku merasa udah dianggap sebagai anggota keluarga mereka.

f. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, Aku menghadiri sekolah bahasa di VHS sampai aku dapa sertifikat B1,semua biaya kursus dan tesnya dibayari sama keluarga angkatku. Perasaanku bangga lah bisa belajar dan punya teman-teman baru dari negara lain, serulah, kami sering jalan-jalan bareng juga, hal yang gak pernah ku rasakan sebelumnya.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, tentang kekeluargaan, sopan santunnya maksudnya mereka gak beda-bedain siapa anak mereka atau siapa Au pair mereka, kasih sayangnya dan budaya memuji mereka memberikan pujian, misalnya Opa dan Oma


(43)

ngasih aku kartu ucapan dan hadiah pas aku lulus bahasa Jerman tingkat B1, pas natal dan Osterferien aku juga dikasih kado, budaya bersihnya. Yang aku gak suka, itu anak-anaknya, mentang-mentang aku Au pair mereka gak mau mendengarkanku, berbuat sesuka hati mereka, ya meskipun pas orang tuanya gak disitu. Terus yang aku gak suka sopan santunnya juga, di mana orang tua angkatku itu kadang-kadang menyenggak Opa sama Oma, padahal mereka udah banyak membantu tapi orang tua angkatku masih sering marah-marahin mereka. Orang tua angkatku juga terlalu memanjakan anak-anaknya, apa yang diinginkan anaknya selalu dituruti.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Au pair di Austria, aku memutuskan menjadi Au pair di Austria, karena aku mau tinggal di Kota, meskipun keluarga angkatku sebelumnya menawarkan aku untuk memperpanjang masa Au pair ku sebelumnya dengan visa lain dan menambah uang saku, aku gak mau tinggal di kampung lagi. Selain itu di Wien (Wina) aku dibayar 500 Euro per bulan.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Baguslah, untuk pengalaman hidup, belajar kebudayaan, dulu aku gak nyangka orang bule itu baik-baik, dulu ku pikir orang bule itu jahat-jahat, gak beres, gatal, ternyata setelah aku jadi Au pair dan belajar kebudayaan mereka, ternyata mereka gak seburuk yang ada di pikiranku. Ada baiknya selagi masih muda, jadi Au pair lah.


(44)

Informan VII

Nama : Sekar Khairina

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 26

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Jl. Cempaka no.8 Bekasi Utara, Kota Bekasi Jawa Barat

Pendidikan terakhir : Sarjana Humaniora

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya : Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011) : München, Desember 2014- Desember 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Dasar Bahasa Inggris : Baik Bahasa Asing Lainnya : -

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Baik sekali Bahasa Inggris : Baik Bahasa Asing lainnya : -

Pekerjaan sekarang : Bundesfreiwilligendienst (pekerja sosial) di Munchen


(45)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kehidupan saya sebelum menjadi Au pair sangat membosankan karena rutinitas saya setiap hari hanya bekerja di kantoran, berangkat subuh pulang malam dikarenakan kemacetan Ibu Kota Jakarta. Setiap hari hanya berkutat dengan komputer.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Saya sudah sering mendengar cerita mengenai Au pair di Jerman melalui internet dan cerita teman-teman. Kebetulan saya sudah memiliki sertifikat A1 salah satu syarat apabila ingin menjadi Aupair di Jerman dan seorang teman menawarkan apakah saya ingin menjadi Au pair di München di salah satu kerabat Gast Familie (Keluarga angkat) dari teman saya.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Akhirnya ketika saya merasa sudah cukup untuk bekerja di kantoran, saya berfikir saya harus melangkah., yang pada akhirnya saya memutuskan untuk resign(mengundurkan diri) dari kantor dan kebetulan seorang teman menawarkan apakah saya ingin menjadi Aupair di München di salah satu kerabat Gast Familie dari teman saya. Tanpa fikir panjang saya meng-iya-kan dan langsung mengurus dokumen-dokumen untuk visa. Dalam waktu 2 minggu visa selesai dan saya pun terbang ke München dengan modal nekat, dikarenakan saya kuliah jurusan sastra Inggris dan kemampuan berbahasa Jerman saya sangat minim sekali.


(46)

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Sebelum menjadi Au pair saya adalah seorang pegawai kantoran di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Setiap hari saya bekerja selayaknya pegawai kantoran lainnya. Berangkat subuh pulang sudah gelap karena kemacetan Ibu Kota Jakarta. Setiap hari bekerja di depan komputer dan sangat membosankan untuk saya. Saya ingin mencoba hal baru dan saya mempunyai mimpi untuk hidup di Eropa, akan tetapi karena keterbatasan ekonomi dan saya juga tidak ingin mempergunakan uang atau fasilitas dari orangtua mau tidak mau saya harus berfikir ulang bagaimana caranya saya bisa ke Eropa terutama Jerman. Saya memiliki ketertarikan tersendiri dengan negara Jerman. Saya ingin menjadi Au pair karena saya ingin kemampuan berbahasa Jerman saya meningkat karena saya hanya mengikuti kursus berbahsa Jerman di Indonesia sangat singkat dan hanya dengan kemampuan dasar A1, kemudian saya ingin merasakan bagaimana bisa bertahan hidup di Eropa dengan mandiri tanpa bantuan keluarga jauh dari kerabat atau keluarga. Saya juga ingin memiliki pengalaman baru, sebelumnya saya bekerja di kantoran hanya berkutat dengan orang dewasa atau komputer dan menjadi Au pair saya akan berkutat dengan dunia anak-anak. Saya juga mendengar mengenai Aupair dari beberapa pengalaman teman saya yang sudah menjadi Aupair di Jerman dengan berbagai macam cerita menyedihkan dan menyenangkan. Selain itu saya juga membaca semua mengenai Aupair dari internet.


(47)

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan saya awalnya adalah mempelajari bahasa Jerman dan budaya Jerman secara langsung akan tetapi pada akhirnya saya mendapat banyak sekali pengetahuan baru dan pengalam baru.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Melalui seorang teman yang menjadi Au pair di Muenchen, kerabat dari Gast familie (Keluarga angkat)nya sedang mencari au pair, lalu teman saya menawarkan apakah saya mau untuk menjadi Au pair mereka. Tanpa fikir panjang saya meng-iya-kan dan langsung mengurus dokumen-dokumen untuk visa. Dalam waktu 2 minggu visa selesai dan saya pun terbang ke München.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kehidupan saya setelah menjadi Au pair sangat berwarna dan sangat berbeda dengan sebelumnya, karena setiap hari saya berkutat dengan dunia anak-anak. Seperti dunia baru dan pelajaran baru di hidup saya


(48)

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubungan saya dengan keluarga angkat saya bisa dibilang antara baik dan tidak baik. Saya sangat membatasi diri saya untuk tidak menceritakan mengenai kehidupan atau diri saya kepada mereka karena saya merasa tidak nyaman, kenapa tidak nyaman karena saya tahu bagaimana mulut ibu angkat saya. Ibu angkat saya sangat senang bergosip dengan teman-temannya dan sangat sering membicarakan saya, contohnya, ketika saya melakukan sedikit kesalahan dia langsung menelefon temannya untuk bergossip dan menceritakan kesalahan saya, atau mengenai kehidupan pribadi saya.

Keluarga angkat saya tidak seperti keluarga Jerman normal lainnya, mereka sangat malas, jorok, sehingga setiap hari harus saya yang merapihkan rumah dan membersihkan rumah. Ibu angkat saya sangat pelit dengan makanan, terkadang saya tidak diberi makan atau makan dibatasi. Uang saku saya selalu telat diberikan kepada saya, anak-anaknya sangat dimanjakan oleh uang dan fasilitas ini itu. Saya bertahan hampir setahun karena menurut saya ini sebagai ujian mental dan pengalaman berharga buat saya mendapat ujian dengan keluarga angkat seperti ini.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Awalnya saya terkejut, karena keluarga angkat saya sangat berbeda dengan keluarga angkat teman saya. Meskipun memang orang Jerman pelit-pelit, hanya saja mereka biasanya tidak perhitungan terhadap Au pair mereka. Saya bertahan hampir setahun karena menurut saya ini sebagai ujian mental


(49)

dan pengalaman berharga buat saya mendapat ujian dengan keluarga angkat seperti ini.

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Saya sangat membatasi diri saya untuk tidak menceritakan mengenai kehidupan atau diri saya kepada mereka karena saya merasa tidak nyaman, kenapa tidak nyaman karena saya tahu bagaimana mulut ibu angkat saya. Ibu angkat saya sangat senang bergosip dengan teman-temannya dan sangat sering membicarakan saya, contohnya, ketika saya melakukan sedikit kesalahan dia langsung menelpon temannya untuk bergosip dan menceritakan kesalahan saya, atau mengenai kehidupan pribadi saya.

d. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukan saya dengan tidak baik, saya merasa sebagai orang asing di keluarga mereka. Ibu angkat saya sangat pelit dengan makanan, terkadang saya tidak diberi makan atau makan dibatasi. Uang saku saya selalu telat diberikan kepada saya.

e. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Tidak.

f. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, Saya hanya dibiayai untuk pergi kursus 3 bulan atau 1 semester saja. Menurut saya dengan pergi ke kursus juga tidak menjamin kita bisa lancar berbahasa Jerman. Berbahasa Jerman saya meningkat ketika saya


(50)

banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang Jerman. Selain itu saya jadi banyak mengetahui kebudayaan dan kebiasaan orang-orang Jerman setelah saya banyak berinterkasi dengan teman-teman Jerman. Buat saya itu sangat menguntungkan jadi saya tahu langsung bagaimana kebudayaan dan kebiasaan mereka dan saya tahu bagaimana saya harus memposisiskan diri saya ketika berada di Jerman dan menyaring beberapa budaya dan kebiasaan mereka yang tidak baik

.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, saya banyak belajar kebudayaan Jerman melalui interaksi dengan orang sekitar, seperti budaya mereka saat merayakan natal dan festival-festival kebudayaan lainnya di keluarga angkat saya. Saya juga memiliki seorang Pacar disana, jadi selain dia membantu saya untuk memperbaiki bahasa Jerman saya, grammar Jerman susah bener, jadi dia selalu bersedia membantu saya. Sejauh ini semuanya terlihat menguntungkan bagi saya.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku mengikuti program Bundesfreiwilligendienst (pekerja sosial) selama setahun di salah satu kinder krippe di München.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!


(51)

Jawab: Program Aupair bisa menjadi salah satu cara untuk mengetahui kebudayaan lain, karena mau tidak mau secara langsung atau tidak langsung dengan tinggal bersama keluarga angkat, kita akan mengikuti budaya mereka. Contohnya: bagaimana cara ketika makan, kebiasaan-kebiasaan keluarga Jerman pada saat makan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan sehari-hari yang mencerminkan perbedaan budaya Indonesia dengan budaya Jerman.


(52)

Informan VIII

Nama : Pras Dwi Dyas

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 25 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Yogyakarta

Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan bahasa Jerman

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya : Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Berlin, Mei 2014- Mei2015 Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B2, Baik

Bahasa Inggris : Menengah pasif Bahasa Asing Lainnya : -

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai au

pair(Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : C1, Baik sekali Bahasa Inggris : Menengah pasif Bahasa Asing lainnya : -

Pekerjaan sekarang : Ausbildung di salah satu Perusahaan retail di Berlin Jerman


(53)

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Tahun 2011 aku menyelesaikan perkuliahanku, tidak lama berselang aku mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar bahasa Jerman di sebuah lembaga konsultasi pendidikan ke Jerman yang peserta kursusnya diberikan pendidikan bahasa Jerman sebelum mereka kuliah ke Jerman, selama dua tahun aku menjadi pengajar, dari situ keinginanku untuk pergi ke Jerman semakin besar dan bahasa Jermanku juga aku rasa cukup untuk hidup di Jerman dan ku putuskan untuk menjadi Au pair ke Jerman.

b. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Au pair itu udah jadi keinginan aku sejak aku kuliah di jurusan pendidikan bahasa Jerman, rasa ingin tahuku mengenai Jerman, budaya Jerman, pendidikannya dan yang paling penting ialah orang-orangnya. Aku juga yakin dengan kemampuan bahasaku, aku juga punya teman yang udah banyak menjadi Au pair di Jerman, jadi aku gak perlu khawatir jika ada masalah sama kehidupanku di Jerman, mantan murid-murid aku juga udah banyak yang kuliah ke Jerman dan aku einfach (mudah) yakin aja sama keluarga angkatku. Aku juga berpikir dengan uang saku yang akan aku dapatkan aku bisa menghadiri kursus bahasa rutin dan aku bisa mempergunakan uang saku tersebut untuk keliling Jerman ataupun Eropa.

c. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?


(54)

Jawab: Tidak pernah

d. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Au pair adalah batu loncatan aku untuk study ke Jerman, aku ingin belajar bahasa Jerman dan memperbaiki bahasa Jerman agar aku bisa berbahasa Jerman dengan baik.

e. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku udah cari-cari keluarga angkat melalui website aupairworld.com, setelah aku mengenal beberapa keluarga, aku memutuskan untuk menjadi Au pair di sebuah keluarga di Berlin, kebetulan ayah angkatku memiliki darah Indonesia dan mereka pernah tinggal di Bali jadi ku rasa untuk komunikasi untuk mengenal satu sama lain akan tidak sulit. Aku tinggal dengan single mother , mereka udah pisah tapi komunikasi masih baik. Prosesnya kemarin terbilang cepat setelah berkenalan mereka memberikan kontrak, aku menhajukan visa dan setelah dua minggu visaku langsung keluar dan aku berangkat ke Jerman sebagai au pair. Keluarga waktu itu banyak yang tidak mendukungku untuk menjadi Au pair ke Jerman karena dalam pandangan mereka dan orang Indonesia pada umumnya Au pair itu cuman dianggap sebagai pembantu atau asisten rumah tangga, sulit juga menjelaskan program itu di awal-awal sama mereka tapi ya aku tetap berangkat.

f. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?


(1)

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ella Puspita Siregar NIM : 110904029

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non

Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Proses Komunikasi Lintas Budaya Mantan Au pair Indonesia dengan Keluarga Angkat Selama Berada di Jerman. Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini

Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Februari 2016 Yang Menyatakan


(2)

viii

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Konteks Masalah ... 1

1.2. Fokus Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1. Kerangka Teori ... 9

2.1.1. Komunikasi ... 9

2.1.1.a. Pengertian Komunikasi ... 9

2.1.1.b. Prinsip Komunikasi ... 11

2.1.1.c. Pengalihan Bahasa... ... 12

2.1.1.d. Komunikasi Konteks-Tinggi VS Komunikasi Konteks-Rendah... 13

2.1.2. Komunikasi Antarbudaya ... 14

2.1.2.a. Pengertian Komunikasi Antarbudaya ... 14

2.1.2.b. Model Komunikasi Antarbudaya ... 17

2.1.2.c. Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya... 20

2.1.3. Teori Penetrasi Sosial ... 21

2.1.4. Persepsi ... 24

2.1.5. Au pair ... 28

2.1.5.a. Pengertian dan Sejarah Au pair ... 29

2.1.5.b. Au pair di Jerman ... 30

2.2. Kerangka Pemikiran... ... 33

III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Penelitian ... 34

3.2. Subjek Penelitian ... 34

3.3. Objek Penelitian ... 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5. Keabsahan Data ... 37

3.6. Teknik Analsis Data ... 38


(3)

ix

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

4.2. Hasil Wawancara Proses Komunikasi Lintas Budaya Mantan Au pair Indonesia dengan Keluarga Angkat Selama Berada di Jerman .... 49

4.2.1. Hubungan Mantan Au pair dengan Keluarga Angkat ... 73

4.2.2. Au pair Sebagai Anggota Keluarga ... 76

4.3. Pembahasan ... 78

4.3.1. Proses Komunikasi Lintas Budaya Mantan Au pair Indonesia dengan Keluarga Angkat Selama Berada di Jerman ... 79

4.3.2. Mendekatkan Diri dengan Keluarga Angkat dalam Teori Penetrasi Sosial ... 83

4.3.3. Hambatan yang Ditemui dalam Proses Komunikasi Lintas Budaya ... ... 86

4.1.4. Persepsi Mantan Au pair Indonesia dalam Berkomunikasi dengan Keluarga Angkat ... ... 89

4.1.5. Gegar Budaya (Culture Shock) ... 91

V SIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1. Simpulan ... 95

7.2. Saran ... 97

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN


(4)

x

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

4.1. Tabel Klasifikasi Gegar Budaya yang dialami oleh mantan Au pair Indonesia ... 94


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Model Gudykunst dan Kim ... 18

2.2. The Penetration of Pete’s Personality Structure ... 22 2.1. Kerangka Pemikiran ... 33


(6)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Hasil Wawancara Dokumentasi Penelitian

Lembar Catatan Bimbingan Skripsi