Prinsip Pengenaan Pajak Pendapatan Asli Daerah PAD

commit to user 35

2.2.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain PAD yang sah menurut Soelarno 1990 adalah hasil daerah yang diperoleh dari hasil usaha perangkat pemerintah daerah dan bukan hasil kegiatan dan pelaksanaan tugas, juga bukan merupakan hasil pelaksanaan kewenangan perangkat pemerintah daerah yang bersangkutan. Lebih jelasnya sumber ini bukan hasil pajak daerah, bukan hasil retribusi daerah dan juga bukan hasil perusahaan daerah. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004, meliputi: a Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b Jasa giro; c Pendapatan bunga; d Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan e Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah.

2.2.2. Prinsip Pengenaan Pajak

Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan penerimaan daerah, sehingga mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pembangunan daerah. Upaya peningkatan penerimaan daerah dimaksud dapat dilakukan dengan menggali dan mengembangkan potensi, kapasitas dan kemampuan yang dimiliki daerah dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. commit to user 36 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah PAD. Sebagai sumber utama PAD, Pemerintah senantiasa mendorong peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari PDRD tersebut melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan daerah dan retribusi daerah sesuai dengan perkembangan keadaan. Ketentuan peraturan perundangan yang mengatur tentang PDRD adalah Undang- undang Nomor 28 Tahun. Undang-undang PDRD ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1 Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. 2 Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. 3 Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah yang dipergunakan dalam penyusunan undang-undang ini seperti dinyatakan dalan Nota Keuangan RAPBN 2011 yaitu: 1 Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tidak terlalu membebani rakyat. commit to user 37 2 Jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam undang-undang Closed-List . Namun demikian, khusus untuk retribusi daerah masih dimungkinkan untuk ditambah jenisnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 3 Meningkatkan kewenangan perpajakan daerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan dengan memperluas basis pungutan dan memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam undang-undang. 4 Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam undang-undang sesuai kebijakan pemerintahan daerah. 5 Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara preventif . Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur pajak dan retribusi harus mendapat persetujuan Pemerintah sebelum ditetapkan menjadi Perda. Pelanggaran terhadap aturan tersebut dikenakan sanksi berupa penundaan danatau pemotongan DAU danatau DBH. Sebagai sumber pendapatan bagi Pemerintah Daerah, prinsip pengenaan pajak harus memenuhi Smith’s Canons Suparmoko, 2002, yang meliputi: a. Unsur keadilan equity Pajak harus adil baik secara vertikal maupun secara horizontal. Adil secara vertikal artinya pajak harus dikenakan sedemikian rupa sehingga dirasakan adil di antara berbagai tingkat atau golongan yang berbeda. Sedangkan adil secara horisontal artinya pajak dikenakan sedemikian rupa sehingga dirasakan commit to user 38 adil diantara berbagai sektor yang berbeda pada tingkat atau golongan pendapatan yang sama. b. Unsur kepastian certainty Pajak hendaknya dikenakan secara jelas, pasti dan tegas kepada setiap wajib pajak. Hal ini akan mendorong pemerintah dalam membuat perkiraan mengenai rencana pendapatan daerah yang akan datang dan juga akan ada keikhlasan dan usaha yang sungguh-sungguh bagi wajib pajak dalam membayar pajak. c. Unsur kelayakan convenience Dalam memungut pajak daerah, wajib pajak harus dengan senang hati membayar pajak kepada pemerintah karena pajak yang dibayarnya layak dan tidak memberatkan para wajib pajak. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus menggunakan uang pajak untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan masyarakat tahu bahwa uang tersebut tidak diselewengkan penggunaannya. d. Unsur efisien economy Pajak yang dipungut pemerintah daerah jangan sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi daripada pendapatan pajak yang diterima pemerintah daerah. e. Unsur ketepatan adequacy Pajak tersebut di pungut tepat pada waktunya dan jangan sampai memperberat anggaran pendapatan dan belanja pemerintah yang bersangkutan. commit to user 39 Davey 1988 memberikan beberapa kriteria umum tentang perpajakan terutama di daerah sebagai berikut. a. Kecukupan dan elastisitas Hasil pemungutan pajak harus menghasilkan pendapatan yang besar dalam kaitannya dengan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan dikeluarkan. Selain itu harus diperhatikan pula apakah biaya pemungutan pajak sebanding dengan besarnya hasil pajak, kemudahan untuk memperkirakan besarnya hasil pajak yang sangat tergantung pada elastisitas pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya. b. Keadilan Prinsipnya adalah beban pengeluaran pemerintah daerah harus dipikul untuk semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masing-masing golongan. Terdapat tiga dimensi keadilan, yaitu a adil secara vertikal, artinya golongan masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih besar wajib membayar pajak lebih besar dibandingkan dengan golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah; b adil secara horizontal, artinya pajak dirasakan sama bebannya bagi berbagai golongan yang berbeda tetapi dengan tingkat penghasilan sama; c adil secara geografis, artinya pembebanan pajak harus adil antar penduduk di berbagai daerah. c. Kemampuan administratif Pajak harus dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah, baik secara politik maupun secara administrasi. commit to user 40 d. Kesepakatan politis Keputusan pembebanan pajak sangat tergantung pada kepekaan masyarakat, pandangan masyarakat secara umum tentang pajak dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat pada suatu daerah. Sehingga sangat dibutuhkan suatu kesepakatan bersama bila dirasakan perlu dalam pengambilan keputusan perpajakan. e. Kecocokan suatu pajak sebagai pajak daerah daripada sebagai pajak pusat. Jelas bagi daerah, bahwa penetapan suatu pajak daerah harus memperhatikan letak objek pajak daerah, mobilitas basis pajak daerah, subjek pajak daerah, hasil pemungutan pajak yang memadai serta sederhana dalam proses administrasi. 2.3. Landasan Teori Pendukung Hipotesis 2.3.1. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap PAD Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah penduduk termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan dengan pembangunan ekonomi. Hubungan antara keduanya tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula Wirosardjono,1998. Jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai aset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban pembangunan. Sebagai aset apabila dapat meningkatkan

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Provinsi Yogyakarta Tahun 2010-2015.

1 5 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 14

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pati Tahun 1993 - 2013.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1991 2008

1 21 101

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI MALUKU TAHUN 1990–2010 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Tahun 1990–2010.

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MADIUN TAHUN 2000-2014 TESIS

0 0 16