commit to user
78 membuktikan bahwa keberhasilan perekonomian Kabupaten Madiun yang
dirasakan masyarakat Kabupaten Madiun semakin membaik pula. Ukuran ini tidak bisa mengukur tingkat kesenjangan antar penduduk, tetapi keberhasilan
perekonomian dengan pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan nantinya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
4.3. Deskripsi Variabel-variabel Penelitian
4.3.1. Variabel Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Madiun terdiri dari pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Perbandingan antara realisasi PAD dengan target PAD akan didapatkan tingkat
efektivitas dari pemungutan PAD. Tabel 4.3 akan menginformasikan tentang nilai penerimaan, pertumbuhan dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah PAD
Kabupaten Madiun dari tahun 1991-2010. Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan PAD Kabupaten Madiun
selama periode tahun 1991 – 2010 berfluktuasi dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 22,45 per tahun. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar
-22,04, disamping adanya penurunan target pada tahun tersebut juga akibat adanya krisis moneter. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2001 dimana
PAD pada tahun tersebut meningkat sebesar 84,72 dari tahun sebelumnya karena adanya Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi
yang memungkinkan penambahan obyek baru pajak dan retribusi.
commit to user
79
Tabel 4.3. PAD Kabupaten Madiun Tahun 1991– 2010
Sumber : DPPK Kabupaten Madiun, 1991-2010.
Pertumbuhan PAD yang fluktuatif tersebut disebabkan karena terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan berkenaan dengan pajak dan retribusi
sebagai komponen utama yang mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan PAD. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda-beda ini menyebabkan jenis
pajak daerah dan retribusi daerah mengalami banyak perubahan, antara lain menyebabkan penghapusan jenis pajak daerah dan retribusi daerah dan disaat
yang sama juga memberikan peluang dimungkinkannya ditarik jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang baru. Lebih jelasnya, pertumbuhan PAD dapat dilihat
pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan PAD selama
commit to user
80 tahun 1991–2010 sangat bervariasi, mengalami pertumbuhan negatif pada tahun
1998 pada waktu krisis moneter dan mencapai puncaknya pada tahun 2001 dimana PAD meningkat sebesar 84,72 dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.1. Diagram Garis Pertumbuhan PAD Kabupaten Madiun
Sumber: DPPK Kabupaten Madiun 1991-2010, diolah dari tabel 4.3.
Mengukur seberapa besar target penerimaan PAD yang dihitung berdasarkan kapasitas penerimaan PAD mampu direalisasikan oleh aparatdinas
pemungut pajak maka dapat dilihat dari rasio efektivitasnya. Semakin besar rasio efektivitas atau perbandingan antara ralisasi penerimaan PAD dengan target
penerimaan PAD maka semakin efektif pengelolaan PAD, sehingga mampu melampaui target PAD, sebaliknya semakin rendah rasio efektivitas maka
semakin tidak efektif pengelolaan penerimaan PAD. Penentuan target PAD disusun dengan menggunakan beberapa variabel
antara lain. 1
Kondisi potensi atau data objek pungutan dan asumsi perkembangannya pada tahun berjalan.
2 Pertumbuhan perolehan PAD dari tahun ke tahun.
commit to user
81 3
Estimasi perkembangan dan kondisi di lapangan. 4
Faktor-faktor pendukung seperti tarif, penagihan tunggakan, kegiatan pemungutan dilapangan.
5 Karakter masing-masing jenis pungutan PAD tidak sama.
6 Penerimaan bersumber dari bagi hasil pajak bagi hasil bukan pajak sangat erat
kaitannya dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 7
Kajian potensi dan pendataan objek pungutan untuk dijadikan bahan referensi dan evaluasi sehingga target yang ditetapkan lebih rasional.
Tim peneliti Fisipol UGM bekerjasama dengan Litbang Depdagri menyebutkan tolok ukur dalam menilai efektivitas PAD Munir, 2002 yaitu jika
rasio efektivitas PAD nilainya diatas 100 sangat efektif, 90,01-100 efektif, 80,01-90 cukup efektif, 60,01-80 kurang efektif dan kurang
dari 60 tidak efektif. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa efektivitas PAD dengan nilai terendah terjadi pada tahun 1998 dimana rasio realisasi PAD dengan
target PAD sebesar 72,21 sehingga masuk kriteria kurang efektif, sedangkan pada tahun 2010 rasio realisasi PAD tehadap target PAD mempunyai nilai
tertinggi yaitu sebesar 120,67 sehingga masuk kriteria sangat efektif. Selama tahun 1991-2010 rasio realisasi PAD dengan target PAD rata-rata sebesar 95,11,
hal ini menunjukkan bahwa kinerja dalam pemungutan PAD di Kabupaten Madiun adalah efektif.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap penerimaan PAD secara keseluruhan. Kontribusi terbesar
dalam menyumbang penerimaan PAD berasal dari pajak daerah dan retribusi
commit to user
82 daerah. Sebagai sumber utama PAD, maka pemerintah pusat senantiasa
mendorong peningkatan penerimaan daerah dari pajak dan retribusi tersebut melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan perkembangan keadaan yang akhirnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Madiun dengan menerbitkan Peraturan
Daerah tentang pajak dan retribusi. Kontribusi sumber-sumber PAD di Kabupaten Madiun terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kontribusi Sumber-sumber PAD di Kabupaten Madiun 1991-2010 Rp
Sumber: DPPK Kabupaten Madiun, 1991-2010.
commit to user
83 Data pada Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa selama tahun 1991-2010
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi yang tinggi dalam pembentukan PAD, sedangkan pendapatan yang diperoleh dari Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan mempunyai kontribusi yang sangat rendah dalam pembentukan PAD. Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan mempunyai kontribusi kurang dari 5 terhadap total penerimaan PAD dalam setiap tahunnya. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan didapatkan dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD. BUMD tersebut adalah BUMD Bank Jatim, BUMD PDAM,
BUMD Bank Perkreditan Rakyat dan BUMD Apotik Caruban. Kecilnya persentase kontribusi dari BUMD tersebut disebabkan kurang profesionalnya
pengelolaan BUMD. Keadaan ini lebih disebabkan SDM pengelola BUMD tidak memiliki kemampuan yang profesional sebagai pengelola sebuah perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan, sehingga tidak mengherankan apabila keberaaan BUMD ini ada yang mengalami kerugian dan bahkan menjadi beban pemerintah
daerah, walaupun BUMD sebenarnya memiliki power yang cukup kuat dalam melakukan kegiatan usaha karena secara langsung mendapat dukungan dari
pemerintah daerah Kabupaten Madiun. Pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah memiliki kontribusi yang cukup
besar dalam PAD disamping Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pendapatan dari pos ini lebih ditentukan oleh kreativitas dari pemerintah daerah dalam upaya
penggalian PAD diluar Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, karena semua penerimaan diluar ketiga pos
commit to user
84 tersebut akan dimasukkan ke dalam pos Lain-lain PAD yang Sah. Termasuk
dalam Lain-lain PAD yang Sah adalah hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, bunga deposito, sewa tanah bengkok dan lain-
lain. Pada tahun 2010 kontribusi penerimaan PAD dari Retribusi Daerah
mengalami penurunan menjadi 17,55 dibanding tahun 2009 sebesar 53,51. Disisi lain kontribusi Lain-lain PAD yang Sah pada tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi 60,34 dibanding tahun 2009 sebesar 16,03. Hal ini disebabkan karena berubahnya status RSUD Caruban menjadi Badan Layanan
Umum Daerah BLUD RSUD Caruban, sehingga pendapatan dari retribusi pelayanan kesehatan berubah menjadi pendapatan BLUD yang termasuk Lain-lain
PAD yang Sah. Sebagai sumber utama PAD, Pemerintah Kabupaten Madiun senantiasa
mendorong peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. Cara yang dilakukan adalah melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak dan retribusi. Secara intensifikasi, usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Madiun dalam upaya meningkatkan PAD adalah. 1
Memberlakukanmelaksanakan sistem pungutan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam Mapatda.
2 Diadakan penyempurnaan administrasi saranaprasarana kerja dengan
menggunakan sistem komputerisasi.
commit to user
85 3
Diadakan pendekatan kepada masyarakatwajib pajak dan retribusi melalui penyuluhan-penyuluhan.
4 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membentuk Tim
Penagihan pajak dan retribusi melalui penyuluhan-penyuluhan. 5
Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan perijinan pada pelayanan satu atap.
6 Terus menerussecara berkesinambungan diadakan pencairan tunggakan,
7 Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait terutama yang berkenaan
dengan perubahan data. 8
Penyampaian Surat Ketetapan Retribusi tepat pada waktunya. 9
Mengadakan monitoring terhadap pelaksanaan pemungutan di lapangan. 10
Meningkatkan kualitas aparatur dengan mengikut sertakan karyawan untuk mengikuti kursus-kursuspenataran mengenai PAD.
Secara ekstensifikasi, usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten madiun dalam upaya meningkatkan PAD adalah.
1 Mendata ulang obyek-obyek pajak dan retribusi yang ada dengan cara
menertibkan administrasi. 2
Penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku sepanjang berpotensi serta tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat. 3
Penyesuaian tarif pajak dan retribusi melalui perubahan Peraturan Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
commit to user
86
4.3.2. Variabel Jumlah Penduduk