commit to user
66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun secara astronomis terletak pada 7012’-7048’38’’ Lintang Selatan dan 111025’45’’-111051’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Madiun adalah 1.010,86 Km
2
atau 101.086 Ha. Secara administratif Kabupaten Madiun terbagi dalam 15 kecamatan, 8 kelurahan dan 198 desa.
Kabupaten Madiun di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, di sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Ngawi. Jarak antara Kabupaten Madiun dengan
Ibukota Propinsi Jawa Timur Surabaya ± 175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara Jakarta ± 775 Km ke arah barat.
Secara topografis Kabupaten Madiun mempunyai bentuk permukaan lahan sebagian besar 67.576 Ha relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 10
- 15
. Penggunaan lahan di wilayah kabupaten terluas adalah wilayah Hutan Negara yaitu 40.511 Ha 40,08 persen, setelah itu lahan sawah seluas 30.951 Ha 30,62
persen, selanjutnya pemukimanpekarangan seluas 15.322,26 Ha 15,16 kemudian berturut-turut adalah wilayah tegal seluas 7.091,54 Ha 7,02 persen,
lain-lain jalan, sungai, makam seluas 3.902,2 Ha 3,86 persen, lahan perkebunan seluas 2.472 ha 2,45 persen dan perairan kolamwaduk seluas 836 Ha 0,83
persen.
commit to user
67
4.2. Kondisi Perekonomian Kabupaten Madiun 4.2.1. Gambaran Umum Kondisi Perekonomian
Percepatan ekonomi merupakan salah satu hal yang penting dalam menilai ekonomi makro suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi, alat yang biasa
digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan dapat
menunjukkan pertumbuhan
riil aktivitas
perekonomian tanpa
mempertimbangkan perubahan harga-harga atau sudah terlepas dari pengaruh inflasi.
Ekonomi Kabupaten Madiun tahun 2010 dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu ekspektasi dari kemajuan yang sudah dicapai pada tahun 2009, masalah dan
tantangan yang dihadapi tahun 2010 serta langkah kebijakan yang akan di laksanakan. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun sebesar
5,06 persen. Kabupaten Madiun dengan jumlah penduduk sebanyak 771.443 jiwa 2010, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa proporsi dari jumlah penduduk
yang hidup dibawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas pembangunan jangka pendek. Tingkat
pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai. Selain pertumbuhan, proses
pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi dari sisi
permintaan agregat terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan yang pada gilirannya membawa perubahan selera masyarakat yang terefleksi dalam
perubahan pola konsumsinya. Sementara sisi penawaran agregat, faktor
commit to user
68 pendorong utama adalah perubahan atau kemajuan teknologi, peningkatan sumber
daya manusia SDM. Ada korelasi positif antara pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, paling tidak dalam periode jangka panjang, pertumbuhan yang
berkesinambungan membawa perubahan struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan peningkatan pendapatan masyarakat, dan pada gilirannya perubahan
tersebut menjadi faktor pemicu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi akan dapat meningkatkan kesejahteraan jika
pertumbuhan penduduk diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja sumber pendapatan. Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai dengan penambahan
kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut, yang selanjutnya akan menciptakan suatu
kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Upaya Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah
diimbangi dengan mendorong dan memacu kemajuan pedesaan didukung strategi Tiga Satuan Wilayah Pengembangan SWP, memberikan perhatian terhadap
pengembangan kawasan yang berbatasan dengan kotakabupaten lain. Pengembangan kawasan Caruban sebagai pusat pelayanan pemerintahan
dan pusat transit lintas daerah, didukung penajaman tata ruang dan pembangunan fasilitas dasar secara bertahap dapat memberikan ruang untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun yaitu di Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR. Keputusan Bupati Madiun No. 271 Tahun 2005 Tentang
commit to user
69 Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan “Gedangsari” dengan
harapan : 1.
Untuk pengembangan sumber daya manusia. 2.
Terbentuknya klasterisasi. 3.
Terbangunnya sistem usaha dan agrobisnis. Pengembangan kawasan Dolopo sebagai kawasan kota tani utama
agropolitan diharapkan dapat menarik investasi dan permodalan agrobisnis. Kecamatan Dagangan, Kebonsari dan Geger dilakukan penambahan fasilitas
penunjang yang dapat mendorong pertumbuhan pada sektor pertanian serta keserasian tata ruang dan regulasi sistem usaha Agribisnis.
Ada tiga langkah pokok yang akan berperan penting dalam pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertama, investasi lebih digerakkan.
Kebijakan percepatan investasi masyarakat, peningkatannya akan didorong oleh pembangunan infrastruktur yang dibiayai APBD. Kedua, efektivitas APBD
ditingkatkan. Pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dibiayai APBD diupayakan sedini mungkin agar memberi dorongan lebih awal pada
perekonomian. Ketiga, memperkuat ketahanan ekonomi dengan mengembangkan komoditi-komoditi unggulan.
4.2.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Madiun Tahun 2007–
2010
Kabupaten Madiun, sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam menciptakan besarnya nilai PDRB, sementara tingkat produktivitasnya sangat
commit to user
70 tergantung pada daya dukung sumber daya alam, sedangkan daya dukung sumber
daya alam sangat terbatas dan kemampuannya semakin menurun. Usaha yang dilakukan adalah peningkatan perekonomian rakyat yang berbasis agro dan
menguatkan sistem ketahanan pangan. Agropolitan dan Agrobisnis merupakan kebijakan pemerintah guna meningkatkan investasi dan permodalan agrobisnis di
wilayah Kabupaten Madiun. Pergerakan ekonomi tampak dari peningkatan Produk Domestik Regional
Bruto PDRB Kabupaten Madiun. Sejak tahun 2007 PDRB atas dasar harga berlaku ADHB mencapai masing-masing Rp 4.304.724,14 juta 2007;
Rp 4.940.336,21 juta 2008; Rp 5.568.241,73 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 6.148.071,16. Ditinjau atas dasar harga konstan tahun 2000 ADHK, PDRB
Kabupaten Madiun meningkat masing-masing Rp 2.212.871,48 Rp 2.329.838,15 2007; Rp 2.452.601,92
2008, Rp 2.567.178,18 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 2.707.523,66.
Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran PHR memberikan sumbangan terbesar pada PDRB Kabupaten Madiun tahun 2010
masing-masing sebesar Rp 2.034.043.620.000,00 dan Rp 1.731.159.070.000,00 atau mempunyai peranan sebesar 33,07 persen dan 28,15 persen. Dominasi kedua
sektor ini begitu besar sehingga memantapkan bahwa Kabupaten Madiun sebagai Kabupaten Penyangga Pertanian. Lebih jelas tentang nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan serta peranan sektoral dapat dilihat pada Tabel 4.1.
commit to user
71
Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Madiun Tahun 2007 – 2010 Juta Rupiah
Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 2007-2010
Hal yang perlu dikaji bahwa PDRB sektor pertanian sejak tahun 2007 hingga 2010 peranannya turun naik jika dilihat dari nilai PDRB atas dasar harga
berlaku. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Madiun perlu pengelolaan sumber daya alam yang selaras dengan perkembangan teknologi
sehingga dapat menguatkan sistem ketahanan pangan, agropolitan dan agrobisnis. Sektor pertanian secara keseluruhan harus didorong dan diarahkan pada
pengembangan teknologi pembenihan serta terjaminnya kelancaran distribusi pupuk maupun ketersediaannya, sehingga sektor pertanian khususnya tanaman
bahan makanan dan tanaman perkebunan dapat ditingkatkan produktivitasnya.
commit to user
72 Luas lahan pada sektor pertanian di Kabupaten Madiun sebesar 38,45 persen dari
luas seluruh wilayah Kabupaten Madiun, namun infrastruktur pendukung pertanian seperti jembatan, sistem pengairan, dan sarana produksi perlu
diperbaiki. Kondisi geografis Kabupaten Madiun yang menjadi tempat transit serta
berkembangnya perdagangan di Kota Madiun, menyebabkan Sektor PHR mendapatkan ruang yang cukup untuk berkembang. Apalagi sektor ini tidak
memerlukan lahan yang luas sebagaimana sektor pertanian. Terjadinya pergerakan ekonomi di seluruh sektor ekonomi pada tahun
2010, ekonomi Kabupaten Madiun mampu tumbuh sebesar 5,06 persen, sedikit lebih cepat dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,23 persen. Dari
sisi pertumbuhan sektoral, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,52 persen, hal ini diindikasikan telah tumbuh
pesatnya
leasing
di Kabupaten dan Kota Madiun yang membawa dampak pada tumbuhnya sub sektor angkutan jalan raya di Kabupaten Madiun, selain itu
perkembangan teknologi informasi yang cepat juga membawa dampak yang cukup signifikan pada pertumbuhan sub sektor komunikasi.
4.2.3. Struktur Ekonomi Kabupaten Madiun
Perekonomian suatu wilayah berkembang sesuai dengan nilai historis, geografis, dan kultur masyarakatnya. Kabupaten Madiun sejak dulu sektor
pertaniannya berkembang cukup baik. Perkembangan ekonomi Kabupaten
commit to user
73 Madiun lebih didukung oleh nilai historis dimana memiliki lahan yang subur
menjadikan struktur Kabupaten Madiun menjadi agraris. Struktur ekonomi Kabupaten Madiun dibedakan seperti berikut ini:
1 Sektor Primer, terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan
Penggalian; 2
Sektor Sekunder; terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik Gas Air, dan Sektor Konstruksi;
3 Sektor Tersier, terdiri dari Sektor Perdagangan Hotel Restoran, Sektor
Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-jasa.
Biasanya besaran peranan PDRB dari ketiga sektor tersebut disajikan atas dasar harga berlaku ADHB. Dengan melihat nilai ketiga sektor besar primer,
sekunder dan tersier dalam suatu periode waktu tertentu, selain akan diketahui struktur ekonomi juga diketahui pergeserannya.
Tabel 4.2. Struktur Ekonomi Kabupaten Madiun Tahun 2007-2010
SEKTORSUB SEKTOR
2007 2008
2009 2010
1 2
3 4
5
Sektor Primer
36,17 35,42
35,10 36,66
1 Pertanian 32,95
33,06 32,67
34,80 2 Pertambangan Penggalian
2,15 2,36
2,01 1,86
Sektor Sekunder
14,68 14,85
14,92 13,38
3 Industri Pengolahan 4,18
4,08 4,27
4,60 4 Listrik, Gas, Air Bersih
0,85 0,87
0,85 0,93
5 Bangunan 9,88
9,90 9,81
7,85
Sektor Tersier
49,15 49,73
49,98 49,97
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 27,49
26,67 28,41
25,72 7 Angkutan Komunikasi
3,32 3,17
3,46 3,37
8 Keuangan, Persewa. Js. Perus. 4,04
4,25 3,90
4,48 9 Jasa-jasa
15,13 15,65
14,62 16,40
Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 2007-2010
commit to user
74 Data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2009,
peranan Sektor Primer semakin menurun. Pada tahun 2007 peranan Sektor Primer sebesar 36,17
persen dan terus menurun hingga menjadi 35,10 persen pada tahun 2009. Penurunan ini akibat peranan salah satu sektor pendukungnya mengalami
penurunan yaitu sektor pertanian, semakin berkurangnya lahan dan minimnya balas jasa di sektor itu merupakan penyebab utama mengapa terjadi penurunan
peranan. Satu-satunya usaha yang masih diharapkan eksistensinya untuk mendukung PDRB Kabupaten Madiun adalah subsektor pertanian tanaman bahan
makanan. Pengembangan teknologi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peranan sektor primer. Selain itu, salah satu cara efektif yang bisa
ditempuh untuk meningkatkan peran sektor primer adalah dengan membangun fasilitas infrastruktur pertanian seperti pembangunan irigasi, menjaga ketersediaan
dan distribusi pupuk dengan melakukan pengawasan pada kios-kios maupun pengembangan kawasan agropolitan. Hal itu nampaknya mulai menampakkan
hasil, dengan dibuktikannya adanya peningkatan sektor primer pada tahun 2010 yaitu mencapai kenaikan sampai pada angka 36,66 persen.
Sektor Sekunder mengalami peningkatan peranan sejak tahun 2007, akibat peningkatan peranan di Sektor Industri Pengolahan. Pada tahun 2007, peranan
Sektor Sekunder sebesar 14,68 persen, dan selanjutnya meningkat tiap tahun masing-masing 14,85 persen 2008 dan 14,92 persen 2009, sedangkan pada
tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 13,38 dikarenakan adanya penurunan pada kegiatan bangunankonstruksi.
commit to user
75 Sektor ketiga yang membentuk struktur ekonomi Kabupaten Madiun
sektor tersier. Tabel 4.2 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2010, peranan sektor tersier
mencapai 49,97 persen, sedangkan pada tahun 2007 peranannya hanya mencapai 49,15 persen. Peningkatan peran ini dikarenakan dampak positif dari
pembangunan pusat-pusat perbelanjaan di Kota Madiun yang membawa multiplier efek pada sektor tersier perdagangan yang semakin membaik di
Kabupaten Madiun. Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat juga berperan besar dalam meningkatkan nilai tambah pada sektor tersier.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kabupaten Madiun didominasi oleh sektor primer dan sektor tersier, dan dalam perkembangannya,
peranan sektor sekunder semakin meningkat seiring kejenuhan peranan yang terjadi pada sektor primer. Ini ditandai dengan semakin meningkatnya peranan
dari sub sektor industri pengolahan.
4.2.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun
Satu hal yang penting dalam membahas masalah ekonomi adalah mengetahui percepatan kegiatan ekonomi suatu wilayah. Percepatan itu akan
diketahui jika terdapat alat ukurnya. Alat ukur yang digunakan untuk menghitung percepatan kegiatan ekonomi
dan yang direkomendasikan oleh PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah GDP
Gross Domestic Product
, yaitu PDRB atas dasar harga konstan ADHK. Di sini yang dihitung adalah percepatan kegiatan ekonominya, dengan maksud bahwa
commit to user
76 yang dihitung adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh riil perubahan produksi
tanpa terpengaruh oleh perubahan harga. Semakin banyak kegiatan ekonomi, berarti terdapat pertumbuhan ekonomi, atau sebaliknya.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun tahun 2010 sebesar 5,06 persen. Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran PHR yang
mendominasi dalam pembentukan PDRB mengalami pertumbuhan masing- masing sebesar 34,80 persen dan 25,72 persen. Pada tahun 2008, kinerja
perbankan sudah baik ini terlihat turunnya suku bunga sertifikat bank Indonesia SBI sehingga diharapkan dapat memacu pertumbuhan pada sektor riil, selain itu
berlakunya Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang “Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah” yang merupakan penyempurnaan dari Kepres
RI. No. 80 Tahun 2003, memberikan peluang bagi jasa perusahaan untuk berkembang lebih cepat, sehingga mendorong sektor Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan tersebut tumbuh sebesar 4,48 persen. Dampak positif dari kinerja sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, sektor
Industri Pengolahan, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan memicu pertumbuhan sektor-sektor lainnya masing-masing 7,85 persen Sektor
Bangunan; 3,37 persen Sektor Angkutan dan Komunikasi; dan 16,40 persen Sektor Jasa-jasa. Dua sektor lainnya yang perannya sangat kecil dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Madiun yaitu sektor Listrik Gas dan Air Bersih mengalami pertumbuhan sebesar 0,93 persen, sedangkan sektor Pertambangan
dan Penggalian mengalami kontraksi sebesar 1,86 persen.
commit to user
77
4.2.5. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita
Salah satu indikator yang juga dipakai untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah dan kesejahteraan rakyat dari hasil penghitungan PDRB adalah
PDRB per kapita dan Pendapatan Regional per kapita. Pada umumnya indikator itu disajikan atas dasar harga berlaku ADHB. PDRB per kapita diturunkan dari
PDRB yang telah dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional per kapita diperoleh dari PDRN Produk Domestik Regional
Neto atas dasar biaya faktor yang telah dibagi oleh penduduk pertengahan tahun. Kedua indikator tersebut besarannya dipengaruhi oleh jumlah penduduk
pertengahan tahun, dalam arti bahwa apabila pertumbuhan jumlah penduduk suatu wilayah lebih kecil dari pertumbuhan PDRB, maka akan semakin tinggi besaran
PDRB per kapita dan Pendapatan Regional per kapita wilayah tersebut, walaupun ukuran ini tidak dapat memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk,
indikator ini cukup memadai untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu wilayah dalam skala makro, paling tidak sebagai acuan memantau kemampuan
suatu wilayah tersebut. PDRB per kapita Kabupaten Madiun pada tahun 2010 sebesar
Rp.9.28 juta tertinggi dari pada empat tahun sebelumnya yang mencapai masing- masing Rp 6,70 juta 2007, Rp. 6,39 juta 2008, Rp. 8,21 juta 2009. Seiring
dengan kenaikan PDRB per kapita tiap tahun, Pendapatan Regional per kapita Kabupaten Madiun juga mengalami kenaikan tiap tahun dari Rp. 4,04 juta pada
tahun 2004 menjadi Rp. 5,06 juta pada tahun 2010 dalam kurun waktu tersebut. Peningkatan PDRB dan Pendapatan Regional per kapita tersebut secara makro
commit to user
78 membuktikan bahwa keberhasilan perekonomian Kabupaten Madiun yang
dirasakan masyarakat Kabupaten Madiun semakin membaik pula. Ukuran ini tidak bisa mengukur tingkat kesenjangan antar penduduk, tetapi keberhasilan
perekonomian dengan pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan nantinya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
4.3. Deskripsi Variabel-variabel Penelitian
4.3.1. Variabel Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Madiun terdiri dari pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Perbandingan antara realisasi PAD dengan target PAD akan didapatkan tingkat
efektivitas dari pemungutan PAD. Tabel 4.3 akan menginformasikan tentang nilai penerimaan, pertumbuhan dan efektivitas Pendapatan Asli Daerah PAD
Kabupaten Madiun dari tahun 1991-2010. Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan PAD Kabupaten Madiun
selama periode tahun 1991 – 2010 berfluktuasi dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 22,45 per tahun. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar
-22,04, disamping adanya penurunan target pada tahun tersebut juga akibat adanya krisis moneter. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2001 dimana
PAD pada tahun tersebut meningkat sebesar 84,72 dari tahun sebelumnya karena adanya Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi
yang memungkinkan penambahan obyek baru pajak dan retribusi.
commit to user
79
Tabel 4.3. PAD Kabupaten Madiun Tahun 1991– 2010
Sumber : DPPK Kabupaten Madiun, 1991-2010.
Pertumbuhan PAD yang fluktuatif tersebut disebabkan karena terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan berkenaan dengan pajak dan retribusi
sebagai komponen utama yang mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan PAD. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda-beda ini menyebabkan jenis
pajak daerah dan retribusi daerah mengalami banyak perubahan, antara lain menyebabkan penghapusan jenis pajak daerah dan retribusi daerah dan disaat
yang sama juga memberikan peluang dimungkinkannya ditarik jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang baru. Lebih jelasnya, pertumbuhan PAD dapat dilihat
pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan PAD selama
commit to user
80 tahun 1991–2010 sangat bervariasi, mengalami pertumbuhan negatif pada tahun
1998 pada waktu krisis moneter dan mencapai puncaknya pada tahun 2001 dimana PAD meningkat sebesar 84,72 dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.1. Diagram Garis Pertumbuhan PAD Kabupaten Madiun
Sumber: DPPK Kabupaten Madiun 1991-2010, diolah dari tabel 4.3.
Mengukur seberapa besar target penerimaan PAD yang dihitung berdasarkan kapasitas penerimaan PAD mampu direalisasikan oleh aparatdinas
pemungut pajak maka dapat dilihat dari rasio efektivitasnya. Semakin besar rasio efektivitas atau perbandingan antara ralisasi penerimaan PAD dengan target
penerimaan PAD maka semakin efektif pengelolaan PAD, sehingga mampu melampaui target PAD, sebaliknya semakin rendah rasio efektivitas maka
semakin tidak efektif pengelolaan penerimaan PAD. Penentuan target PAD disusun dengan menggunakan beberapa variabel
antara lain. 1
Kondisi potensi atau data objek pungutan dan asumsi perkembangannya pada tahun berjalan.
2 Pertumbuhan perolehan PAD dari tahun ke tahun.
commit to user
81 3
Estimasi perkembangan dan kondisi di lapangan. 4
Faktor-faktor pendukung seperti tarif, penagihan tunggakan, kegiatan pemungutan dilapangan.
5 Karakter masing-masing jenis pungutan PAD tidak sama.
6 Penerimaan bersumber dari bagi hasil pajak bagi hasil bukan pajak sangat erat
kaitannya dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 7
Kajian potensi dan pendataan objek pungutan untuk dijadikan bahan referensi dan evaluasi sehingga target yang ditetapkan lebih rasional.
Tim peneliti Fisipol UGM bekerjasama dengan Litbang Depdagri menyebutkan tolok ukur dalam menilai efektivitas PAD Munir, 2002 yaitu jika
rasio efektivitas PAD nilainya diatas 100 sangat efektif, 90,01-100 efektif, 80,01-90 cukup efektif, 60,01-80 kurang efektif dan kurang
dari 60 tidak efektif. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa efektivitas PAD dengan nilai terendah terjadi pada tahun 1998 dimana rasio realisasi PAD dengan
target PAD sebesar 72,21 sehingga masuk kriteria kurang efektif, sedangkan pada tahun 2010 rasio realisasi PAD tehadap target PAD mempunyai nilai
tertinggi yaitu sebesar 120,67 sehingga masuk kriteria sangat efektif. Selama tahun 1991-2010 rasio realisasi PAD dengan target PAD rata-rata sebesar 95,11,
hal ini menunjukkan bahwa kinerja dalam pemungutan PAD di Kabupaten Madiun adalah efektif.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap penerimaan PAD secara keseluruhan. Kontribusi terbesar
dalam menyumbang penerimaan PAD berasal dari pajak daerah dan retribusi
commit to user
82 daerah. Sebagai sumber utama PAD, maka pemerintah pusat senantiasa
mendorong peningkatan penerimaan daerah dari pajak dan retribusi tersebut melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan perkembangan keadaan yang akhirnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Madiun dengan menerbitkan Peraturan
Daerah tentang pajak dan retribusi. Kontribusi sumber-sumber PAD di Kabupaten Madiun terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kontribusi Sumber-sumber PAD di Kabupaten Madiun 1991-2010 Rp
Sumber: DPPK Kabupaten Madiun, 1991-2010.
commit to user
83 Data pada Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa selama tahun 1991-2010
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi yang tinggi dalam pembentukan PAD, sedangkan pendapatan yang diperoleh dari Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan mempunyai kontribusi yang sangat rendah dalam pembentukan PAD. Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan mempunyai kontribusi kurang dari 5 terhadap total penerimaan PAD dalam setiap tahunnya. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan didapatkan dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD. BUMD tersebut adalah BUMD Bank Jatim, BUMD PDAM,
BUMD Bank Perkreditan Rakyat dan BUMD Apotik Caruban. Kecilnya persentase kontribusi dari BUMD tersebut disebabkan kurang profesionalnya
pengelolaan BUMD. Keadaan ini lebih disebabkan SDM pengelola BUMD tidak memiliki kemampuan yang profesional sebagai pengelola sebuah perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan, sehingga tidak mengherankan apabila keberaaan BUMD ini ada yang mengalami kerugian dan bahkan menjadi beban pemerintah
daerah, walaupun BUMD sebenarnya memiliki power yang cukup kuat dalam melakukan kegiatan usaha karena secara langsung mendapat dukungan dari
pemerintah daerah Kabupaten Madiun. Pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah memiliki kontribusi yang cukup
besar dalam PAD disamping Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pendapatan dari pos ini lebih ditentukan oleh kreativitas dari pemerintah daerah dalam upaya
penggalian PAD diluar Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, karena semua penerimaan diluar ketiga pos
commit to user
84 tersebut akan dimasukkan ke dalam pos Lain-lain PAD yang Sah. Termasuk
dalam Lain-lain PAD yang Sah adalah hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, bunga deposito, sewa tanah bengkok dan lain-
lain. Pada tahun 2010 kontribusi penerimaan PAD dari Retribusi Daerah
mengalami penurunan menjadi 17,55 dibanding tahun 2009 sebesar 53,51. Disisi lain kontribusi Lain-lain PAD yang Sah pada tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi 60,34 dibanding tahun 2009 sebesar 16,03. Hal ini disebabkan karena berubahnya status RSUD Caruban menjadi Badan Layanan
Umum Daerah BLUD RSUD Caruban, sehingga pendapatan dari retribusi pelayanan kesehatan berubah menjadi pendapatan BLUD yang termasuk Lain-lain
PAD yang Sah. Sebagai sumber utama PAD, Pemerintah Kabupaten Madiun senantiasa
mendorong peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. Cara yang dilakukan adalah melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak dan retribusi. Secara intensifikasi, usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Madiun dalam upaya meningkatkan PAD adalah. 1
Memberlakukanmelaksanakan sistem pungutan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam Mapatda.
2 Diadakan penyempurnaan administrasi saranaprasarana kerja dengan
menggunakan sistem komputerisasi.
commit to user
85 3
Diadakan pendekatan kepada masyarakatwajib pajak dan retribusi melalui penyuluhan-penyuluhan.
4 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membentuk Tim
Penagihan pajak dan retribusi melalui penyuluhan-penyuluhan. 5
Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan perijinan pada pelayanan satu atap.
6 Terus menerussecara berkesinambungan diadakan pencairan tunggakan,
7 Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait terutama yang berkenaan
dengan perubahan data. 8
Penyampaian Surat Ketetapan Retribusi tepat pada waktunya. 9
Mengadakan monitoring terhadap pelaksanaan pemungutan di lapangan. 10
Meningkatkan kualitas aparatur dengan mengikut sertakan karyawan untuk mengikuti kursus-kursuspenataran mengenai PAD.
Secara ekstensifikasi, usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten madiun dalam upaya meningkatkan PAD adalah.
1 Mendata ulang obyek-obyek pajak dan retribusi yang ada dengan cara
menertibkan administrasi. 2
Penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku sepanjang berpotensi serta tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat. 3
Penyesuaian tarif pajak dan retribusi melalui perubahan Peraturan Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
commit to user
86
4.3.2. Variabel Jumlah Penduduk
Data penduduk merupakan data yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan. Penduduk sebagai sumber daya manusia
adalah subyek dan sekaligus obyek dari suatu pembangunan. Dinamika perubahan jumlah penduduk berasal dari faktor alami yaitu kelahiran dan kematian serta
faktor perpindahan penduduk baik migrasi masuk maupun migrasi keluar. Pengukuran jumlah penduduk dinyatakan dalam jumlah jiwa per tahun.
Perkembangan penduduk Kabupaten Madiun selama tahun 1991-2010 secara nominal menunjukkan kenaikan. Pada tahun 1991 penduduk Kabupaten
Madiun berjumlah 520.354 jiwa dan pada tahun 2010 menjadi 771.204 jiwa dengan pertumbuhan absolute sebesar 250.850 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2.14 persen per tahun. Pertumbuhan jumlah penduduk ini lebih besar dari pertumbuhan penduduk nasional sebesar 1,5 persen. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam mengendalikan jumlah penduduk salah satunya adalah dengan program transmigrasi, dimana pemerintah daerah memfasilitasi penduduk
yang berminat untuk transmigrasi. Bahkan, untuk meyakinkan calon transmigran bahwa pilihan bertransmigrasi bukanlah pilihan yang keliru maka aparat terkait
didampingi koordinator transmigran melakukan penjajakan ke daerah tujuan dengan harapan mereka bisa mengetahui dengan jelas kondisi yang akan mereka
hadapi di daerah yang baru. Tabel 4.5 menyajikan jumlah dan perkembangan penduduk Kabupaten
Madiun tahun 1991 hingga tahun 2010 dimana pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,61 persen atau terjadi peningkatan jumlah penduduk
commit to user
87 sebesar 80,079 jiwa dari tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan terkecil
terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar - 1,18 persen atau terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 7.750 jiwa dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.5. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 1991 – 2010
Tahun Penduduk jiwa
Pertumbuhan 1991
620,354 1992
643,147 3.67
1993 643,894
0.12 1994
654,156 1.59
1995 646,406
-1.18 1996
647,787 0.21
1997 649,077
0.20 1998
651,061 0.31
1999 654,665
0.55 2000
661,163 0.99
2001 663,361
0.33 2002
666,548 0.48
2003 677,578
1.65 2004
679,841 0.33
2005 681,574
0.25 2006
686,875 0.78
2007 689,534
0.39 2008
769,613 11.61
2009 770,440
0.11 2010
771,204 0.10
Pertumbuhan rata-rata 1.18
Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 1991-2010.
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama tahun
1991-2010 sangat bervariasi, mengalami pertumbuhan terendah sebesar -1,18 persen pada tahun 1995 dan mencapai puncak tertinggi pada tahun 2008 sebesar
11, 61 persen.
commit to user
88
Pertumbuhan Penduduk
-2.00 0.00
2.00 4.00
6.00 8.00
10.00 12.00
14.00
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
Tahun
Gambar: 4.2. Grafik Pertumbuhan Penduduk
Sumber: BPS Kabupaten Madiun 1991-2010, diolah dari Tabel 4.5.
Kepadatan penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan luas
wilayah tiap kecamatan. Tabel 4.6 menyajikan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Madiun tahun 2010.
Pada tahun 2010 kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Geger yaitu sebesar 1.851 pendudukkm
2
disusul kemudian Kecamatan Jiwan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk sebesar 1.784
pendudukkm
2
, sedangkan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kare yaitu sebesar 184 pendudukkm
2
karena sebagian besar wilayah di Kecamatan Kare adalah berupa hutan dan perbukitan. Kecamatan-
kecamatan lain yang mempunyai kepadatan penduduk yang rendah, juga disebabkan karena wilayah tersebut sebagian besar berupa hutan dan perbukitan,
misalnya Kecamatan Gemarang yang mempunyai kepadatan penduduk sebesar 353 pendudukkm
2
dan Kecamatan Saradan dengan kepadatan penduduk sebesar 492 pendudukkm
2
.
commit to user
89
Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Madiun Tahun 2010
No Kecamatan
Penduduk jiwa
Luas Km
2
Kepadatan PendudukKm
2
1 Kebonsari
60,887 47.45
1,283 2
Geger 67,750
36.61 1,851
3 Dolopo
62,862 48.85
1,287 4
Dagangan 53,664
72.36 742
5 Wungu
63,168 45.54
1,387 6
Kare 35,192
190.85 184
7 Gemarang
35,966 101.97
353 8
Saradan 75,225
152.92 492
9 Pilangkenceng
58,665 81.34
721 10
Mejayan 51,381
55.22 930
11 Wonoasri
34,949 33.93
1,030 12
Balerejo 45,112
51.98 868
13 Madiun
39,958 35.93
1,112 14
Sawahan 26,182
22.15 1,182
15 Jiwan
60,243 33.76
1,784 Jumlah
771,204 1,010.86
763
Sumber: Dispenduk dan Capil, 2010.
4.3.3. Variabel Produk Dometik Regional Bruto
Variabel PDRB dalam penelitian ini berdasarkan harga konstan diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di Kabupaten Madiun dalam setiap tahun. Data sekunder PDRB diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun tahun 1991-2010. Tabel
4.7 menyajikan jumlah dan pertumbuhan PDRB Kabupaten Madiun atas dasar harga konstan tahun 2000. Nilai PDRB dinyatakan dalam jumlah rupiah per
tahun. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten
Madiun atas dasar harga konstan dari tahun ke tahun terkecuali tahun 1998 tercatat selalu mengalami peningkatan. Akan tetapi apabila dicermati tingkat
commit to user
90 perkembangan atau pertumbuhannya tercatat mengalami perkembangan atau
pertumbuhan yang relatif fluktuatif. Jumlah dan pertumbuhan PDRB Kabupaten Madiun Tahun 1992-2010 terlihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Jumlah dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Madiun Tahun 1991-2010
Tahun PDRB ADHK 2000 Rp
Pertumbuhan 1991
1,468,558,670,000.00 1992
1,503,864,160,000.00 2.40
1993 1,552,287,070,000.00
3.22 1994
1,604,362,890,000.00 3.35
1995 1,681,230,070,000.00
4.79 1996
1,736,733,030,000.00 3.30
1997 1,771,920,650,000.00
2.03 1998
1,656,812,990,000.00 -6.50
1999 1,678,308,010,000.00
1.30 2000
1,718,795,440,000.00 2.41
2001 1,780,967,780,000.00
3.62 2002
1,855,358,480,000.00 4.18
2003 1,944,805,257,000.00
4.82 2004
2,042,086,084,000.00 5.00
2005 2,115,603,557,000.00
3.60 2006
2,212,871,480,000.00 4.60
2007 2,329,838,150,000.00
5.29 2008
2,452,601,920,000.00 5.27
2009 2,577,178,180,000.00
5.08 2010
2,707,523,660,000.00 5.06
Pertumbuhan rata-rata 2.91
Sumber: BPS Kabupaten Madiun, 1991-2010
Tabel 4.7 menginformasikan tentang Jumlah dan Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Madiun dari tahun 1991-2010. Berdasarkan informasi pada
tabel 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa, nilai rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Madiun dari tahun 1991-2010 adalah sebesar 2,91. Pada
periode 1991-2010 tercatat nilai tingkat pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada
commit to user
91 tahun 2007, yaitu sebesar 5,29. Tingkat pertumbuhan terendah terjadi pada
tahun 1998 yaitu saat terjadi krisis ekonomi utamanya bidang moneter dimana pertumbuhan PDRB mengalami penurunan sebesar -6,23 dari tahun
sebelumnya, akan tetapi tahun berikutnya yaitu tahun 1999 PDRB sudah mengalami peningkatan kembali meskipun pertumbuhannya tidak sebesar tahun-
tahun sebelumnya. Gambar 4.3 dibawah ini dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB selama tahun 1991-2010 sangat bervariasi, mengalami
pertumbuhan negatif pada tahun 1998 dan mencapai puncaknya pada tahun 2007.
Gambar 4.3. Grafik Pertumbuhan PDRB
Sumber: BPS Kabupaten Madiun 1991-2010, diolah dari Tabel 4.7.
4.3.4. Variabel Pengeluaran Pemerintah
Besarnya pengeluaran pemerintah tercermin dalam belanja APBD Kabupaten Madiun. Belanja APBD adalah belanja yang tertuang dalam APBD
yang diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Perkembangan pengeluaran pemerintah selama
tahun 1991-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
commit to user
92
Tabel 4.8. Jumlah Dan Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Madiun Tahun 1991-2010
Tahun Pengeluaran Pemerintah Rp
Pertumbuhan 1991
12,358,654,685.50 1992
14,395,921,020.42 16.48
1993 16,453,261,117.48
14.29 1994
19,443,970,616.66 18.18
1995 24,232,963,275.75
24.63 1996
27,915,297,744.12 15.20
1997 29,961,713,258.26
7.33 1998
39,921,900,313.35 33.24
1999 46,702,528,552.20
16.98 2000
81,397,341,322.31 74.29
2001 69,684,069,987.85
-14.39 2002
105,718,423,468.28 51.71
2003 134,332,931,426.84
27.07 2004
266,539,383,447.68 98.42
2005 281,396,044,125.03
5.57 2006
251,997,205,630.33 -10.45
2007 239,652,003,646.14
-4.90 2008
308,174,334,716.00 28.59
2009 315,967,271,347.28
2.53 2010
281,294,078,752.98 -10.97
Pertumbuhan rata-rata 22.84
Sumber: BPS Kabupaten Madiun tahun 1991-2010.
Tabel 4.8 terlihat bahwa Pengeluaran Pemerintah selama tahun 1991-2010 memiliki pertumbuhan yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh bertambah atau
berkurangnya Pendapatan Daerah sebagai pembentuk belanja APBD yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan DAU, DAK dan Bagi hasil Pajakbukan Pajak dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Bantuan Keuangan, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan
Pengelola Keuangan Kabupaten Madiun selama tahun 1991-2010 menunjukkan
commit to user
93 bahwa nilai pertumbuhan terendah pada tahun 2001 sebesar -14,39, sedangkan
pertumbuhan tertinggi sebesar 98,42 terjadi pada tahun 2004, sedangkan pertumbuhan rata-rata sebesar 22,84. Gambar 4.4. menunjukkan variasi naik
turunnya pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah selama tahun 1991-2010.
Gambar 4.4. Grafik Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah
Sumber: DPPK Kabupaten Madiun, diolah dari Tabel 4.9.
4.4. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda
Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan
software SPSS 17
. . Hasil pengujian tersebut terdapat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Sumber: Data sekunder, diolah lampiran 3.
commit to user
94 Hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.9 dapat disusun hasil
persamaan regresi sebagai berikut: LnPAD =-56,009 + 3,559 ln Pddk + 1,829 ln PDRB + 0,406 ln Pengl. Pem
Hasil persamaan regresi tersebut diatas menunjukkan bahwa. 1
Variabel Jumlah Penduduk mempunyai koefisien sebesar 3,559 dengan taraf signifikansi sebesar 0,025 lebih kecil dari
α = 0,05, yang berarti variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap PAD.
2 Variabel PDRB mempunyai koefisien sebesar 1,829 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,041 lebih kecil dari α = 0,05, yang berarti variabel tersebut
berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap PAD. 3
Variabel Pengeluaran Pemerintah mempunyai koefisien sebesar 0,406 dengan taraf signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari
α = 0,05, yang berarti variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap PAD.
4.5. Pengujian Hipotesis