commit to user
17 pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah untuk; a meniadakan dan
meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal, b meniadakan dan meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal, c menginternalisasi atau memperhitungkan
sebagian atau seluruh limpahan manfaat yang menimbulkan biaya.
2.1.2. Pengertian dan Sumber Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Sumber pendapatan daerah untuk penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah: a.
Pendapatan Asli Daerah PAD, yang bersumber pada: 1
Pajak Daerah; 2
Retribusi Daerah; 3
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4
Lain-lain PAD yang sah. b.
Dana Perimbangan, terdiri atas: 1
Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak; 2
Dana Alokasi Umum;
commit to user
18 3
Dana Alokasi Khusus. c.
Lain-lain Pendapatan yang terdiri atas pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan
bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintah daerah lainnya.
2.1.3. Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah
Pengelolaan dan pertangungjawaban keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu didasarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD, ini berarti bahwa seluruh sumber penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah dicatat dan dikelola
dalam APBD. APBD pada hakekatnya adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah, yang merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerahnya. Secara garis besar APBD terdiri dari dua komponen pokok yaitu pendapatan dan belanja pengeluaran daerah.
Komponen pendapatan terdiri atas Pendapatan Asli daerah PAD, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Komponen pengeluaran
pemerintah menurut Kunarjo 1993 sebagai berikut. a
Pengeluaran rutin
adalah pengeluaran
yang disediakan
untuk menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan, pengeluaran rutin ini digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga dan cicilan hutang serta pengeluaran
rutin lainnya.
commit to user
19 b
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kategori penggunaan pengeluaran
pembangunan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu. 1
Pengeluaran pakai habis, yaitu pengeluaran yang dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang sifatnya secara langsung
tidak menghasilkan
return
kepada pemerintah tetapi secara tidak langsung mempunyai dampak luas kepada pertumbuhan kemajuan perekonomian
negara serta pemerataan pendapatan masyarakat. 2
Pengeluaran transfer adalah pengeluaran dari dana APBN yang dipergunakan untuk bantuan pembangunan daerah, penyertaan modal
pemerintah dan subsidi. Komponen pengeluaran pemerintah menurut Permendagri No. 13 Tahun
2006, belanja dikelompokkan sebagai berikut. a
Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja
tidak langsung ini adalah belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga. b
Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja
langsung ini adalah belanja pegawai dalam bentuk honorariumupah kegiatan, belanja barang dan jasa dan belanja modal.
commit to user
20 Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, menyatakan bahwa “Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat”.
Tujuan utama pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah menurut Binder 1989 dalam Nuryanti 2003 adalah:
a. Pertanggungjawaban
accountability
Pemerintah Daerah harus mempertanggungjawabkan tugas keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah. Lembaga atau
orang itu termasuk Pemerintah Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kepala Daerah orang yang membawahi semua satuan tata usaha, dan
masyarakat umum. b.
Mampu memenuhi kewajiban keuangan Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi
semua ikatan keuangan jangka pendek dan jangka panjang termasuk pinjaman jangka panjang.
c. Kejujuran
Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai yang jujur, dan kesempatan untuk berbuat curang diperkecil.
d. Hasil Guna
Effectiveness
dan Daya Guna
Efficiency
kegiatan daerah. Tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk
commit to user
21 mencapai tujuan Pemerintah Daerah dengan biaya serendah-rendahnya dan
dalam waktu secepat-cepatnya. e.
Pengendalian. Petugas keuangan Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
petugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut di atas tercapai, mereka harus mengusahakan agar selalu mendapat informasi
yang diperlukan untuk memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran dan untuk membandingkan penerimaan dan pengeluaran dengan rencana dan
sasaran. Binder 1989 menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan yang baik
memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut. a.
Sederhana Sistem yang sederhana lebih mudah dipahami dan dipelajari oleh mereka yang
bertugas menjalankannya, dan lebih besar kemungkinan diikuti tanpa salah; dapat lebih cepat memberikan hasil; dan mudah diperiksa dari luar dan dari
dalam. b.
Lengkap Secara keseluruhan, pengelolaan keuangan hendaknya dapat digunakan untuk
mencapai tujuan utama pengelolaan keuangan daerah, dan harus mencakup segi keuangan setiap kegiatan daerah. Jadi, misalnya kegiatan menyususn
anggaran harus menegakkan keabsahan penerimaan dan pengeluaran; menjaga agar daerah selalu dapat melunasi kewajiban keuangannya; menjalankan
pengawasan dari dalam; berusaha mencapai hasil guna dan daya guna
commit to user
22 setinggi-tingginya dalam semua kegiatan; dan menjaga jangan sampai ada
penerimaan dan pengeluaran yang tidak masuk rencana atau tidak dimasukkan dalam anggaran.
c. Berhasil Guna
Pengelolaan keuangan harus dalam kenyataan mencapai tujuan-tujuan bersangkutan. Hal ini kadang-kadang dapat diwujudkan melalui peraturan,
misalnya peraturan mengharuskan Pemerintah Daerah menyelesaikan rencana anggarannya pada tanggal tertentu sebelum tahun anggaran.
d. Berdaya Guna
Pengertian berdaya guna memiliki dua segi.
Pertama
, daya guna melekat pengelolaan keuangan bersangkutan harus dinaikkan setinggi-tingginya;
artinya, hasil yang ditetapkan harus dapat dicapai dengan biaya serendah- rendahnya, dari sudut jumlah petugas dan dana yang dibutuhkan; atau hasil
harus dicapai sebesar-besarnya, dengan menggunakan petugas dan dana pada tingkat tertentu.
Kedua,
pengelolaan keuangan yang bersangkutan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memperbesar daya guna yang menjadi
alat bagi Pemerintah Daerah untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya dan tidak menghambatnya.
e. Mudah Disesuaikan
Pengelolaan keuangan jangan dibuat sedemikian kaku sehingga sulit menerapkannya, atau menyesuaikannya pada keadaan yang berbeda-beda.
commit to user
23
2.2. Pendapatan Asli Daerah PAD