Uji Autokorelasi Pengujian Asumsi Klasik

commit to user 64 dibawah 10 maka model regresi tidak mengandung multikolinearitas Gujarati, 1995.

3.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Uji Spearman’s rho, yaitu mengkorelasikan nilai residual Unstandardized residual dengan masing-masing variabel independen. Gujarati 2005 mengemukakan, kriteria ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tidak signifikan secara statistik atau nilai signifikansinya 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Jika signifikasi korelasi 0.05 maka pada model regresi linier berganda terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.6.3.4. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu time series atau secara ruang cross sectional . Pengujian ini mempunyai arti commit to user 65 bahwa hasil suatu tahun tertentu dipengaruhi tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin – Watson Gujarati, 1995. Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar waktu. Metode pengujiannya sebagai berikut: 1 Jika DW D L , Ho ditolak sehingga menyatakan terjadi autokorelasi positip. 2 Jika DW 4 – D L , Ho ditolak sehingga menyatakan terjadi autokorelasi negatip. 3 Jika D U DW 4 – D U , Ho diterima sehingga menyatakan tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif. 4 Jika DW terletak antara D L dan Du atau di antara 4-Du dan 4-Dl maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai Du dan D L dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel independen. Memperjelas tentang deteksi autokorelasi, sebagai gambaran dari daerah diterima dan ditolaknya Ho, dapat ditunjukkan gambar uji Durbin Watson sebagai berikut: Gambar 3.3. Nilai Kritis Uji Durbin Watson Sumber: Arif Pratisto, 2009 commit to user 66

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Madiun

Kabupaten Madiun secara astronomis terletak pada 7012’-7048’38’’ Lintang Selatan dan 111025’45’’-111051’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Madiun adalah 1.010,86 Km 2 atau 101.086 Ha. Secara administratif Kabupaten Madiun terbagi dalam 15 kecamatan, 8 kelurahan dan 198 desa. Kabupaten Madiun di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Ngawi. Jarak antara Kabupaten Madiun dengan Ibukota Propinsi Jawa Timur Surabaya ± 175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara Jakarta ± 775 Km ke arah barat. Secara topografis Kabupaten Madiun mempunyai bentuk permukaan lahan sebagian besar 67.576 Ha relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 10 - 15 . Penggunaan lahan di wilayah kabupaten terluas adalah wilayah Hutan Negara yaitu 40.511 Ha 40,08 persen, setelah itu lahan sawah seluas 30.951 Ha 30,62 persen, selanjutnya pemukimanpekarangan seluas 15.322,26 Ha 15,16 kemudian berturut-turut adalah wilayah tegal seluas 7.091,54 Ha 7,02 persen, lain-lain jalan, sungai, makam seluas 3.902,2 Ha 3,86 persen, lahan perkebunan seluas 2.472 ha 2,45 persen dan perairan kolamwaduk seluas 836 Ha 0,83 persen.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Provinsi Yogyakarta Tahun 2010-2015.

1 5 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 14

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pati Tahun 1993 - 2013.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1991 2008

1 21 101

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI MALUKU TAHUN 1990–2010 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Tahun 1990–2010.

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MADIUN TAHUN 2000-2014 TESIS

0 0 16