Pengertian Anak Tunarungu KERANGKA TEORI

23 Berdasarkan etiologi atau asal usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik keturunan 2. Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh factor nongenetik bukan keturunan Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut BOOThroyd. Klasifiksi dan karakteristik ketunarunguan diantaranya didsarkan pada: 1. Kelompok I : Kehilangan 15-30 dB: mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap suara cakapan manusia normal. 2. Kelompok II : Kehilangan 31-60 dB: moderate hearing losses atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap cakapan manusia hanya sebagian. 3. Kelompok III : Kehilangan 61-90 dB: severve hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap cakapan suara manusia tidak ada. 4. Kelompok IV : Kehilangan 91-120 dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. 24 5. Kelompok V : Kehilangan lebih ari 120 dB: total hearing losses atau ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara manusia tidak ada sama sekali. 14 1. Karakteristik Anak Tunarungu Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “akuego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi. c. Perasaan takut khawatir terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri. 14 Murni Winarsih, Pendidkan bahas bagi Anak Gangguan pendengaran Dalam Keluarga Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional, 2007 25 d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu. e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaankeinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain. Karakteristik tunarungu dari segi fisikkesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu; gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepatlincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.

C. Pengertian Kualitas

Kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. 15 Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan. 16 15 Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 1996 16 Barry Elliot dan Jamie Elliot, Financial Accounting and Reporting, First Edition, Prentice Hall UK Ltd, 1993 26

D. Pengertian Ibadah Shalat

Ibadah banyak mengandung pengertian berdasarkan sudut pandang para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli. Dalam hal ini penulis melihat pengertian ibadah yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Secara etimologi „„kata ibadah’’ diambil dari bahasa arab abada-yaidu- ibad-ibadatun yang berarti beribadah atau menyembah. 17 Menurut Abu Al- A„ la Al- Maududi, kata abada secara kebahasaan pada mulanya mempunyai pengertian kedudukan seorang kepada orang lain dan tersebut menguasai. Oleh karena itu, ketika disebut kata alabidi dan alabidatu yang cepat tertangkap dalam pikiran orang adalah ketundukan dia, kehinaan budak dihadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya. 18 Yusuf Al- Qardhawi menjelaskan bahwa „„kata ibadah’’ diambil dari bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar abada. Yaitu berarti taat, tunduk, patuh, dan merendah diri. Kesemuan pengertian itu memiliki makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut abid yang beribadah. Adapun pengertian ibadah secara termologi adalah “Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan mapun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Sedangkan pengertian umum ibadah adalah segala bentuk hukum, baik dapat dipahami maknanya ma’qulat al-ma’na seperti hukum yang menyangkut 17 Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kotemporer Indonesia Arab Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999, cet.5, hal.1268 18 Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah Dalam Islam Terjemahan Umar Fanami Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988, hal.37 27 dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya ghairu ma’qulat al ma’na seperti thaharah bersuci dan shalat baik yang berhubungan dengan hati seperti niat. Seluruh makhluk harus menyembah pada ketuhanan-Nya, tunduk pada kekuasaan-Nya, dan patuh pada aturan- Nya. Kata „„ibadah’’ mengandung tiga arti, yaitu menyembah, atau mengabdi, merendah atau takluk, dan taat berserah diri. 19 Pengertian Ibadah menurut Fuqoha adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan Pahala-Nya diakhirat. 20 Manusia adalah penyembah Tuhan, abdi Tuhan, berserah diri hanya kepada Tuhan. Karena itu adalah meyembah serta patuh hanya kepada Tuhan dengan seluruh pengabdian, cinta dan kemampuan yang kita miliki. Tidak ada yang lebih patut ditaati kecuali Tuhan Sang Pengatur seluruh alam. Dalam pengertian ini segala perbuatan yang dilakukan manusia adalah perbuatan baik, karena tujuan yang akan dicapai dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan mungkin memperoleh ridha dan pahala dari Allah. Hikmah shalat dapat dilihat dari berbagai segi, mulai dari definisi yang beragam, karena luasnya dimensi dan makna yang dikandung ibadah ini, sampai pada tahap pelaksanaannya. Misalnya TM Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan sejumlah definisi shalat dengan tinjauan yang saling berbeda. Secara Etimologi shalat biasa diartikan sebagai doa memohon kebajikan dan pujian. Menurut Fuqaha para ahli fiqh atau hukum islam memberikan definisi kpada shalat dengan melihat lahiriahnya, karena begitulah tinjauan hukum. Mereka 19 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah Jakarta: Pustaka irVan, 2008 cet.1, hal.14-15 20 Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah Dalam Islam 28 mendefinisikan shalat sebagai beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya, yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya, ikhlas bagi-Nya, serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-Nya. 21 Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah sebagai wujud kepercayaan dan ketundukan seseorang terhadap Tuhan, sang Pencipta Yang Mahakuasa yang menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber daya dan sarana hidup. Melalui ibadah kepada-Nya manusia dapat memperoleh keagungan dan kesempurnaan hakiki. 22 Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan, maka dapat dikatakan ibadah shalat adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Ibadah shalat di SLB tersebut sering dilaksanakan oleh para Guru, Orang Tua Murid dan murid setiap harinya. Tapi anak tunarungu di SLB ini tidak semua rajin, ada pula yang malas. Setiap harinya seorang guru perlu khususnya guru agama untuk mengingatkan kembali anak muridnya yang malas untuk mengerjakan shalat. 21 Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, hal.12-13 22 Afzalur Rahman, Tuhan Perlu Disembah: Eksplorasi dan Manfaat Shalat Bagi Hamba Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002