Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bahri 2013 yang menjelaskan bahwa dimana sebagian besar ibu kurang mengetahui tentang makanan
pendamping ASI yaitu sebesar 86,8. Rendahnya pengetahuan responden di duga disebabkan antara lain kurangnya informasi, kurang jelasnya informasi dan
kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi yang diterima. Hal serupa disampaikan hasil penelitian oleh Bona 2014 mengenai
pemberian MP-ASI pada bayi di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado yang menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8 responden yang
menjadi subyek penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan
tentang manfaat dari pemberian MP-ASI, namun ternyata masih terdapat lebih dari 50 responden yang tidak memberikan MP-ASI pada bayi dan balita secara
tepat. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat memberikan MP-ASI secara baik pada bayi
agar dapat bertumbuh kembang secara sehat sesuai dengan tahapan usianya.
5.2 Hubungan Sikap terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI
MP-ASI Pada Bayi dan Baduta 6
– 24 Bulan Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu.
Sikap mengandung suatu penelitian emosionalafektif senang, benci, sedih, dan sebagainya. Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman
yang berbeda-beda sangat benci, agak benci, dan sebagainya. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.
Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam
pemberian MP-ASI pada bayi dan baduta 6-24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI atau MP-ASI di wilayah kerja
Puskesmas Kabanjahe yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki kategori sikap yang kurang baik
terhadap pemberian makanan pendamping ASI atau MP ASI pada bayi dan baduta 6
– 24 bulan. Masih banyak ibu yang memiliki bayi dan baduta di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian MP-ASI,
seperti masih banyak ibu yang menilai bahwa bayi sudah bisa diberikan MP-ASI walaupun belum berusia 6 bulan, serta ibu yang memiliki penilaian bahwa bayi
akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila diberikan MP-ASI lebih cepat secara dini, tentu saja ini bukanlah merupakan suatu penilaian yang tepat terhadap
pemberian MP-ASI pada bayi. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada pengaruh sikap
responden yakni para ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI MP- ASI pada bayi dan baduta 6
– 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo, semakin baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI
MP-ASI pada bayi dan baduta 6 – 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe
Kabupaten Karo cenderung akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin
Universitas Sumatera Utara
kurang baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI MP- ASI pada bayi dan baduta 6
– 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo juga akan cenderung semakin kurang baik. Hal ini terlihat bahwa ibu yang
memiliki penilaian atau persepsi yang baik terhadap makanan pendamping ASI atau MP-ASI juga akan cenderung memiliki pemberian akan cenderung
memberikan MP-ASI kepada bayi dengan baik dan tepat baik dari segi waktu pemberian MP-ASI, dan pemberian jenis makanan sebagai MP-ASI yang
disesuaikan dengan usia pertumbuhan bayi. Variabel sikap merupakan variabel yang memiliki hubungan paling
dominan terhadap pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI pada bayi dan baduta 6
– 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo dalam artian semakin baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI MP-
ASI pada bayi dan baduta 6 – 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten
Karo cenderung akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin kurang baik sikap responden maka pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI pada bayi
dan baduta 6 – 24 bulan di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo juga akan
cenderung semakin kurang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sikap ibulah yang memiliki hubungan paling dominan dibandingkan dengan
pengetahuan, meskipun pengetahuan ibu dalam kategori yang kurang baik, namun ibu memiliki sikap dalam kategori yang baik terhadap makanan pendamping ASI
atau MP-ASI, maka ibu akan cenderung memberikan MP-ASI kepada bayi dengan baik dan tepat baik dari segi waktu pemberian MP-ASI, dan pemberian
jenis makanan sebagai MP-ASI yang disesuaikan dengan usia pertumbuhan bayi
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan penulis, bahwa pada umumnya alasan ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kabanjahe memberikan makanan pendamping ASI yang
tidak tepat sesuai usia bayi adalah karena bayi sering menangis sehingga ibu menganggap bahwa bayinya masih lapar, ibu merasa dengan memberikan
makanan tambahan bayi akan sehat serta bayi cepat tumbuh besar. Selain itu adapula ibu yang beralasan bahwa khawatir akan tidak naiknya berat badan anak
karena kurangnya asupan gizi apabila hanya diberikan ASI. Menurut penulis, salah satu hal yang paling dominan dalam menentukan
sikap ibu dalam memberikan makanan pendamping pada bayi ialah dukungan keluarga. Hal ini terlihat bahwa banyak ibu di wilayah kerja Puskesmas
Kabanjahe yang memberikan MP-ASI pada bayi karena adanya perintah dari anggota keuarga dalam hal ini biasanya ialah nenek si bayi yang menyuruh si ibu
untuk memberikan MP-ASI pada bayi baik itu berupa pisang, bubur susu, air teh, dan sebagainya, dengan anggapan bahwa bayi akan lebih cepat menyesuaikan diri
dengan pola makan keluarga, dan tumbuh lebih baik. Hal lain yang menentukan sikap ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi ialah bayi dianggap sering sekali
rewel apabila hanya diberikan ASI, karena ibu menganggap jika hanya diberikan ASI maka bayi masih tetap merasa lapar, sehingga harus diberikan MP-ASI,
ditambah lagi bagi sebagian ibu yang sudah bekerja menganggap sangat merepotkan apabila harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi, sehingga bayi
sudah diberikan makanan pendamping ASI atau MP-ASI meskipun usia bayi belum mencapai 6 enam bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Simangunsong 2015
yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
Universitas Sumatera Utara
memengaruhi efektifitas perilaku kesehatan adalah sikap individu. Jika individu setuju dengan bagian-bagian isi stimulus yang diberikan, maka individu akan
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan individu berbeda dengan stimulus yang di respon oleh individu maka upaya untuj membentuk suatu
tindakan yang diinginkan tidak akan bisa tercapai. Sikap penerimaan terlihat dari pendapat para responden mengenai MP-ASI, hal ini merupakan salah satu hal
positif dari suatu tindakan yang harapannya dapat berjalan secara berkelanjutan. Hal yang sama disampaikan dalam penelitian Lianda 2015 yang
menjelaskan bahwa berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap responden tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI kepada bayi. Dilihat dari nilai Odds
Ratio OR menunjukkan bahwa responden dengan persepsi yang baik mempunyai kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk memberikan MP-ASI secara
baik dan tepat kepada bayi. Dalam artian bahwa semakin baik sikap ibu mengenai MP-ASI, maka tindakan pemberian MP-ASI juga akan cenderung semakin baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN