BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya orang berpendapat bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum memuaskan jika dibandingkan dengan negara lain misalnya Singapura,
Malaysia dan Thailand. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi mata pelajaran tertentu misalnya mata pelajaran matematika. Pernyataan tersebut
didukung dengan informasi Programme for International Student Assessment PISA 2003. Prestasi matematika Indonesia berada di peringkat 39 dari 41 negara
yang disurvei, dibawah Thailand yang menduduki peringkat 32. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science
Study TIMMS yang dipublikasikan 26 desember 2006, jumlah jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura.
Dalam satu tahun, siswa kelas VIII di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika, di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112
jam. Dalam realitas, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411.
Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura n
605 a
400=rendah, 475 = menengah, 550= tinggi, dan 625 = tingkat lanjut Tohir
a Zainurie,
1 2007. Melihat
data di atas berarti waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah sangat
a kontradiksi
a dengan
a prestasi
a yang
a diraih.
2 Pada tingkat kota prestasi belajar matematika khususnya prestasi belajar
matematika SMK kelompok Pariwisata juga belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari rerata nilai ujian nasional cenderung menurun dari tahun ke tahun, hal
tersebut terlihat jelas pada Tabel 1.1. Rerata nilai matematika tahun pelajaran 20052006 sebesar 7,89 turun menjadi 6,55 pada tahun pelajaran 20062007. Dari
tabel tersebut juga terlihat nilai rerata beberapa sekolah di bawah enam bahkan kurang dari lima.
Tabel 1.1 Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika
SMK Pariwisata - Kota Surakarta TP
20052006 TP
20062007 Rerata
No Nama Sekolah
N JP
N JP
2 th 1
SMK KASATRIYAN 8,45
309 8,41
306 8,43
2 SMK 4
8,04 241
7,68 228
7,86 3
SMK 7 8,61
174 5,1
133 7,09
4 SMK 9
7,82 266
5,78 212
6,92 5
SMK SAHID 8,00
193 5,15
125 6,88
6 SMK 8
7,36 140
6,01 140
6,69 7
SMK KRISTEN 6,33
50 5,05
55 5,66
8 SMK MARGANINGSIH
5,78 66
5,44 58
5,62 9
SMK JAYA WISATA 6,49
33 4,56
38 5,46
Rerata Total 7,89
6,55 Keterangan :
N = Nilai Rerata persekolah JP= Jumlah Peserta Ujian Nasional
Sumber : www.puspendik.com
3 Sutriyono 1998:2 menyatakan nilai rata-rata Matematika yang rendah
dapat terjadi karena kemampuan siswa di bidang matematika rendah, dapat juga terjadi karena tuntutan kurikulum yang berlebihan, materi dengan tingkat
kesulitan tinggi, sistem evaluasi yang tidak realistis atau karena proses pembelajaran yang tidak mendukung siswa untuk memahami materi secara
maksimal. Rendahnya prestasi belajar khususnya prestasi belajar matematika dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam siswa misalnya: intelegensi,
sikap, minat dan motivasi siswa. Faktor dari luar siswa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa misalnya: lingkungan sosial yang terdiri dari guru, orang
tua, saudara, teman dan tetangga. Selain faktor dari dalam dan dari luar siswa faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
matematika Muhibbin Syah, 2003:132. Menyadari permasalahan mutu pendidikan khususnya pendidikan
matematika, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan matematika di Indonesia telah banyak dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak yang peduli terhadap matematika. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam menyajikan materi pembelajaran kepada siswa yang karakteristiknya beraneka ragam. Dengan
pemilihan pendekatan yang tepat diharapkan menumbuhkan minat siswa terhadap matematika dan akhirnya prestasi belajar matematika juga meningkat.
Melihat pentingnya pendekatan pembelajaran sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam bidang matematika, pemerintah telah beberapa
4 kali membuat model kurikulum yang sesuai tuntutan zaman antara lain CBSA,
KBK, KTSP. Pada dasarnya model kurikulum tersebut menuntut pendekatan pengajaran yang berbeda, namun pelaksanaan di lapangan pendekatan
konvensional dengan metode ceramah masih dianggap satu-satunya pendekatan pembelajaran yang ampuh. Padahal pendekatan konvensional menyebabkan minat
siswa terhadap matematika rendah karena dengan pendekatan ini matematika hanyalah kumpulan rumus yang harus dihafalkan siswa. Dengan pendekatan
konvensional siswa hanya cenderung menghafal bukan memahami, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan mudah terlupakan.
Topik barisan dan deret merupakan topik yang lebh mudah jika dibandingkan dengan topik lain misalnya logaritma dan bilangan berpangkat,
namun dengan pendekatan konvensional topik barisan dan deret merupakan kumpulan rumus-rumus yang tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
yang akhirnya menyebabkan prestasi belajar topik barisan dan deret tidak optimal. Oleh karena itu perlu dipilih pendekatan yang tepat sehingga topik ini menjadi
topik yang menarik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya prestasi belajar
barisan dan deret. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan pengalaman
kehidupan sehari-hari dengan konsep yang dipelajari adalah pendekatan matematika realistik. Dengan pendekatan ini diharapkan pengalaman kehidupan
sehari-hari dapat dikaitkan dengan konsep barisan dan deret yang akhirnya
5 meningkatkan pemahaman konsep barisan dan deret. Pemahaman konsep yang
baik akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Daya saing yang semakin ketat saat ini, mengharuskan setiap siswa SMK
memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik membuat pembelajaran
lebih bermakna dan menyenangkan serta memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, kemudian mendiskusikan dengan teman
atau guru. Hal ini akan melatih siswa untuk berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif akan membekali
siswa SMK dikemudian hari. B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh kemampuan awal anak yang rendah sehingga untuk mengikuti pengajaran
yang selanjutnya mengalami hambatan. Terkait dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang menunjukkan pengaruh kemampuan awal terhadap
prestasi belajar siswa atau peserta didik. 2. Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin dipengaruhi oleh pendekatan
belajar konvensional yaitu ceramah yang masih mendominasi pembelajaran. Penggunaan ceramah tidak selalu dapat menanamkan berbagai konsep
matematika secara mendalam. Terkait dengan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian yang membandingkan metode ceramah dengan metode
6 pembelajaran lain yang lebih menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa
dan karakteristik topik yang sedang diajarkan. 3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh
minat siswa rendah terhadap pelajaran matematika. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh minat siswa terhadap
prestasi matematika 4. Terdapat kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika dipengaruhi
oleh peran orang tua. Orang tua terlalu percaya akan apa yang diperoleh siswa di sekolah dan tidak memperhatikan pendampingan belajar anak di rumah.
Berdasar hal tersebut penelitian tentang pengaruh pendampingan orang tua terhadap prestasi belajar anak
5. Keadaan ekonomi orang tua juga dimungkinkan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika anaknya, sehingga perlu dilakukan penelitian yang melihat
hubungan keadaan ekonomi orang tua dengan prestasi siswa. 6. Lingkungan belajar siswa di rumah juga dimungkinkan berpengaruh terhadap
prestasi belajar Matematika. Penelitian yang relevan dengan hal ini perlu dilakukan untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar
khususnya prestasi belajar matematika.
C. Pembatasan Masalah