30
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Cholis Sa’dijah 1999 yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivitas, Topik persamaan dan
pertidaksamaan satu peubah untuk Siswa Kelas I SLTP”, dengan kesimpulan proses pembelajaran beracuan konstruktivitas membuat siswa lebih aktif, siswa
cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang persamaan dan pertidaksamaan
satu peubah. Penelitian berjudul “Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan
Awal Siswa SMK” juga beracuan pada konstruktivisme. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Pentatito Gunowibowo 2008 dalam Penelitian berjudul “Efektifitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Cerita dan Sikap terhadap Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD di Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo” dengan
kesimpulan pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan sikap
terhadap matematika jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik. Penelitian yang saat ini sedang dilakukan mempunyai
kesamaan dalam hal pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan realistik, perbedaan terletak pada populasi penelitian. Populasi penelitian yang sedang
dilakukan saat ini adalah siswa SMK kelompok pariwisata kota Surakarta.
31
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan pendekatan realistik sedapat mungkin dimulai dengan masalah-masalah yang kontekstual atau realistik bagi murid. Berdasar
masalah yang realistik tersebut siswa diarahkan menyelesaikan masalah secara individual maupun kelompok dalam suasana yang menyenangkan. Pendekatan
ini berusaha menjembatani kesenjangan antara pengetahuan informal dan matematika formal, sehingga siswa melihat makna matematika sebagai ilmu
yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan awal siswa pada tingkat sebelumnya digolongkan dalam 3
kategori yaitu: 1 Kemampuan awal tinggi 2 Kemampuan awal sedang dan 3 Kemampuan awal rendah. Prestasi belajar barisan dan deret aritmetika akan
dipengaruhi oleh kemampuan awal tersebut. Dalam pembelajaran Matematika kemampuan awal siswa perlu diperhatikan, oleh sebab itu kemampuan awal
siswa harus menjadi bahan pertimbangan guru sebelum melaksanakan pengajaran.
Topik barisan dan deret aritmetika adalah materi yang penting di SMK. Barisan dan deret aritmetika akan menjadi dasar topik lain di SMK dan juga
digunakan pada pelajaran lain misalnya Ekonomi. Topik barisan dan deret aritmetika sangat cocok menggunakan
pendekatan pembelajaran Matematika Realistik, karena topik ini dapat diawali dengan keadaan sehari-hari yang tidak asing bagi siswa kemudian membawanya
ke dalam masalah matematika. Hal tersebut akan sangat membantu penanaman
32 konsep barisan dan deret aritmetika dalam diri siswa dan relatif selalu diingat.
yang akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasar hal tersebut di atas, penelitian ini akan dapat mengungkapkan
efektivitas pendekatan Matematika Realistik dalam meningkatkan prestasi belajar matematika ditinjau dari kemampuan awal siswa SMK.
Secara rinci kerangka berpikir tersebut adalah: 1. Kaitannya pendekatan realistik dan pendekatan konvensional terhadap
prestasi belajar barisan dan deret aritmetika: Bahwa pendekatan realistik akan memberikan prestasi belajar barisan dan
deret aritmetika yang lebih baik dari pendekatan konvensional, karena pendekatan ini memiliki karakteristik pembelajaran yang sangat berbeda
dengan pendekatan konvensional. Dalam pendekatan realistik paradigma belajar sejalan dengan teori konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme,
siswa diposisikan sebagai subyek. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, tapi suatu proses yang harus digeluti, dipikirkan, dan dikonstruksi siswa
secara aktif. Siswa yang secara aktif menggali pengalaman yang dimiliki sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan baru yang ingin dimilikinya
akan memperoleh pengalaman belajar yang optimal dan bermakna. 2. Kaitannya kemampuan awal dengan prestasi belajar barisan dan deret
aritmetika: Setiap kategori kemampuan awal akan menghasilkan prestasi belajar yang
berbeda dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik pembelajaran matematika yang terkait antara materi yang satu
33 dengan materi yang lain. Secara umum kemampuan awal yang tinggi akan
menghasilkan prestasi yang lebih baik dari kemampuan awal sedang. Demikian pula kemampuan awal sedang secara umum akan menghasilkan
prestasi yang lebih baik dari kemampuan awal rendah. 3. Kaitannya kemampuan awal dan pendekatan terhadap prestasi belajar
barisan dan deret aritmetika: Kemampuan awal dan pendekatan pembelajaran akan mempengaruhi
prestasi belajar barisan dan deret aritmetika. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik pembelajaran matematika yang selalu terkait antara topik yang
satu dengan topik lainnya. Siswa dengan kemampuan awal tinggi pada pembelajaran dengan pendekatan realistik akan berprestasi lebih baik dan
siswa berkemampuan awal rendah pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional akan berprestasi lebih rendah.
D. Hipotesis