Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika

17 dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi . Prestasi belajar merupakan suatu ukuran keberhasilan siswa setelah mengalami proses belajar. Menurut S. Nasution 2000:21 prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu individu, individu tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian Ngalim Purwanto, 1994:84 Selanjutnya Buchori 1985:91 menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar, baik buruknya angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai siswa dalam periode tertentu. Dengan demikian, maka prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam selang waktu tertentu. Prestasi belajar matematika merupakan patokan yang dapat menunjukkan kemampuan siswa dan dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan keberhasilan pendidikan.

2. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika

Orientasi pendidikan kita mempunyai ciri: 1 cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek, 2 guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, 3 materi bersifat subject-oriented; dan 4manajemen bersifat sentralistis. Orientasi pendidikan yang demikian 18 menyebabkan praktik pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian Sutarto Hadi, 2003:2. Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut Zamroni dalam Sutarto Hadi, 2003:2: 1 Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran learning daripada mengajar teaching, 2 Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel 3 Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri; dan 4 Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan. Teori Pendidikan Matematika Realistik PMR sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual cotextual teaching and learning, disingkat CTL. Pendekatan konstruktivis maupun CTL mewakili teori belajar secara umum, sedangkan PMR adalah suatu teori pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep PMR sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. PMR mempunyai konsepsi tentang siswa sebagai berikut: 1 siswa memiliki seperangkat konsep tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi 19 belajar selanjutnya, 2 siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri, 3 pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi,penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan, 4 pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman, 5 setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematik. Kata realistik diambil dari salah satu diantara empat pendekatan dalam pendidikan matematika. Menurut klasifikasi Treffers yaitu mekanistik, empirik, strukturalistik dan realistik. Yansen Marpaung, 2001:2. Mekanistik artinya cara mengerjakan suatu masalah secara teratur, empirik artinya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, strukturalistik artinya cara menyusun suatu konsep atau unsur-unsur dengan pola tertentu dan realistik artinya bersifat nyata. Pada pendidikan matematika dua komponen matematisi yaitu matematisi horizontal dan matematisi vertikal. Perbedaan dari keempat pendekatan itu ditentukan sejauh mana mereka menggunakan kedua komponen itu. Pendekatan strukturalistik lebih menekankan struktur dalam suatu cabang matematika yaitu mempelajari matematika dalam arah vertikal. Pendekatan realistik selain mempelajari dalam arah vertikal juga mempelajari dalam arah horizontal yaitu hubungan antara konsep-konsep dalam beberapa cabang matematika. Pendekatan mekanistik tidak memuat kedua komponen matematisi itu, sedangkan pendekatan empirik hanya memuat komponen horizontal saja. 20 Pembelajaran Matematika Realistik di sekolah dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah yang nyata atau yang telah dikuasai atau dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian-pengertian matematika yang semakin meningkat. Jadi pembelajaran tidak mulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh, namun sifat, definisi, teorema itu diharapkan “seolah-olah ditemukan kembali” oleh siswa R. Soedjadi, 2001: 2. Jelas bahwa dalam pembelajaran matematika realistik siswa ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan agar dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Gravermeijer dalam Yansen Marpaung, 2001, ide utama dari RME adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan. Menurut Gravemeijer dalam Tohir Zainurie 2007 menyatakan: prinsip RME adalah: a reinvensi terbimbing dan matematisi progresif, bfenomena deduktif dan c dari informal ke formal, model menjembatani lubang antara pengetahuan informal dan matematika formal. RME di Indonesia diadaptasi dengan nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI. Karena PMRI 21 merupakan adaptasi MRE di Indonesia maka ketiga prinsip itu ada dalam PMRI yang dijabarkan menjadi sepuluh karakteristik PMRI yaitu : a. Murid aktif, guru aktif b. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan masalah-masalah dengan cara sendiri. c. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. d. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. e. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok atau secara individual. f. Pembelajaran tidak selalu di kelas g. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negoisasi, baik antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa. h. Siswa bebas memilih representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan masalah. i. Guru bertindak sebagai fasilitator j. Menghargai pendapat siswa, termasuk pendapat itu betul atau salah Yansen Marpaung: 2003 Pada pembelajaran dengan pendekatan PMRI ada 5 tahapan yang perlu dilalui oleh siswa, yaitu: Penyelesaian masalah, Penalaran, Komunikasi, Kepercayaan diri, dan Representasi. Pada tahap penyelesaian masalah, siswa diajak mengerjakan soal-soal dengan menggunakan langkah-langkah sendiri. Dan yang patut dihargai ialah bahwa penggunaan langkah ini tidak berlaku bakusama seperti yang dipakai pada 22 buku atau yang digunakan guru. Siswa dapat menggunakan carametode yang ditemukan sendiri, yang bahkan sangat berbeda dengan carametode yang dipakai oleh buku atau oleh guru. Pada tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam mengerjakan setiap soal yang dikerjakan. Artinya, pada tahap ini siswa harus dapat mempertanggungjawabkan carametode yang dipakainya dalam mengerjakan tiap soal. Pada tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada teman-temannya. Siswa berhak pula menyanggah menolak jawaban milik teman yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan diri dengan cara mau menyampaikan jawaban soal yang diperolehnya kepada kawan-kawannya dengan berani maju ke depan kelas. Dan seandainya jawaban yang dipilihnya berbeda dengan jawaban teman, siswa diharapkan mau menyampaikannya dengan penuh tanggungjawab dan berani baik secara lisan maupun secara tertulis. Pada tahap representasi, siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representasi yang dia inginkan benda konkrit, gambar atau lambang- lambang matematika untuk menyajikan atau menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Dia membangun penalarannya, kepercayaan dirinya melalui bentuk representasi yang dipilihnya. 23 Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI sangat komprehensif. Artinya, penyajian materi pelajaran selalu dihubungkan dengan materi lain. Ketika siswa mengerjakan suatu soal, dia selalu berpikir tentang kaitan suatu soal dengan soal yang sudah pernah dia selesaikan, atau antara suatu meteri baru dengan materi lama yang pernah dia pelajari. Dengan demikian, siswa yang sudah dapat mengerjakan suatu soal sebelumnya, besar kemungkinannya dapat mengerjakan soal yang dia sedang dihadapinya. Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI bersifat integral, artinya pelajaran matematika dapat dihubungkan langsung dengan pelajaran lain. M.I. Sri Rahayu, 2002 Dalam pembelajaran matematika realistik, kegiatan inti diawali dengan masalah kontekstual, siswa aktif, siswa dapat mengeluarkan ide-idenya, siswa mendiskusikan dan membandingkan jawabannya dengan temannya. Dimana guru memfasilitasi diskusi dengan teman sebangkunya dan mengarahkan siswa untuk memilih suatu jawaban yang benar. Selanjutnya guru dapat meminta beberapa siswa untuk mengungkapkan jawabannya. Melalui diskusi kelas jawaban siswa dibahasdibandingkan. Dan guru membantu menganalisa jawaban-jawaban siswa. Jawaban siswa mungkin tidak ada yang benar, mungkin semuanya benar atau sebagian benar sebagian salah. Jika jawaban benar maka guru hanya menegaskan jawaban tersebut. Jika jawaban salah guru secara tidak langsung memberitahu letak kesalahan siswa yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjawab soal atau siswa lainnya. Selanjutnya siswa dapat memperbaiki jawabannya dari hasil diskusi, guru mengarahkan siswa untuk menarik 24 kesimpulan. Adapun implementasi matematika realistik dalam kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Implementasi Matematika Realistik No. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Guru memberi siswa masalah kontekstual Siswa secara individu atau kelompok mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal 2. Guru merespon secara positif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi yang paling efektif Siswa memikirkan strategi yang efektif untuk memberikan jawaban 3. Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya meminta siswa untuk mengerjakan dengan pengalaman mereka Siswa secara mandiri atau berkelompok menyelesaiakan masalah tersebut 4. Guru mengelilingi siswa serta memberikan bantuan seperlunya Beberapa siswa mengerjakan dipapan tulis. Melalui diskusi kelas jawaban siswa dikonfrontasikan 25 No. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 5. Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan Siswa merumuskan bentuk matematika formal 6. Guru memberikan pekerjaan rumah Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dan menyerahkan pekerjaan tersebut kepada guru Suharto dalam Kadir, 2005:10

3. Pembelajaran Konvensional

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP

0 3 111

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZEL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 9

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas II SMU.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas II SMU.

0 0 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

3 14 41

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING (QL) DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN LAMPUNG TIM

0 0 10

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP PAD SISWA SMP KELAS VIII.

11 24 360

EFEKTIVITAS METODE DRILL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 0 8

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMK DENGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MATERI PROGRAM LINEAR - Raden Intan Repository

0 0 303