Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas

karbohidrat terhadap kejadian obesitas. Nilai RP adalah 0,334 yang menunjukkan bahwa anak dengan frekuensi makan sumber karbohidrat tinggi 0,334 kali perkiraan resikonya menderita obesitas jika dibandingkan dengan anak yang frekeunsi makan sumber karbohidrat rendah. Sedangkan pada sumber protein, minuman, dan fastfood proporsi anak obesitas lebih besar terjadi pada kelompok anak yang konsumsi protein, minuman, dan fastfood rendah, yaitu masing-masing 43,7, 46,2, dan 41,1. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sumber protein,minuman, dan fastfood dengan nilai p berturut-turut 0,248 , 0,082, dan 0,453 . Pada kelompok makanan sayur, proporsi obesitas lebih banyak terjadi pada kelompok anak dengan konsumsi sayur rendah, yaitu 50,0. Hasil uji statistik menunujukkan tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sayur dengan kejadian obesitas, dengan nilai p=0,287. Sedangkan pada kelompok makanan buah, sebagian besar anak yang tingkat konsumsi buah buahan tinggi tidak mengalami obesitas, yaitu sebanyak 59,7. Hasil analisis juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi buah-buahan dengan kejadian obesitas, dengan nilai p=0,899.

4.2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas

Hubungan aktivitas fisik, baik aktivitas kurang aktif maupun aktivitas fisik aktif dengan obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.8. Tabulasi Silang Aktivitas Fisik dengan Obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014 No Aktivitas Fisik Obesitas Tidak Obesitas Total p RP 95 CI f F f 1. Aktivitas Fisik - Kurang Aktif - Aktif 30 30 57,7 30,3 22 69 42,3 69,7 52 99 100,0 100,0 0,001 3,136 1,562- 6,300 Dari tabel 4.8 di atas, ditemukan proporsi obesitas terjadi lebih besar pada anak dengan aktivitas fisik kurang aktif, yaitu sebesar 57,7. Sedangkan pada anak yang aktivitas fisik aktif, prevalensi obesitas terjadi lebih rendah, yaitu hanya 30,3. Anak yang memiliki aktivitas fisik aktif, yaitu yang memiliki kegiatan fisik sedang dan berat di atas rata-rata memiliki kecenderungan tidak mengalami obesitas, dengan proporsi sebanyak 69,7. Hasil analisis chi-square ditemukan nilai p=0,001. Artinya, aktivitas fisik anak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitasdi SD Harapan 3 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. RP anak dengan aktivitas fisik kurang aktif jika dibandingkan dengan anak yang aktivitas fisik aktif, adalah 3,136 dengan 95 CI 1,562-6,300. Hal tersebut menunjukkan jika anak dengan aktivitas fisik kurang aktif 3,136 kali perkiraan resiko mengalami obesitas jika dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas fisik yang aktif.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Prevalensi Kejadian Obesitas Berdasakan data berat badan dan tinggi badan anak yang telah dihimpun dan dihitung prevalensi kejadian obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2014 adalah 39,7, sedangkan sisanya 60,3 tidak obesitas. Sebanyak 60 dari 151 siswa SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2014 menderita obesitas, dan sisanya yaitu 91 siswa memiliki tidak menderita obesitas. Jika dibandingkan dengan angka nasional, prevalensi obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2014 termasuk tinggi, yaitu hampir lima kali prevalensi obesitas nasional anak usia sekolah, yaitu sebesar 8,8 Riskesdas, 2013. Sumatera Utara juga termasuk dalam provinsi yang memiliki prevalensi obesitas anak usia sekolah di atas angka prevalensi nasional Riskesdas, 2013. Di kota Medan, prevalensi obesitas pada anak sekolah pada tahun 2007 mencapai 17,75 Ariani, 2007. Prevalensi obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang pada tahun 2011 adalah 19 Putri, 2011. Artinya terjadi peningkatan prevalensi obesitas yang sangat siginifikan, yaitu 19 pada tahun 2011 menjadi 39,7 pada tahun 2014. Peningkatan prevalensi obesitas tersebut terjadi hampir lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun. Prevalensi obesitas di SD Harapan 3 yang tinggi merupakan masalah serius karena akan memengaruhi produktivitas dan kesehatan anak. Dampak obesitas pada anak umumnya mungkin masih terbatas pada gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam pergaulan, aktivitas fisik, lebih suka menyendiri, dan memuaskan dirinya dengan bersantai dan makan Anggrainy, 2008. Obesitas juga memiliki pengaruh