Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Obesitas

Proporsi kejadian obesitas terjadi lebih banyak pada anak dengan kedua orangtua yang memiliki riwayat obesitas, yaitu 59. Sedangkan pada anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat obesitas proporsi obesitas lebih kecil, yaitu 33,0. Hasil analisis menunjukkan nilai p= 0,004.Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keturunan kedua orang tua dengan kejadian obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014. RP anak dengan riwayat kedua orang tua menderita obesitas adalah 2,914 dengan 95 CI 1,317-6,167, artinya anak dengan kedua orang tua memiliki riwayat obesitas 2,914 kali perkiraan resiko mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kedua orang tua tidak memiliki riwayat obesitas. Proporsi kejadian obesitas lebih besar pada anak dengan uang saku lebih dari Rp.8500 per hari, yaitu 47,8. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,062. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara uang saku dengan kejadian obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014.

4.2.6. Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Obesitas

Dari hasil analisa frekuensi makan siswa dengan menggunakan kuisioner food frequency kemudian dilakukan scoring sesuai jenis makanan dan dikategorikan berdasarkan masing-masing skor maksimal, maka hubungan frekuensi makan meliputi jenis bahan makanan karbohidrat, protein, sayuran, buah, minuman, dan fastfood dengan kejadian obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 4.7. Tabulasi Silang Frekuensi Makan dengan Obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun 2014 No Jenis Makanan Obesitas Tidak Obesitas Total p RP 95 CI f F f 1. Sumber Karbohidrat - Tinggi - Rendah 6 54 20,0 44,6 24 67 80,0 55,4 30 121 100,0 100,0 0,014 0,310 0,118- 0,813 2. Sumber Protein - Tinggi - Rendah 22 38 34,4 43,7 42 49 65,6 56,3 64 87 100,0 100,0 0,248 0,675 0,346- 1,317 3. Sumber Sayuran - Rendah - Tinggi 49 11 38,0 50,0 80 11 62,0 50,0 139 22 100,0 100,0 0,287 0,613 0,247- 1,519 4. Sumber Buah - Rendah - Tinggi 33 27 39,3 40,3 51 40 60,7 59,7 84 67 100,0 100,0 0,899 0,959 0,498- 1,847 5. Sumber Minuman - Tinggi - Rendah 23 37 32,4 46,3 48 43 77,6 53,7 71 80 100,0 100,0 0,082 0,557 0,287- 1,081 6. Sumber Fast food - Tinggi - Rendah 9 51 33,4 41,1 18 73 66,6 58,9 27 134 100,0 100,0 0,453 0,716 0,298- 1,719 Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar kelompok anak dengan konsumsi karbohidrat rendah tidak mengalami obesitas, yaitu sebesar 54,4. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,014 yang artinya terdapat hubungan antara frekuensi makan sumber karbohidrat terhadap kejadian obesitas. Nilai RP adalah 0,334 yang menunjukkan bahwa anak dengan frekuensi makan sumber karbohidrat tinggi 0,334 kali perkiraan resikonya menderita obesitas jika dibandingkan dengan anak yang frekeunsi makan sumber karbohidrat rendah. Sedangkan pada sumber protein, minuman, dan fastfood proporsi anak obesitas lebih besar terjadi pada kelompok anak yang konsumsi protein, minuman, dan fastfood rendah, yaitu masing-masing 43,7, 46,2, dan 41,1. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sumber protein,minuman, dan fastfood dengan nilai p berturut-turut 0,248 , 0,082, dan 0,453 . Pada kelompok makanan sayur, proporsi obesitas lebih banyak terjadi pada kelompok anak dengan konsumsi sayur rendah, yaitu 50,0. Hasil uji statistik menunujukkan tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sayur dengan kejadian obesitas, dengan nilai p=0,287. Sedangkan pada kelompok makanan buah, sebagian besar anak yang tingkat konsumsi buah buahan tinggi tidak mengalami obesitas, yaitu sebanyak 59,7. Hasil analisis juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi buah-buahan dengan kejadian obesitas, dengan nilai p=0,899.

4.2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas