terhadap prestasi belajar anak. Anak yang obesitas cenderung memiliki nilai yang kurang dibandingkan dengan anak yang tidak obesitas dengan nilai efektivitas 45,7 Ahmadah, 2013.
Penelitian di Jepang menunjukkan satu dari tiga anak yang mengalami obesitas akan tumbuh menjadi orang dewasa yang juga mengalami obesitas WHO, 2011. Obesitas merupakan
masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus, kanker, osteoartritis, dan sebagainya Kementerian Kesehatan RI, 2012. Obesitas merupakan gangguan kesehatan kompleks karena penyebab diantaranya terkait
faktor hereditas, pilihan makanan, aktivitas fisik, dan pengaruh media Haines et al, 2007. Faktor genetik meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya
peningkatan prevalensi obesitas Kemenkes, 2012. Ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik terutama yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang
mengarah pada sedentary life style juga memengaruhi kejadian obesitas pada anak. Dalam penelitian ini, faktor yang memiliki hubungan terhadap kejadian obesitas di SD Harapan 3
Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2014 adalah jenis kelamin, riwayat ayah, riwayat keturunan dari kedua orang tua, frekuensi makan karbohidrat, dan aktivitas fisik yang kurang
aktif.
5.2. Hubungan Karateristik Anak dengan Obesitas
Hubungan karateristik anak yang dianalisis meliputi jenis kelamin,umur, riwayat orangtua, dan uang saku dengan kejadian obesitas di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua
Kabupaten Deliserdang Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
5.2.1. Hubungan Umur dengan Obesitas
Proporsi tertinggi kejadian obesitas terjadi pada anak dengan kelompok umur lebih dari sembilan tahun, yaitu 47,8, dan terendah pada kelompok umur kurang dari sembilan tahun
yaitu 33,3. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p= 0,072. Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian obesitas. Hal ini
disebabkan karena tidak terdapat perbedaan proporsi obesitas yang signifikan baik pada anak umur kurang dari sembilan tahun maupun lebih dari sembilan tahun.
Menurut Wang 2007 umur anak tidak memiliki hubungan terhadap kejadian obesitas di Chicago dengan nilai p=0,820. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmawati
2009 yang menyatakan proporsi obesitas di SD Al Azhar Jakarta tahun 2009 terjadi paling besar pada kelompok anak 10 tahun. Umur anak tidak memiliki hubungan terhadap kejadian
obesitas dengan nilai p=0,193. Kelompok anak, baik pada usia pertengahan 5-10 tahun maupun remaja awal yaitu
sekitar 10-14 tahun merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami masalah gizi baik masalah gizi kurang maupun gizi lebih Sartika, 2011. Meskipun begitu anak usia 6-12 tahun
mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan yang lebih stabil dibandingkan bayi dan balita. Pertumbuhan fisiknya terlihat lebih lambat, tetapi perkembangan motorik, kognitif dan
emosi sosial mulai matang. Sedangkan menurut Dietz 1995 terdapat tiga titik kritis usia perkembangan yang
memengaruhi kerentanan seseorang terhadap obesitas, yaitu pada awal kelahiran, usia 5-7 tahun, dan usia dewasa. Pada anak usia 5-7 tahun terjadi perkembangan jaringan lemak yang
cukup pesat, sehingga jika terjadi obesitas pada usia tersebut akan cenderung menetap dan menimbulkan komplikasi yang lebih jauh lagi. Sedangkan pada usia 8-15 tahun, jaringan lemak
berkembang konstan.
5.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas