peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. 7.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta PMK No. 28 Tahun 2014.
2.3.2 Kapitasi
Kapitasi merupakan salah satu metode pembayaran fasilitas kesehatan yang dipilih untuk membayar fasilitas kesehatan primer FKTP. Dalam Peraturan
Presiden RI No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Milik Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa dana kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan akan membayar kepada FKTP dengan sistem pembagian kapitasi. Membayar Pemberi Pelayanan
Kesehatan PPK dengan menggunakan sistem kapitasi berarti PPK dibayar dimuka praupaya per bulan berdasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar,
tidak tergantung berdasarkan jumlah pelayanan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Standar tarif kapitasi sebagaimana yang tertulis pada Peraturan BPJS No.2 Tahun 2015 ditetapkan sebagai berikut:
a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.3.000,00 tiga ribu
rupiah sampai dengan Rp.6.000,00 enam ribu rupiah; b.
rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.8.000,00 delapan ribu rupiah sampai
dengan Rp.10.000,00 sepuluh ribu rupiah; dan c.
praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp.2.000,00 dua ribu rupiah. Setiap Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan harus memenuhi persyaratan: a memiliki perawat; b memiliki bidan danatau jejaring bidan; cmemiliki
tenaga administrasi; d memenuhi kriteria kredensialing atau rekredensialing; e memberikan pelayanan rawat jalan tingkat pertama sesuai peraturan perundang-
undangan; f memberikan pelayanan obat; g memberikan pelayanan laboratorium tingkat pratama; h membuka waktu pelayanan minimal 8 delapan
jam setiap hari kerja; dan i memberikan pelayanan darurat di luar jam pelayanan.
Penetapan besaran tarif kapitasi bagi masing-masing FKTP dilakukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan KabupatenKota berdasarkan seleksi dan
kredensialing dengan mempertimbangkan: 1.
sumber daya manusia; 2.
kelengkapan sarana dan prasarana; 3.
lingkup pelayanan; dan
Universitas Sumatera Utara
4. komitmen pelayanan.
1. Pertimbangan sumber daya manusia meliputi: a.
ketersediaan dokter berdasarkan rasio perbandingan jumlah dokter dengan jumlah peserta terdaftar; dan
b. ketersediaan dokter gigi, perawat, bidan termasuk jejaring bidan dan tenaga
administrasi. 2. Pertimbangan kelengkapan sarana dan prasarana meliputi :
a. kelengkapan sarana prasarana FKTP yang diperlukan dalam memberikan
pelayanan; dan b.
waktu pelayanan di FKTP. 3. Pertimbangan lingkup pelayanan meliputi:
a. pelayanan rawat jalan tingkat pertama sesuai peraturan perundang-undangan;
b. pelayanan obat; dan
c. pelayanan laboratorium tingkat pratama.
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara yang telah memenuhi persyaratan tersebut memperoleh pembayaran dengan besaran tarif kapitasi yang
didasarkan pada jumlah dokter, rasio jumlah dokter dengan jumlah peserta, ada atau tidaknya dokter gigi, dan waktu pelayanan. Puskesmas atau fasilitas
kesehatan yang setara memperoleh kapitasi sebesar Rp.6.000,00 enam ribu rupiah apabila memiliki dokter paling sedikit 3 tiga orang dengan perbandingan
1 satu orang dokter berbanding dengan paling banyak 5.000 lima ribu Peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 satu orang, dan membuka waktu pelayanan
24 dua puluh empat jam setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
Konsep dasar sistem pembayaran kapitasi dikembangkan dari tiga prinsip pokok yaitu:
a. Prinsip kemungkinan timbulnya risiko risk probability
b. Prinsip membagi risiko risk sharing
c. Prinsip pelayanan yang profesional professionalism
Tiga prinsip risk probability, risk sharing dan professionalism ini yang terkadang belum dipahami secara menyeluruh, sehingga dampak negative
pembayaran kapitasi bisa muncul yaitu, faskes akan mengurangi waktu pelayanan atau mempercepat waktu pelayanan, faskes tidak berusaha memperbaiki kualitas
pelayanan dan faskes akan meningkatkan rujukan ke faskes sekunder atau faskes tingkat lanjut. Padahal metode pembayaran kapitasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan peran pelayanan kesehatan primer sebagai gate keeper dalam mengendalikan mutu dan mengendalikan biaya pelayanan kesehatan.
Pembayaran kapitasi diharapkan menjadi lebih sederhana, penghasilan faskes lebih stabil dan merata, pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien, dapat
mencegah kunjungan pasien yang berulang atau berlebihan dengan usaha promotif preventif Kuncoro, 2015.
Pembayaran kepada tenaga kesehatan dengan konsep kapitasi juga dapat menimbulkan ketidakpuasan dari tenaga kesehatan dikarenakan besaran jasa
pelayanan yang diterima oleh tenaga kesehatan berdasarkan pada besaran dana kapitasi yang diterima oleh puskesmas. Apabila besaran kapitasi yang diterima
oleh puskesmas kecil maka akan berdampak pada besaran jasa pelayanan yang diterima oleh tenaga kesehatan dikarenakan tenaga kesehatan akan mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
jumlah jasa pelayanan yang rendah. Hasil penelitian Wintera Hendrartini 2005 menunjukkan bahwa 57,7 dokter puskesmas mempunyai tingkat
kepuasan yang rendah terhadap sistem pembayaran kapitasi. Hasil penelitian tersebut dipertegas dengan keluhan dari beberapa dokter puskesmas yang
menyatakan tidak puas dengan sistem pembayaran kapitasi, dimana selain karena jumlahnya kecil, pembayarannya terlambat dan juga tidak tahu jumlah riil peserta
di lapangan. Suhartati 2015 mengatakan pemahaman pihak Puskesmas 5 Ilir dan
Puskesmas Merdeka masih belum mengetahui tentang pengaruh risiko keuangan yang dihadapi dokter apabila rasio rujukan melebihi dari standar BPJS
Kesehatan. Dengan tidak ditegakkannya kebijakan mengenai risiko finansial PPK, akan menyebabkan banyaknya PPK yang akan melakukan rujukan sehingga PPK
mengurangi jumlah konsumsi pelayanan untuk mendapatkan laba yang memadai dengan menurunkan mutu pelayanan.
Konsep kapitasi digunakan oleh dokter pelayanan primer karena risiko yang dihadapi relatif kecil. Akan tetapi kontrak kapitasi ini mempunyai risiko
rujukan yang sangat tinggi karena untuk mengurangi beban yang dihadapi oleh dokter, dokter cenderung memaksimalkan pendapatannya dengan merujuk pasien
yang mempunyai kondisi penyakit relatif sulit dan memerlukan biaya mahal. Akibatnya pengendalian biaya dan efisiensi yang diharapkan dari pembayaran
kapitasi tidak tercapai karena meningkatnya pelayanan rujukan di rumah sakit Wintera Hedrartini.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pikir