Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

(1)

PANDUAN UNTUK KEPALA PUSKESMAS MANDALA I. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ II. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper?

2. Apa yang bapak/ibu ketahui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial ?

3. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya secara keseluruhan? Serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

4. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang kemampuan Puskesmas Mandala dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2016


(2)

5. Bagaimana menurut bapak/ibu kesiapan petugas terutama dokter atau tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai dengan standar JKN?

6. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui persyaratan rujukan dalam era JKN?

7. Apakah petugas pengelola BPJS Kesehatan di Puskesmas Mandala sudah mendapatkan pelatihan mengenai sistem rujukan puskesmas ?

8. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN?

9. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan primer dalam era JKN?


(3)

10.Apa yang bapak/ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

11.Apakah bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompendium alat kesehatan, dan apa gunanya?

12.Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan primer?

13.Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?

14.Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?


(4)

15.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

16.Apakah bapak/ibu tau mengenai daftar penyakit yang wajib ditangani Puskesmas?


(5)

PANDUAN UNTUK DOKTER PUSKESMAS MANDALA III. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ IV. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper?

2. Apa yang bapak/ibu ketaHui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial ?

3. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya secara keseluruhan? Serta sesuai dengan standar puskesmas?

4. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang sumber daya manusia Puskesmas Mandala dalam pelayanan kesehatan dalam era JKN?

5. Bagaimana menurut bapak/ibu dokter dalam membuat diagnosa penyakit, dan rujukannya saat ini ?


(6)

6. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui sistem rujukan dalam era JKN?

7. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendukung penegakkan diagnosa bapak/ibu?

8. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan pelayanan kesehatan Primer?

9. Apa yang bapak/ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

10.Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan Kompendium yang telah ditetapkan pada program JKN?

11.Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?


(7)

12.Apakah ketersediaan obat sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

13.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

14.Apakah bapak/ibu tau mengenai daftar penyakit yang wajib ditangani Puskesmas?

15.Apakah yang Bapak/Ibu dokter lakukan apabila ada pasien yang meminta rujukan sendiri?


(8)

PANDUAN UNTUK PENGELOLA OBAT PUSKESMAS MANDALA V. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ VI. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana kebutuhan obat di Puskesmas dan bagaimana proses perencanaannya?

2. Apakah ketersediaan obat sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

3. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

4. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang sumber daya manusia Puskesmas Mandala dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?


(9)

5. Bagaimana menurut Bapak/ibu tentang kesiapan dokter dalam memberi diagnosa dan rujukan saat ini?

6. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui persyaratan rujukan dalam era JKN?

7. Apakah menurut anda kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan kesehatan primer?

8. Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan Kompendium yang telah ditetapkan pada program JKN?


(10)

PANDUAN UNTUK PENGELOLA BPJS KESEHATAN PUSKESMAS MANDALA

VII. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ VIII. Daftar pertanyaan

1. Apakah bapak/ ibu mengetahui tentang sistem rujukan di Puskesmas?

2. Dan apakah persyaratan bila dilakukan tindakan lanjutan pada pasien BPJS?

3. Apakah sumber daya manusia di Puskesmas Mandala sudah cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan?

4. Apa yang bapak/ibu ketaui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial ?


(11)

5. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kesiapan petugas terutama dokter dalam memberi diagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan primer dalam era JKN?

6. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan tentang sistem rujukan?

7. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendukung penegakkan diagnosa dokter?

8. Apakah menurut anda kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan kesehatan primer?

9. Apa yang bapak/ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di

Puskesmas?

10.Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakanlanjutan atau rujukan?


(12)

11.Apakah ketersediaan obat sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

12.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?


(13)

PANDUAN UNTUK KEPALA TATA USAHA PUSKESMAS MANDALA IX. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ X. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya secara keseluruhan? Serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

2. Apa yang bapak/ibu ketaui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial ?

3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang kemampuan Puskesmas Mandala dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kesiapan petugas terutama dokter atau tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai dengan standar JKN?


(14)

5. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui persyaratan rujukan dalam era JKN?

6. Apakah petugas pengelola BPJS Kesehatan di Puskesmas Mandala sudah mendapatkan pelatihan mengenai sistem rujukan puskesmas ?

7. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN?

8. Apakah menurut bapak/Ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan primer dalam era JKN?

9. Apa yang bapak/Ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

10.Apakah Bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompendium alat kesehatan, dan apa gunanya?


(15)

11.Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan primer?

12.Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?

13.Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

14.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?


(16)

PANDUAN UNTUK BIDAN PUSKESMAS MANDALA XI. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ XII. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper?

2. Apa yang bapak/ibu ketaui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial?

3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya secara keseluruhan? Serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang kemampuan Puskesmas Mandala dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?


(17)

5. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kesiapan petugas terutama dokter atau tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai dengan standar JKN?

6. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui persyaratan rujukan dalam era JKN?

7. Apakah petugas pengelola BPJS Kesehatan di Puskesmas Mandala sudah mendapatkan pelatihan mengenai sistem rujukan puskesmas ?

8. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN?

9. Apakah menurut bapak/Ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan primer dalam era JKN?


(18)

10.Apa yang bapak/Ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

11.Apakah Bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompendium alat kesehatan, dan apa gunanya?

12.Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan primer?

13. Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?

14.Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

15.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?


(19)

PANDUAN WAWANCARA PERAWAT PUSKESMAS MANDALA XIII. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ XIV. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper?

2. Apa yang bapak/ibu ketaui mengenai dana kapitasi? Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa dana kapitasi memiliki resiko finansial ?

3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya secara keseluruhan? Serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang kemampuan Puskesmas Mandala dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?

5. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kesiapan petugas terutama dokter atau tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai dengan standar JKN?


(20)

6. Apakah para pegawai Puskesmas Mandala mengetahui persyaratan rujukan dalam era JKN?

7. Apakah petugas pengelola BPJS Kesehatan di Puskesmas Mandala sudah mendapatkan pelatihan mengenai sistem rujukan puskesmas ?

8. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Mandala dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN?

9. Apakah menurut bapak/Ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mandala sudah sesuai dengan standar pelayanan primer dalam era JKN?

10.Apa yang bapak/Ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?

11.Apakah Bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompendium alat kesehatan, dan apa gunanya?


(21)

12.Apakah fasilitas kesehatan di puskesmas saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan primer?

13.Apakah puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?

14.Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan formulasi nasional yang telah ditetapkan?

15.Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di Puskesmas?


(22)

PANDUAN UNTUK PASIEN RUJUKAN PESERTA PBI DAN NON-PBI PROGRAM JKN PUSKESMAS MANDALA

XV. Identitas Informan

Nama : ______________________ Umur : ______________________

Jenis kelamin : ______________________ Pendidikan terakhir : ______________________ XVI. Daftar pertanyaan

1. Apakah alasan bapak/ Ibu memilih Puskesmas Mandala sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama? Sepengetahuan Bapak/Ibu, berapa jumlah pegawai yang ada di Puskemas Mandala?

2. Menurut bapak/ ibu, Apakah pegawai di Puskesmas Mandala sudah mengetahui tentang program JKN?

3. Bagaimana menurut bapak/ Ibu tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala?

4. Apakah rujukan yang diberikan kepada Bapak/ ibu atas petunjuk petugas puskesmas? Atau bagaimana?


(23)

5. Apakah bapak/ Ibu pernah disuruh untuk periksa labotatorium di laboratorium yang lain?

6. Menurut bapak/ibu, apa yang akan dilakukan Puskesmas Mandala jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di puskesmas?

7. Apakah Puskesmas memiliki ketersediaan sarana dan prasarana dalam tindakan lanjutan atau rujukan?

8. Apakah bapak/Ibu pernah disuruh untuk membeli obat di Apotik?

9. Apakah yang akan dilakukan puskesmas jika obat yang diberikan kepada pasien tidak ada di puskesmas?


(24)

DATA KUNJUNGAN PASIEN PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2015

No. BULAN RINCIAN KUNJUNGAN

GRATIS BAYAR BPJS

Umum Gigi Umum Gigi Umum Gigi Rujukan Umum + Gigi

1. Januari 736 70 60 83 448 90 700

2. Februari 662 115 50 65 440 84 583

3. Maret 702 109 66 80 460 96 564

4. April 681 102 56 78 541 128 519

5. Mei 581 115 48 83 510 111 578

6. Juni 661 124 50 71 507 135 560

7. Juli 531 72 61 54 379 86 481

8. Agustus 694 74 43 68 496 98 537

9. September 843 78 45 67 518 107 534

10. Oktober 755 87 51 82 602 95 617

11. Nopember 718 84 36 63 543 103 534

12. Desember 797 40 38 60 552 113 583

JUMLAH 8361 1070 604 854 5996 1246 6790

DAFTAR 10 PENYAKIT TERBESAR DI WILAYAH PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2015

No. Jenis Penyakit

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jlh 1. ISPA 344 368 373 390 393 384 393 435 488 505 567 579 5209 2. Hipertensi 341 291 300 300 300 352 337 332 343 329 341 339 3950 3. Gastritis 331 312 355 355 362 336 341 358 344 370 381 382 4202 4. Reumatik 318 305 320 320 333 316 328 342 350 345 376 339 3992 5. Diabetes

Melitus

290 277 306 306 312 295 294 310 317 333 332 306 3603 6. Tonsilitis 117 115 97 97 85 115 102 92 92 114 128 118 1292 7. Diare 74 74 74 74 75 74 86 73 74 85 69 79 911 8. Asma 56 53 53 40 31 47 53 0 46 58 92 85 616 9. Infeksi

Telinga Tengah

46 47 47 41 37 97 74 51 57 61 0 27 593

10. Skabies 112 97 97 72 84 78 70 49 34 76 83 77 929


(25)

(26)

(27)

103

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fauziah Abdullah .2015. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. [online], vol.5,no.2

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik Kota Medan. Kecamatan Medan Tembung Dalam Angka Tahun 2016

BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Gatekeeper Concept Faskes BPJS

Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan

.2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan. Jakarta : BPJS Kesehatan

Gulo, Martimanjaya. 2015. Analisis Rujukan Puskesmas Botombawo Kabupaten Nias Dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Handayani . 2010. Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan Puskemas.

Kemenkes RI .Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010 - 2014. Jakarta.2010

Nomor 159/ Menkes/ Sk/ V/ 2014, Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328 / Menkes / Sk / Ix /2013 Tentang Formularium Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

118/ Menkes / SK / IV / 2014 Tentang, Kompedium Alat Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

2014 : Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Jilid 1. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kesumawati, Ima Nur. 2012. Analisis Pelaksanaan Rujukan RJTP Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Sukabumi di Puskesmas Nanggeleng dan Gedong Panjang Tahun 2012. Skripsi, Universitas Indonesia


(28)

104

Kuncoro. 2015. Apa Itu Sistem Kapitasi Pembayaran BPJS Kesehatan, http://www.pasiensehat.com. diakses (24 Juli 2016).

Miles, M.B., Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan Tjepjep Rohendi). Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)

Moleong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.

Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Jakarta : BPJS Kesehatan

Nomor 2 Tahun 2015. Tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi Dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakrta : BPJS Kesehatan

Peraturan Presiden RI Nomor. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah

Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

Nomor 28 Tahun 2014, tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

Nomor 71 Tahun 2013, tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2014, tentang Pengelolaan dan

Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah

Sitti. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Mutu Pelayanan di Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene Tahun 2012.

Subagyo, Joko P. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sugyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.


(29)

105

Suhartati. Dede. 2015. Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) Pada Peserta Bpjs Kesehatan Di Puskesmas 5 Ilir Dan Puskesmas Merdeka. Fakultas Keshatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Solo : UNS Press

Thabrany. 2003. Makalah: Keterbukaan dalam Pembayaran Kapitasi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

.2014. Jaminan Kesehatan Nasional. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan

Nomor 40 Tahun 2004, Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Wintera dan Hendrartini. 2005. Determinan Kepuasan Dokter Puskesmas

terhadap Sistem Pembayaran Kapitasi Peserta Wajib PT ASKES di Kabupaten Donggala

Wulandhani. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kasus Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Askes Sosial PT Askes (Persero) Cabang Metro Di Puskesmas Sumbersari Bantul Kota Metro Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia


(30)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan data, yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau gambar.

Moleong mengsintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Medan Tembung, Medan. Lokasi ini dipilih karena tinggi nya angka rujukan rawat jalan tingkat pertama pada peserta JKN di puskesmas tersebut pada tahun 2015 sebesar 42,74% dimana standar nasional rujukan adalah 7% - 10 % .

3.2.2 Waktu Penelitian


(31)

41

3.3 Pemilihan Informan

Pada penelitian kualitatif pemilihan sampel disebut informan. Pemilihan tidak didasarkan berapa banyak jumlah informan nya melainkan seberapa besar informasi yang didapatkan dari informan tersebut. Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Yaitu sampel yang ditarik dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel ini dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2006).

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif juga didasarkan atas 2 azas, yaitu azas kesesuaian (appropriatness) dan azas kecukupan (adequacy). Azas kesesuaian berati proses pemilihan informan berdasarkan pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian, sedangkan yang dimaksud dengan azas kecukupan adalah proses pemilihan informan yang dianggap dapat mendeskripsikan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian.

Maka dalam penelitian ini informan penelitian berjumlah 13 orang yaitu, kepala puskesmas, dokter umum puskesmas, dokter gigi puskesmas, kepala sub bagian tata usaha, pengelola obat Puskesmas, pengelola JKN di Puskesmas, bidan puskesmas, perawat puskesmas, pasien rujukan peserta JKN di puskesmas, pasien peserta PBI dan pasien peserta Non- PBI.


(32)

42

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Informan Penelitian Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1 orang

2 Dokter Umum Puskesmas 2 orang

3. Dokter Gigi Puskesmas 1 orang

3 Pengelola Obat Puskesmas 1 orang

4 Pengelola JKN di Puskesmas 1 orang

5 Petugas Sub Bagian Tata Usaha 1 orang

6 Bidan Puskesmas 1 orang

7 Perawat Puskesmas 1 orang

8 Pasien Rujukan Peserta PBI 2 orang

9 Pasien Rujukan Peserta Non- PBI 2 orang

Total 13 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau pemecahan permasalahan. (Subagyo, 2004).

Dalam memperoleh informasi untuk penelitian ini peneliti menggunakan : 1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari informan penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi, data ini juga disebut data tangan pertama. Data primer tersebut dapat diperoleh menggunakan pedoman wawancara (in-depth interview) kepada informan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan. Pada pelaksanaannya daftar pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi.


(33)

43

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain) yang berkaitan dengan permasalahn penelitian. Data sekunder umumnya berupa bukti , catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter ) . Data ini berupa data yang diperoleh dari Puskesmas Mandala mengenai laporan jumlah kunjungan pasien JKN dan jumlah rujukannya mulai dari tahun 2013-2015.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa alat tulis, buku catatan, dan alat perekam.

3.6 Triangulasi

Dalam penelitian kualitatif validitas data merupakan hal yang penting, oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2009).

Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis di sini tekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik


(34)

44

pengumpulan data atau yang lain. Peneliti bisa memperoleh dari informan yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi dari informan yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari informan lainnya. Dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarnannya, dan teknik ini tetap dinyatakan sebagai teknik trianggulasi sumber (Sutopo, 2006).

3.7 Analisa Data

Analisa data kualitatif memiliki tiga jalur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data yang didapat dilapangan.

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil data.

Cara reduksi data : 1. Seleksi ketat data

2. Ringkasan atau uraian singkat

3. Menggolongkan dalam pola yang lebih luas

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi di susun, sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.


(35)

45

Bentuk Penyajian data Kualitatif :

1. Teks naratif : berbentuk catatan lapangan

2. Matriks, grafik, jaringan atau bagan. Bentuk- bentuk ini menghubungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padat dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, dan penarikan kesimpulan.

Jalur terakhir adalah pengambilan keputusan , dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Miles dan Huberman, 1992).


(36)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Puskesmas Mandala 4.1.1 Sejarah Puskesmas Mandala

Puskesmas Mandala yang terletak di desa Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan ini berdiri pada bulan Juni tahun 1982. Puskesmas ini merupakan puskesmas rawat jalan yang berada dibawah wewenang Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Mandala berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang b. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Perjuangan c. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Denai 4.1.2 Wilayah Kerja

Wilayah kecamatan Medan Tembung terdiri dari 7 kelurahan , yaitu kelurahan Indra Kasih, Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur, Bandar Selamat, Bantan dan Tembung. Namun pembagian wilayah kerja Puskesmas Mandala yang ditetapkan oleh dinas kesehatan berdasarkan keadaan geografis, demografis, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, sumber daya dan lain-lain dibagi atas 4 kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Bantan Timur 2. Kelurahan Bandar Selamat 3. Kelurahan Kelurahan Bantan 4. Kelurahan Tembung


(37)

47

Jumlah penduduk di 4 kelurahan tersebut sampai tahun 2015 berjumlah 72.965 orang, dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di kelurahan Bantan sebesar 30.451 orang dan yang paling sedikit di kelurahan Tembung sebesar 10.072 orang. Rincian jumlah perempuan sebanyak 36.637 orang (50,21 %) dan laki-laki sebanyak 36.328 (49,79%).

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015

Kelurahan Jumlah

Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

Jenis Kelamin

Pria Wanita

Bantan Timur 14.201 3.388 6.999 7.202

Bandar Selamat 18.241 4.033 8.900 9.341

Bantan 30.451 6.747 15.370 15.081

Tembung 10.072 2.236 5.059 5.013

Jumlah 72.965 16.404 36.328 36.637

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala sebanyak 39 orang dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Mandala Tahun 2016

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Dokter Umum 5

2. Dokter Gigi 2

3. SKM 4

4. Bidan 10

5. Perawat 11

6. Perawat Gigi 1

7. Apoteker 1

8. Asisten Apoteker 1

9. Analisis Laboratorium 2

10. Gizi 1

11. Kesling 1

Jumlah 39


(38)

48

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, terdiri dari kepala puskesmas, dokter umum, dokter gigi, pengelola obat, pengelola JKN, pegawai tata usaha, bidan, perawat, serta pasien rujukan peserta JKN di Puskesmas Mandala. Karakteristik Informan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik Informan Nama

Informan

Jabatan Pendidikan Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

I dr. Hafni

Tanjung

Kepala Puskesmas S1 52 Perempuan

II dr. Erwin

Hakim M.Kes .PA

Dokter Umum S2 54 Laki-laki

III dr. Khristina Sihotang

Dokter Umum S1 44 Perempuan

IV drg. Hastuti Dokter Gigi S1 33 Perempuan

V Sampe Tua

S.Farm

Pengelola Obat Puskesmas

S1 48 Perempuan

VI Nizma Fitri

S.Kep

Pengelola JKN di Puskesmas

S1 36 Perempuan

VII Ratnawati

Siregar SKM

Pegawai Tata Usaha S1 45 Perempuan

VIII Pretty Sitinjak S.Ter.Keb

Bidan Puskesmas D4 45 Perempuan

IX Amel Cora,

S.Kep, Ners

Perawat Puskesmas S1 35 Perempuan

X Richard

Pardede

Pasien Rujukan Peserta Non-PBI

SMA 62 Laki-laki

XI Kasnia Daili Pasien Rujukan Peserta

Non-PBI

S1 48 Perempuan

XII Siti Hasibuan Pasien Rujukan Peserta PBI

SMP 50 Perempuan

XIII Santi Pasien Rujukan Peserta PBI


(39)

49

4.3. Ketersediaan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional 4.3.1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mandala Terhadap Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

Hasil dari 13 orang informan yang diwawancarai, menunjukkan bahwa sumber daya manusia di Puskesmas Mandala menurut Permenkes 75 tahun 2014, dari segi kuantitas sudah mencukupi, namun karena jumlah petugas yang banyak menyebabkan beban kerja tidak seimbang dan pelayanan tidak efisien, seperti ada beberapa pegawai yang berlebih di suatu ruangan tertentu, bahkan ada pegawai bagian tertentu menjadi tidak ada kerjaan. Masih kurang nya pemahaman pegawai mengenai penyakit apa saja yang boleh dan tidak boleh dirujuk. Serta kurangnya pemahaman pasien yang memaksa meminta rujukan membuat angka rujukan tetap tinggi . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Matriks Ketersediaan Sumber Daya Manusia Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

No. Informan Pernyataan

Informan I Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas? Kalau tenaga kesehatan kita disini cukup, dokter umum kita ada 8 orang , jadi disini ada 5 dokter termasuk saya, kelimanya standby di puskesmas, kita juga punya 2 puskesmas pembantu, di pustu bantan itu ada 1 dokter, di pustu yang di tembung ada 2 dokter , bidan kita ada 20 orang, kita jumlah pegawai seluruhnya ada 63 orang termasuk yang di puskesmas pembantu. Tapi kalau hanya di Puskesmas Mandala ada sekitar 40-an lah. Dokter nya kurang? Sebenarnya kan gini, menurut standard itu, 1 dokter harus bisa menangani 5000 orang , jadi kalau kita bandingkan dengan jumlah kapitasi masyarakat yang sekitar 43.000-an tadi kan dokter nya seharusnya 9, kalau 8 kan masih 40.000 jadi yg 3000 lagi belum tertangani. Dari segi kemampuan puskesmas dalam


(40)

50

memberikan pelayanan kesehatan? kami sudah mampu lah, dokter kami sudah melakukan pelayanan sesuai dengan kemampuan dokter umum. Dan kalau semua pegawai disini saya rasa sudah tau tentang persyaratan rujukan, mana yang boleh dirujuk mana yang tidak boleh dirujuk. Kalau pelatihan tidak, cuman sama kepala puskesmas nya aja yang dikasitau, saya yang memberitahu ke pegawai-pegawai disini.

Informan II Menurut saya jumlah tenaga kesehatan nya sekarang sudah cukup, hanya tenaga dokter nya yang tidak cukup. Pasien di puskesmas ini sangat banyak. Standard pelayanan kan minimal 10 menit per pasien. Jumlah dokter umum disini ada 4 orang, 5 orang sama kepala puskesmas nya, dokter gigi nya ada 2. Jumlah kunjungan tidak sesuai dengan jumlah dokter nya, menurut saya jumlah dokternya itu belum cukup berdasarkan banyaknya jumlah kapitasi pasien. Kemampuan kami semaksimal mungkin ya, tetapi pencapaian kan belum tentu, kami tetap melayani sesuai motto, pasien puas kami bangga, kan itu seharusnya yang menjadi standard kita , tetapi tidak mungkin karna pasien segitu banyaknya. Disini kunjungan pasien kalau hari senin rata-rata 200-250 pasien, dibagi kepada 4 dokter kan 40-an pasien untuk satu dokter, kalau saya bilang 5 menit saja dikalikan 40 pasien kan sudah berapa, sampai sore kita tidak selesai melayani, bagaimana lagi kemampuan otak dokter dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tidak siap-siap, akhirnya kan bagaimana kepuasan pelanggan itu bisa tercapai. Saya sendiri tidak masalah dengan membuat diagnosa kepada pasien, sesuai dengan 155 penyakit itu masih bisa kita tangani, cuman banyak pasien yang memaksakan untuk merujuk. Pasien infeksi sedikit saja, pilek saja dia mau maksa rujuk, ngamuk-ngamuk, bagaimana kita? kalau kita mau lembut juga kita dimarahi, dibentak-bentak, permasalahan nya ya seperti itu, tetapi ada juga pasien yang mau menerima, ya kita bilang 155 penyakit ini tidak bisa dirujuk, ada yang bisa menerima, tetapi banyakan yang tidak bisa menerima .Dari segi pasien yang kebanyakan belum mengerti, dia menganggap rumah sakit itu untuk penyakit yang biasa pun bisa. Pegawai puskesmas Mandala kalau soal rujukan ya tau lah, tetapi kalau soal 155 penyakit itu belum tentu semua tau, sedangkan dokter aja belum tentu


(41)

51

tau apalagi pegawai itu. Ya kenapa, kan saya bilang tadi kalau kita komunikasi dengan pasien kan tidak bisa kalau cuman 2 menit, menentukan penyakit itu tidak bisa cuman 2 menit, seharusnya kan kita periksa, pemeriksaan nya kan tidak standard, cocok tidak kita memeriksa hanya ngomong aja tanpa memeriksa fisik diagnostiknya? akhirnya apa ya sudah karena sudah terlalu sering kami melayani seperti itu, oh yang ini infeksi saluran napas, tinggal kasih obat aja, cuman masalah nya representatif atau tidak, yah kan ada riwayat keluarga, kita kan harus periksa semua, itu tidak bisa kita lakukan semua disini karena banyaknya pasien. Paling minimal 5 menit, minimal kali, ini kan tidak bisa lagi 5 menit, di pintu sana sudah ada pasien yang ngintip-ngintip. Lihatlah hari ini saja pasien saya sudah mencapai 44 orang ini masih dewasa saja dan masih jam 11 pagi, kan tidak cocok, itulah yang sebenarnya, tapi BPJS selalu menyalahkan, kita mau nya itu kan harus duduk bersama, BPJS pun harus tau juga keadaan dilapangan bagaimana . Bisa saja dokter nya salah, bisa saja pasien nya salah, bisa saja petugas nya pun salah. Dari 44 pasien tadi itu kebanyakan yang rujukan ulang, sebenarnya tidak penting kita rujuk ulang, tapi ya gitu, rumah sakit pun mengejar target supaya banyak honor mereka, ada 20 orang yg dirujuk kurang lebih. Penyakit kronis? tidak, belum tentu kronis , yang bisa kita obati penyakit primer seharusnya bisa kita tangani disini, tetapi pasien nya ngotot, tiap hari berdebat kita yang stroke pula nanti, tetapi kadang-kadang pasien ada yg kita jelaskan mau ada juga yg tidak mau. Malah saya berdebat lagi disini semalam, si pasien bilang dia kerja di rumah sakit ini, minta dirujuk, apa yang mau dirujuk? padahal penyakit nya cuman pilek biasa, dia ngotot sambil memukul meja.

Informan III Jumlah tenaga kesehatan disini cukup , malah berlebih pun, kalau jumlah nya tidak tau saya, sekitar 40-an , tetapi mereka bekerja tidak sesuai dengan tupoksi nya, contoh nya ya banyak, misalnya analis, dia tidak bekerja jadi analis laboratorium di bidangnya jadi tidak profesional, misalnya bidan dipekerjakan ke kartu. Saya tidak tau kenapa bisa begitu, karna itu kan bukan wewenang kita. Dalam memberikan pelayanan sudah bagus. Saya tidak masalah


(42)

52

kalau soal waktu pemeriksaan yang singkat, karena penyakit yang disini kan yang umum-umum saja, kalau dibandingkan dengan dokter di rumah sakit yang segitu banyaknya pasien bisa kok dokter nya, kenapa kita tidak bisa? Dalam pemberian diagnosa? saya tau dan bisa, hitungan menit bisa, sesuai dengan anamnese, pemeriksaan fisik kita tegakkan diagnosa , tanpa pemeriksaan penunjang memang, karena pemeriksaan penunjang kita kan tidak memadai kan, nama nya juga puskesmas. Karena memang itu-itu aja penyakitnya. Pegawai mengetahui tentang sistem rujukan? Saya kurang tau kalau soal itu, karena masing-masing per kamar (ruangan), tapi kalau dikamar ini saya tau, rata-rata sudah tau, kalau ruangan lain saya kurang tau.

Informan IV Tenaga kesehatan disini sudah cukup, sekitar 40-an lebih. Sekarang sepertinya sudah mulai ke tupoksi nya masing-masing , itu sepengetahuan saya ya. Kemampuan pelayanan disini juga secara umum sudah memadai. Dalam mendiagnosa ya sepertinya sudah sesuai dengan prosedur, kalau tidak bisa ditangani atau kalau tidak ada alatnya baru dirujuk. Ada memang pasien yang masih bisa ditangani tapi minta dirujuk, tetapi itu karena ketidakpahaman mereka. Itu biasanya karena mereka sudah punya dokter gigi langganan masing-masing. Misalnya dia biasanya di tangani di RS A dan dia tidak tau ternyata bisa ditangani disini, dia minta ngotot ke tempat dokter gigi yang dia tau gitu . Biasanya itu sih pasien-pasien BPJS yang belum tau peraturan yang sekarang. Atau biasanya dia ke praktek dokter gigi yang di Pirngadi, jadi ternyata si dokter yang di RS suruh kesana lagi minta rujukan dari sini, padahal masih bisa kami tangani disini. Ya kami kasih penjelasan bahwa itu masih bisa ditangani disini, kalau tetap memaksa kami buat rujukan Atas Permintaan Sendiri, kan pihak BPJS berhak mengembalikan pasien kesini. Tentang sistem rujukan? sudah tau, pihak BPJS sering ngasih surat kesini. Mengenai alur atau segala macam. Biasanya kalau ada kekurangan dalam menjalankan, biasanya mereka ngasih atau ada pemberitahuan terbaru biasanya mereka ngasih surat. Oh mungkin pernah ada datang utusan dari BPJS tapi saya tidak pernah ikuti,tapi itukan awal-awal nya dulu.

Informan V Tenaga kesehatan disini? bagus, sudah mencukupi, sekitar 90 % lah. Maksudnya tidak bagus kali, ya bagus saja lah . Kau


(43)

53

lah yang bisa menilai kan, seperti ibu ini perawat tetapi kerja di bagian obat . Masih belum sesuai dengan tupoksi nya. Kan kau bisa menilai dek, masa aku yang menilai kawan ku, kau lah dek udah berapa hari disini? Nah, lihat lah bagaimana kan. Kalau dari sumberdaya nya udah banyaklah. Istilah nya kita itu tidak mesti kita harus sesuai dengan tupoksi kita, yang lain bisa kita kerjakan gitu. Kesiapan dokter dalam merujuk? Kalau bisa diobatinya disini ya diobati nya, kalau tidak bisa ya dirujuk. Persyaratan rujukan? Mengetahui lah, kalau tidak bisa dioabati ya baru dikasih nya rujukan. Kalau tentang 155 penyakit itu ya tidak tau lah. Ada itu catatan nya di meja dokter itu.

Informan VI Tenaga kesehatan disini sudah cukup, jika dibandingkan dengan pasien sudah cukup. Sudah banyak pegawai disini , sampai 40-an . Dokter juga ada 4 orang. Pelayanan disini sudah bagus, semua dokter sudah tau tentang 155 penyakit itu, catatan nya ada dimeja nya masing-masing. Saya tidak pernah ikut pelatihan, tidak tahu, tanya lah sama tata usaha nya , siapa tau ada tapi saya tidak diberitahu kan. Siapa tau cuman kakak itu aja yang pergi saya tidak ikut kan.

Informan VII Tenaga kesehatan kita disini cukup dan berlebih, sudah sesuai dengan Permenkes, terutama di bagian perawat, bidan dan tenaga penyuluh nya, SKM nya ada 4 loh disini, 5 sama saya. Jadi dia tidak punya kerja kalau terlalu banyak gitu. Menurut saya promotif dan preventif , masyarakat itu sudah tau kan bisa memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan, lagi pula kita ini di lintas batas dek, jadi kita ini di batas kota medan dan deli serdang, jadi kita ini bisa banyak pasien. Ini tanah punya Deli Serdang, tetapi puskesmas kota Medan. Dari segi pelayanan, secara umum sebenarnya sudah siap melayani, dari segi SDM nya sudah cukup, dari segi fasilitas ehh saya rasa sudah cukup, BPJS juga sudah banyak memberi kelengkapan nya, cuman mungkin tenaga spesialis kita memang tidak punya, mungkin itu yang harus dilengkapi oleh BPJS. Karena itulah angka rujukan tinggi. Kalau saja ada tenaga spesialis, minimal 2 kali aja seminggu saya rasa rujukan bisa berkurang. Semua dokter saya rasa sudah mampu, mereka masing-masing sudah punya selebaran yang


(44)

54

155 penyakit itu, dan saya rasa sudah mampu mendiagnosa sesuai dengan kompetensi nya. Kalau persyaratan rujukan saya rasa semua pegawai tau, baik dari segi perawat dan bidan sudah tau. Soal dana kapitasi disini 6000/orang.

Informan VIII Tenaga kesehatan disini sudah cukup, sekitar 43 orang sekarang sama honor dan saya rasa mereka sudah sesuai tupoksi nya. Pelayanan disini sudah yang terbaik, sesuai dengan SOP, sesuai standard lah. Bisa nya para dokter itu mendiagnosa. Ada juga yang termasuk 155 penyakit itu, tapi minta di rujuk, pasien bilang ah di rumah sakit sajalah , terpaksa dikasih surat rujukan nya tapi ditulis lah APS. Ada-ada juga nya pasien seperti itu, biar pun bisa ditangani disini, tapi tetap juga minta rujukan. Persyaratan rujukan ? Sudah tau, kan yang patologi atau yang ada kelainan yang di rujuk, ditangani yang bisa ditangani, dibawalah kartu nya, yang bisa dirujuk kan yang ada kartu BPJS, ASKES, KIS , kalau umum kan bisa pergi sendiri. Daftar penyakit itu? tidak ingat lah, tapi kan dibaca bisa, mana ingat pula itu semua, kan ada 155 penyakit itu. Soal pelatihan, saya rasa pernah ada itu, tapi saya tidak pernah mengikuti. Kalau ada apa-apa kan dipangil orang itu ke BPJS, kan termasuk pelatihan itu.

Informan IX Sumber daya manusia disini sudah cukup, sudah sesuai dengan tugas nya, perawat dan dokter juga cukup. Memang banyak pasien kita disini, bisa mencapai 250 orang , ini saja masih pagi pasien sudah 50 orang. Ya kalau pasien nya bisa diatasi disini ya diatasi lah disini, kalau tidak bisa ya dirujuk. Kalau memang lengkap nya sarana prasarana disini bisalah di atasi, ya kalau tidak mampu harus dirujuk. Kesiapan dokter nya dalam mendiagnosa kan ada anamnese, pemeriksaan fisik, kalau itu ya bisalah dokter mendiagnosa. Saya rasa pegawai nya sudah tau soal rujukan.

Informan X Saya memilih Puskesmas Mandala karena kami memang terdaftar disini dan lokasi rumah di daerah sini. Saya kesini untuk mengambil surat rujukan buat istri saya, dia di rumah, dan sedang sakit hipertensi serta pengapuran tulang. Tapi saya pribadi sudah beberapa kali juga minta rujukan untuk diri sendiri karena masalah pada tulang belakang dan imbas


(45)

55

nya sudah kemana-mana. Saya tidak tahu berapa jumlah pegawai nya, tapi saya rasa sudah kelebihan pegawai, apalagi di bagian pendaftaran, 1 ruangan yang kecil itu ada 4 orang, terlalu padat, jadi saya rasa kurang efektif. Mereka jadi markombur (bergosip). Saya kan berhubungan dengan pegawai yang bagian rujukan, masalah semua pegawai mengerti atau tidak tentang program JKN, ya cemana lah ya kan , saya tidak tau lah tetapi pelayanan di puskesmas secara umum baik lah. Soal rujukan awalnya saya permintaan sendiri. Saya bilang sama dokternya mau ambil rujukan, cuman sekedar ditanya saya sakitnya apa, kalau diperiksa secara keseluruhan saya di Rumah Sakit Pirngadi nya. Karena kita tau kan tanpa rujukan kita tidak bisa ditangani di rumah sakit tujuan, ya itulah tadi sekedar ditanyai sakit apa, karena tidak mungkin disini diperiksa pengapuran tulang, tidak ada itu alatnya di puskesmas, jadi hanya ditanyain. Kalau diperiksa kan minimal ada digini-gini kan (disentuh), ini cuman ditanyai, jadi jangan kau bilang diperiksa, ditanya sesuai tidak dengan permintaan kita. Awalnya saya tidak tahu sakit pengapuran tulang, setelah di rumah sakit saya baru tahu. Karena saya sudah merasa kesakitan, ya saya minta lah rujukan ke Pirngadi, dokter tanya apa sakit nya, saya ceritakan yang saya rasakan bagaimana, jadi itulah dasarnya saya diberikan rujukan. Ini sudah rujukan yang ke 4 kalau tidak salah, paling sedikit yang ke-3. Masalah fasilitas disini yang kurang saya tidak tau, yang jelas sudah pastilah jauh lebih lengkap lah di rumah sakit daripada di puskesmas. Saya cek laboratorium di RS Pirngadi, periksa darah dan USG juga. Mana bisa disini, jelas tidak ada itu.

Informan XI Saya memilih Puskesmas Mandala karena terdaftar disini. Saya tidak tau lah jumlah pegawainya berapa, karena saya baru nya berkunjung kesini, tapi saya rasa sudah banyak. Kami sengaja pindah dari Nias ke Medan demi berobat, kami urus surat pindahan sementara di kelurahan, makanya kami jadi terdaftar di Puskesmas ini. Di kelurahan pun urusannya cepat. Kalau pegawai disini saya rasa sudah tau lah soal program JKN, kan memang bidang mereka. Ya baguslah, dari segi petugas nya orang baik semua, ini saja prosesnya mengambil rujukan cuman 15 menit. Rujukan di puskesmas


(46)

56

ini saya minta sendiri, saya sudah diperiksa oleh dokter di RS Murni Teguh, dan dokter nya suruh saya minta rujukan kesini. Biar cepat katanya, karena kalau di Nias kami nunggu nya lama. Jadi disini saya tidak diperiksa lagi, karena bawa surat dari RS. Kalau cek laboratorium tidak pernah disini, saya kesini hanya untuk meminta rujukan saja.

Informan XII Saya berobat disini ya karena memang dari sini rujukan nya, semua yang dari daerah ibu memang terdaftar nya disini. Saya tidak tau berapa jumlah tenaga kesehatan disini, tetapi saya sudah beberapa kali kesini, ya sepenglihatan saya banyak lah pegawainya. Pelayanan disini sudah bagus lah, selama saya disini ya, diluar itu tidak tau lah ibu. Ibu kan hanya bisa memberitahukan bagaimana perlakuan mereka sama ibu, ya mereka baik . Program JKN? ya Itu sudahlah, mereka bukan seperti ibu, mereka kan memang sudah mengertilah. Permintaan rujukan? Dari petugas nya dulu lah, dari petugas nya langsung ke dokter, baru nanti di tanda tangani sama dokternya. Kalau ibu tidak memaksa begitu, karena diluar kemampuan mereka yang disini nya, yah ibu diperiksa juga. Penyakit saya kemaren bulding, dokter bilang tidak ada nya apa-apa kok bisa bulding? Ini perut bagus nya, karena begitu di kasih rujukan nya. Saya periksa lab di Thamrin, habis dari periksa lab di sana, kembali ke Rumah Sakit dr. Imelda.

Informan XIII Memang disini terdaftar nya, dan rumah saya juga di daerah sini. Tidak tau, kalau menurut saya cukup. Entah yang mana pun pegawai saya tidak tau, baru kali ini saya kesini. Saya rasa mereka sudah tau lah soal program JKN. Pelayanan nya sudah bagus lah, pegawai nya ramah-ramah. Rujukan saya atas permintaan sendiri, anak saya kan terkena katarak, dan disini tidak bisa di operasi. Tidak ada ruang operasi kan. Kalau di puskesmas sejarahnya mana pernah ada ruangan operasi mata. Kan saya dulu bawa anak saya berobat ke praktek dokter dekat rumah, dia menyarankan saya untuk daftar BPJS saja, kalau ibu bayar lunas biaya operasinya bisa sampai 6 juta, ibu urus BPJS, ambil rujukan ke puskesmas, baru berobat ke rumah sakit. Jadi ibu membuat KIS ini memang buat operasi anak ibu, karena ibu kan tidak mampu. Dokter di puskesmas juga memberikan anak saya rujukan


(47)

57

untuk ke rumah sakit. Belum pernah periksa lab, karena baru ini pertama kali dek.

4.3.2. Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa ketersediaan fasilitas sarana kesehatan di Puskesmas Mandala masih belum memenuhi standard dan belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014. Masih banyak peralatan yang harus dilengkapi . Para petugas kesehatan tidak mengetahui apa itu kompedium alat kesehatan. Ada peralatan seperti bed rest yang tidak bisa digunakan karena ruangan yang tidak muat. Puskesmas memiliki puskesmas keliling namun sudah rusak selama setahun dan tidak dapat digunakan , puskesmas juga memiliki laboratorium , namun masih kurang lengkap, sehingga pasien harus dirujuk. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Matriks ketersediaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

No. Informan Pernyataan

Informan I Ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas Mandala ini bisa dibilang sudah cukup, sesuai penyakit yang bisa ditangani. Hah? Kompedium? Apa itu kompedium? Oh ini.. kita kan bukan dari sini, sekarang kita sedang buat permohonan supaya dilengkapi. Semua dokter punya ruangan nya masing-masing. Gedung puskesmas nya masih bagus tapi ruangan nya yang tidak mencukupi. Ruangan kan seharusnya ada bed rest. Contohnya kita dapat bed , tapi karena ruangan nya kecil dan tidak bisa dimasukkan, jadi tidak bisa digunakan. Tidak bisa direnovasi, karena sebenarnya puskesmas ini di bangun diatas tanah kabupaten Deli Serdang, tapi puskesmas dibawah naungan Kota Medan, jadi kalau mau dibangun tanah nya tanah Deli Serdang, jadi serba salah . Puskesmas rawat inap lah


(48)

58

sekarang yang sudah bagus peralatan nya. Yang dilakukan jika alat fasilitas kesehatan tidak tersedia? penyakit yang tidak ada alat nya itu biasa nya memang penyakit nya sudah parah, jd memang harus di rujuk ke RS. Misalnya kalau ada tumor kan tidak bisa kita tangani kan, kita lihat dulu lah penyakitnya apa. Disini ada puskesmas keliling , dulu berfungsi, tapi sekarang sedang rusak, jadi untuk pelayanan tidak digunakan, sudah 1 tahun rusak. Karna ini bukan rawat inap, jd kalau darurat tidak mungkin dibawa ke puskesmas , kalau di jaman JKN ini kalau darurat dia bisa dibawa langsung ke Rumah Sakit tanpa rujukan dari puskesmas, kalau kecelakaan kecil-kecilan kita tangani kalau parah langsung dibawa, pakai kendaraan pribadi. Informan II Masih cukup-cukup saja, ketersediaan sarana dan prasarana

dalam menangani 155 penyakit itu cukup-cukup saja, laboratorium pendukung ada, alat-alat ada. Sudah sesuai dengan standard pelayanan primer. Ya memang ada, alat-alat untuk pendukung cukup kita, untuk pendukung diagnosa yg lain-lain untuk sub-spesialis memang tidak ada. Kadang-kadang di puskesmas lain sudah ada USG, kalau disini belum ada . Sekarang dalam pelayanan primer USG dan EKG kan wajib ada, tapi kita tidak ada . Standard pelayanan EKG itu kan bisa dilakukan oleh dokter umum. Masalah nya waktu lagi nanti yang kurang karena banyaknya pasien . Kalau soal ambulans saya tidak tau.

Informan III Fasilitas kesehatan dalam penegakkan diagnosa saya rasa masih kurang , ya contohnya ya alat pemeriksaan penunjang nya, misalnya kalau ada keluhan di hidung , di THT lah terutama, tidak ada alatnya kan, misalnya senter khusus untuk THT itu tidak ada, jadi kurang dalam pelayanan, jadi kita mendiagnosa berdasarkan pengalaman saja. Kalau masih bisa kita tangani ya untuk apa kita rujuk. Kalau sarana dan prasarana, juga masih kurang, ya belum sesuai dengan standard, ruangan aja kurang, seperti saya, setiap hari senin saya harus memeriksa disini jg ada imunisasi, bagaimana coba?, pasien nya sangat banyak kan, bayangin di ruangan sempit ini, kalau misalnya senin, pasien saya bisa sampai 100, disini juga ada imunisasi, pasien anak nya ada juga 30- 40 orang, bayangin ngumpul disini semua, kalau imunisasi kan bukan sendirian aja, ada mamak nya, ada bapaknya, ada opung nya, bayangin saja lah. Sampai siang ini sudah ada 5 pasien


(49)

59

rujukan baru BPJS dan itu memang tidak bisa ditangani di puskesmas, seperti head injury, depresi, kan tidak bisa disini tidak bisa. Jika tidak ada alat? ya saya memakai apa yg ada, diberdayakan apa yang ada, seperti ini senter untuk THT saya gunankan senter yang biasa. Apa itu kompedium? Karena saya pun tidak pernah ikut acara dari BPJS. Oh daftar ini, sering ditanyakan sama saya, tapi tidak pernah ada alat nya. Tidak ada, tidak sesuai. Sering ditanyakan sama saya, apa yg tidak ada dok? apa yang kurang dok? tapi tidak perrnah saya lihat. Mungkin ada pengadaan, tapi tidak disosialisasikan sama dokternya. Bagian inventaris yg tau , saya juga tidak tau karna tidak ada koordinasi. Ini aja stetoskop nya dari saya sendiri, memang ada disediakan puskesmas , tapi kan kita harus cepat, sementara kan kalau yg dari puskesmas kurang sensitif, kalau pake yg kurang sensitif kan kita bisa sampe 5-10 menit disini. Kalau punya saya kan, kita sentuhkan aja langsung terdengar, karena sensitif, harganya pun ya lebih mahal. Jadi saya seperti itu, sebenarnya ada dikasih tapi saya tidak pernah pake karna tidak bagus. Lama kerja kita jadinya. Karena kalau pake punya kita langsung terdengar, misalnya apa yg salah dengan paru-parunya. Ada mobil puskesmas keliling, tapi tidak digunakan lagi, hanya inventaris saja.

Informan IV Kelengkapan fasilitas sarana kesehatan di puskesmas? Mungkin memang ada yang harus dilengkapi, cuman ini mungkin dari BPJS nya bertahap . Kalu secara umum saya kurang tau lah, tapi kalau gigi saya rasa sudah cukup. Kalau di poli gigi sudah mencukupi ya, kalau untuk pengobatan dasar saja . Kalau misalnya di poli gigi, hal yang paling utama itu ya harus ada air, air disini pun macet-macet, ya ada tapi harus nampung , jadi agak terganggu sedikit lah. Jika alat tidak ada? Oh biasanya kami mengajukan, mengajukan pengaduan barang, apa nih yang kurang di poli gigi, kami tinggal tulis kepada bagian pengadaan barang di puskesmas, nanti biasanya mereka yang mengajukan. Biasanya barangnya datang tapi ya tunggu proses lah. Tidak, saya tidak tau kompedium. Hmm ini kalau Gutta Percha belum ada. Kalau PSA ini biasanya ada di rumah sakit bukan di puskesmas karna butuh rontgen gigi, di Medan ini cuman ada di Pirngadi, kalau di Jawa tidak tau lah ya. Puskesmas keliling? Tidak ada, setau saya tidak ada. Tidak


(50)

60

tau kenapa kita tidak ada ya.

Informan V Kalau alat kesehatan yang ada disini hanya ada tensimeter, stetoskop, masker oksigen. Kalau sarana dan prasarana? belum sesuai, disini panas, karena kalau lagi banyak pasien disini sempit, pengap, pasien kami rata-rata perharinya sampai 100 orang. Kadang mau lagi 300 kalau hari senin. Kalau udah penuh disitu , campurlah semua yang dewasa, anak-anak maunya kan dibedakan lah mana yang anak-anak mana yang dewasa. Bagian obat-obatan sempit, kurang memadai, ini baru ada AC nya dibuat, kalau sempat tidak ada AC ini apa tidak pingsan kita disini? Baru berapa bulan kami pake ini, ini pun yang sisa-sisa, ini lah yang kai tahankan selama ini, tidak layak lah kalau dari segi ruangan obat-obatan nya. Kalau puskesmas keliling disini ada. Apa berfungsi? Hmm jangan saya tanya dek, tanya langsung sama penanggung jawab nya. Takut salah-salah jawab. Ke TU lah tanya yang berwenang. Kalau kami kan hanya sekedar di obat.

Informan VI Alat kesehatan untuk mendukung diagnosa dokter? Saya rasa belum cukup, karena kurang alatnya. Misalnya lampu senter untuk THT itu tidak tersedia. Dan belum sesuai dengan standard pelayanan primer. Jika tidak ada alat ? kita akan memberikan rujukan langsung . Sarana rujukan? Seperti puskesmas keliling? Saya tidak tahu.

Informan VII Dari peralatan nya, sebagian memang sudah mencukupi, tapi ada memang beberapa alat yang kita tidak punya. Kita punya tapi tidak cukup atau kurang, misalnya bed genekolog itu tempat tidur untuk memeriksa ibu hamil, ada tapi rusak, tapi kita lagi usulkan , tapi kita memang dalam tahap pengusulan, kan BPJS tidak mungkin semua langsung datang, ada tahapan nya. Menurut saya, sudah sesuai standard pelayanan primer lah. Jika alat tidak tersedia? Contohnya untuk pemeriksaan THT , kan kita tidak punya alat pemeriksaan yang lengkap, misalnya ada pasien datang dengan masuk benda yang tidak bisa kita ambil terpaksa kita rujuk, tapi kalau masih bisa kita tangani dengan alat yang memadai, misalnya pinset, masih nampak kita ambil disini. Digunakan dul alat pengganti yang


(51)

61

ada. Angka rujukan disini tinggi memang karena dulu, kita kan belum ada 155 penyakit itu, kan baru berlaku tahun semalam dan tahun sekrang ini, tapi sekarang tidak sebanyak dulu, kalau dulu jauh lebih banyak lagi yang kita rujuk, gimana ya yang ke-1 dia merasa di puskesmas itu tidak ada tenaga dokter spesialis, yang ke-2 dia sudah terbiasa disana, obat nya sudah rutin disana di RS, jadi mereka ya tidak mau lah, kurang nyaman berobat lagi disini kan. Tapi semakin hari semakin ditekan karena ada peraturan 155 penyakit itu. Ya memang penyakit disini rata-rata sudah kronis, seperti hipertensi dengan komplikasi, gula dengan komplikasi. Ada juga pasien yang masih termasuk 155 penyakit itu, tapi dia ngotot minta rujukan, kita kasih juga tapi kita tulis APS. Kompedium? Apa itu kompedium alat kesehatan? Kalau misalnya pasien mau EKG kita tidak punya disini ya kita rujuk. Kita punya puskesmas keliling , ada tapi tidak berfungsi.

Informan VIII Sesuai standard puskesmas sudah cukup nya dek, kalau penyakit pasien nya ada patologi kan ke rumah sakit. kalau disini kan tensi, termometer itu aja nya yang perlu disini dengan cek darah. Kompedium? Belum tau, baru pertama kali lihat tadi saya. Itu kan masih baru, tahun 2014 kan. Jika dibandingkan dengan kompedium itu, yang ada disini hanya tensi dek, kalau sampai kayak gini katanya yaudah kurang kali lah dek. Tapi seperti EKG ini , kalau dirawat inap baru ada dek, disini kan rawat jalan tidak ada yang bisa mengoperasikan nya. Kalau alatnya tidak ada? ya dirujuk lah. Meskipun masih bisa ditangani, tapi kalau tidak ada peralatan nya ya dirujuklah. Karena ini dek, perbatasan ini, ini puskesmas kota Medan, tapi tanah nya deli serdang , jadi susah. Kalau dari segi gedung sempit, padahal pasien banyak. Lihat lah puskesmas lain kan cantik-cantik, puskesmas di medan.

Ada kayaknya puskesmas keliling nya tapi sudah rusak.

Informan IX Peralatan di puskesmas masih kurang lengkap, cuman kadang-kadang kalau belum pastinya diagnosa nya, kan misalnya ada pasien DBD kan itu harus ada pemeriksaan nya, makro test atau untuk typus tes widal, tapi tidak ada alat, kalau belum pastinya diagnosa nya, dokter sering bilang observasi, kalo udah pastinya dia di bilang DBD, karna belum pasti masih


(52)

62

dibilang suspect. Belum sesuai standard, tetapi semenjak saya pindah kesini, temperatur pun tidak ada . Sudah setahun saya disini, tapi tidak tau lah ya, karena saya bukan yang bagian pelayanan, saya kan di bagian rujuk merujuk. Kalau alat tidak tersedia? contoh tidak ada temperatur ya kan, kita anamnese dia, kita pegang dia, kan memang kita pegang pun dia tau kita dia demam, tapi kan penting juga alat-alat itu ya kan. Karena alatnya tidak ada jadi dirujuk? Ya adalah , banyaklah tes widal kan tidak ada disini kalau dia typus, ya dirujuk lah karna tidak bisa diatasi. Kalau bedah membedah kurang disini.

Informan X Kalau saya rasa peralatan disini belum lengkap, jadi gini, saya pernah liat program pemerintah yang buat puskesmas ada rawat inap nya, kalau itu sudah pasti lebih lengkap fasilitas nya, mudah-mudahan mengarah kesana nanti semua. Ya kalau tidak ada alat nya, ya di-adakan lah alat-alatnya, kalau tidak ada ya dirujuk. Ya kalau di puskesmas yang bisa rawat inap, pasti jauh lebih lengkap lah peralatan nya. Ambulans? Tidak tau, yang pasti harus kendaraan pribadi lah.

Informan XI Kurang fasilitas disini, ya mau nya kan lebih lengkap lagi, ya alat-alatnya lah. Kalau tidak ada peralatan nya? Ya dirujuk ke Rumah Sakit lain lah . Tidak tau, sepenglihatan saya belum ada mobil puskesmas keliling , kalau ada pasien ya pake kendaraan pribadi.

Informan XII Kalau tidak ada peralatan kesehatan nya? ya dianjurkan mereka lah dirujuk, seperti ibu, ibu minta ke Rumah Sakit Imelda, mari kita periksa dulu kata dokter yang disini kan, tidak ada nampak apa-apa, bagusnya perut ibu katanya, iyalah kesana lah ke rumah sakit. Aku pun kalau sekedar demam atau batuk, disini nya aku, ngapain lah jauh-jauh.

Informan XIII Peralatan nya di puskesmas masih kurang, di puskesmas kan memang tidak ada ruangan operasi khusus mata, makanya saya diberikan rujukan. Saya tidak tau, entah ada ambulans nya atau enggak.

Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti dan dibandingkan dengan KepMenKes No. 18/MENKES/SK/IV/2014 tentang Kompedium Alat Kesehatan ,


(53)

63

bahwa di Puskesmas Mandala menunjukkan dari 115 item standar sarana dan prasarana yang dianjurkan bagi pelayanan tingkat pertama hanya 30 items yang dapat dipenuhi oleh Puskesmas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 118 / Menkes / Sk /Iv/2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Tingkat pertama

Kompendium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas Mandala

A. Alat Kesehatan Elektromedik 1. Anaesthesia Vaporizer 2. Apnea Monitor

3. Argon Surgical Laser 4. Aspirator

5. Audiometer

6. Autotransfusion Unit

7. Automatic Sphygmomanometer (Non Invasive)

8. Blood Pressure Monitor, Invasive 9. Blood/Solution Warmer

10. Capnometer (CO2 Monitor) 11. Cardiac Resuscitator

12. Co2 Surgical Laser 13. Cryosurgical Unit 14. Defibrilator 15. Dental Unit

16. Diathermy/Shortwave 17. Electrosurgical Unit (ESU) 18. Elektrokardiograf (EKG) 19. Heart Lung Bypass Unit 20. Hemodialysis Unit 21. Hospital Bed

22. Hypo/Hyperthermia Units 23. Infusion Pump

24. Baby Incubator

25. Intra Aortic Balloon Pump 26. Laparoscopy

27. Mammography Unit 28. Anaesthesia Machine 29. Mobile C-Arms X-Ray 30. Mobile X-Ray Unit 31. Oxygen Analyzer

32. Pacemaker External, Non Invasive


(54)

64

33. Phototherapy Unit 34. Portable Ventilator 35. Pressure Transducers 36. Pulse Oxymeter 37. Radiant Warmer

38. Radiographic/Fluoroscopic Unit 39. Smoke Evacuator

40. Traction Unit

41. Transcutaneous Co2 Monitor

42. Transcutaneous Oxygen (O2) Monitor 43. Ultrasound Scanner (USG Diagnostik) 44. X-Ray Unit General Purpose

45. Electroencephalograph (Eeg)

46. Lampu Periksa Halogen 47. Sterilisator Kering

48. Ekstraktor Vakum Manual

49. Pocket Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler)

√ √ √ B. Alat Kesehatan Non Elektromedik

1. Blood Bag

2. Blood Transfusion Set 3. Cat Gut (Benang Bedah) 4. Dental Cement

5. Disposable Syringe

6. Auto Disable Disposable Syringe 7. Hypodermic Syringe With Reuse Prevention Feature

8. Foley Catheter

9. Glass Ionomer Cement 10. Gutta Percha

11. Impression Material 12. Infusion Set

13. Instrumen Bedah 14. Iv Catheter 15. Kapas Berlemak

16. Kapas Pembalut/Absorben 17. Kasa Hidrofil

18. Kasa Hidrofil Terdeteksi Sinar-X 19. Kasa Pembalut

20. Kasa Pembalut Elastis 21. Kondom

22. Manual Hospital Bed 23. Masker Bedah 24. Masker Oksigen

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √


(55)

65

25. Pembalut Gips 26. Plester

27. Pulmonary Resuscitator 28. Sarung Tangan Bedah

29. Silk Suture (Benang Bedah Sutera) 30. Stethoscope Manual

31. Tensimeter Manual Dengan Air Raksa 32. Tensimeter Manual Dengan Jarum 33. Urine Bag

34. Wing Needle 35. Termometer Raksa 36. Timbangan Bayi

37. Timbangan Injak Dewasa 38. Stand Infus

39. Tabung Oksigen + Regulator 40. Tempat Tidur Periksa

41. Tempat Tidur Persalinan

√ √ √ √ √ √ √ √ C. PRODUK DIAGNOSTIK IN VITRO

1. Utomated Blood Grouping Analyzer

2. Bilirubin Test System

3. Blood Gas/Ph/Chemistry Point Of Care Analyzer

4. Cholesterol Test Strip 5. Clinical Chemistry Analyzer 6. C-Reactive Protein Reagent (CRP) 7. Creatine Kinase Reagent

8. Creatine Reagent 9. Diff Diluent

10. Glucose Analyzer 11. Glucose Test Strip 12. Hematology Control

13. Hematology Point Of Care Analyzer

14. Hiv Combi

15. Immunoassay Analyzer 16. Tes Hepatitis B (Hbsab Rapid Test)

17. Tes Kehamilan Cepat (Pregnancy Rapid Test) 18. Tes Masa Subur (Luteinizing Hormone Test System) 19. Toxo Igg Ii Assay

20. Uji Mycobacterium Tuberculosis √ √


(56)

66

– Igg/Igm

21. Uric Acid Reagent 22. Uric Acid Test Strip 23. Urinalysis Reagent Strips 24. Whole Blood Coagulation Analyzer

25. Reagensia In Vitro Untuk Pewarna Biologi

√ √ √

4.3.3 Ketersediaan obat Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

Hasil penelitian menunjukan dari 13 informan yang diwawancarai, ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Mandala terkadang masih terjadi kekurangan, seperti antibiotik yang sering tidak ada ataupun habis sehingga pasien diberikan antibiotik pengganti. Pasien BPJS tidak di perbolehkan membeli obat dari luar, jika obat pengganti juga tidak tersedia, maka dokter akan menjelaskan pada pasien, dan jika pasien mau membeli obat diluar maka dokter akan memberikan resep . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Matriks Ketersediaan Obat dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional No. Informan Pernyataan

Informan I Kebutuhan obat di puskesmas sampai saat ini ya masih tercukupi, adalah kekurangan sedikit-sedikit tapi masih bisa lah dialihkan ke obat yang lain, misalnya kan antibiotik, misalnya amoxcilin nya tidak ada, kan antibiotik untuk ISPA itu masih bisa di ganti antibiotik lain, diganti ke obat lain tapi yah memang untuk itu juga, bukan berarti kita menyalahi gitu . Pasien tidak boleh beli obat, paling kalo misalnya tiba-tiba obat nya lagi habis kali kan, dan dia butuh ini, saya akan tanya mau tidak beli ini untuk nunggu besok, kalau mau ya beli kalau tidak disuruh besok kesini lagi.

Informan II Terkadang lengkap, terkadang kurang, , tidak cukup semua, karena banyaknya pasien dan angka kunjungan, jadi kalo sesuai formularium itu belum tentu . Karena banyak nya


(57)

67

kunjungan itu kadang-kadang habis obat ini. Seperti bulan lalu banyak obat yang kosong, terutama di antibiotik yang kita harapkan malah tidak ada. Jika obat tidak tersedia, kita tidak boleh memberikan resep pada pasien . Kalo pasien BPJS tidak boleh di kasih resep . Masalah nya itu kalau obat kita tidak ada mau kayakmana kita bilang . Kadang-kadang kalau infeksi nya berat, ya harus kita rujuk, istilahnya tidak sembuh dia datang sekali , sebenarnya infeksi pasien masih terdaftar di 155 penyakit, tapi datang yang kedua kali pasti kita rujuk, kenapa?, obat nya tidak mempan, nah itu alasan nya. Jadi kalau pasien yg 155 itu diusahakan dulu disini. Kalau nanti misalnya jadi kronis, tidak sembuh juga, karena fasilitas obat yang kita harapkan seharusnya ada di puskesmas tapi tidak ada, kalau sudah begitu pasien akan dirujuk. Jika obat yang ingin diberikan tidak ada, maka obat yang ada disini kita berikan, pasien pasti kita kasih obat, misalnya ada infeksi yang komplikasi, kita harapkan ada obat antibiotik X ternyata yang ada antibiotik A saja, maka yang A itu lah kita berikan dulu, diberikan obat pengganti, masalah sensitif atau tidak sensitifnya ya begitulah, akhirnya kan si pasien lama sembuh, karena tidak sensitif obatnya, ternyata jadi resisten, ujung-ujungnya di rujuk lah .

Informan III Belum, banyak obat yang tidak ada. Sebenarnya banyak yg kurang, seperti pemakaian antibiotik lah, terus obat-obatan untuk epilepsi, kayaknya tidak pernah keluar ini obatnya fenobardital, sebenarnya harus ada kayak PTU yg untuk thyroid, itu obat yang seharusnya ada di puskesmas, tapi disini tidak ada. Karena saya pernah di Nias saja 5 tahun, ada PTU justru di medan ini tidak ada. Apalagi penggunaan obat-obat kayak penghilang rasa sakit itu tidak ada. Saya tidak tau dari segi jumlah atau apa memang tidak ada masuk disini, kita dokternya tidak pernah urusin. Pokonya kita resepkan, itu urusan apotik, kalau tidaka ada mereka yg berhubungan dengan pasien nya. Ya kita sosialisakan sama pasiennya. Kalau mau beli ya beli. Kalau enggak, ya tidak saya respon Saya minta ijin dlu sama pasien, apa mau membeli, kalau tidak mau ya sudah, yang ada di puskesmas yang diberikan. Dikasih obat pengganti, tapi yah agak jauh lah, alasanya supaya pasien nya bisa senang saja. Ya saya sudah minta agar obat nya direncanakan, tapi tidak pernah dikasih, ya tidak tau lah saya, saya tidak urusin itu, karna kita masing-masing ngurusin bidang masing-masing.

Informan IV Kalau obat-obatan paling hanya tinggal beberapa persen aja yang belum. Hampir lengkap lah itu kalau dari gigi ya. Kalau obatnya tidak ada, biasanya sih swadaya, beli obat sendiri.


(58)

68

Pernah, tapi jarang, biasanya itu obat tambahan, misalnya kasus nya agak berat jadi di resepkan biar beli di luar. Atau kalau masih ada penggantinya, dikasih yang itu.

Informan V Obat-obatan disini belum terlalu lengkap sesuai dengan formularium nasional. Kebutuhan obat disini banyak, kalau prosesnya kita rencanakan berdasarkan kebutuhan , yang kita ketahui dari kunjungan pasien, ya kita laporkan ke dinas baru turun lah dari dinas. Dinas memberikan ke gudang farmasi yang ada di Belawan, baru gudang farmasi yang kasih ke puskesmas. Kalau obatnya tidak ada? Kami tanya sama dokter obat apa yang bisa diganti. Kami tidak langsung membuat perencanaan baru, hanya mungkin obat yang di gudang sana lagi kosong . Kalau obat disini tiap bulan sama yang dikirim, karena obat-obatan disini kan obat-obatan dasar dek. Itu-itu saja ,kalau mau dibuat perencanaan baru, apa lagi yang mau direncanakan? Karena kita buatnya sesuai kebutuhan pasien nya. Kayak itulah suntikan sekarang udah di kurangi, kalau bisa dihindari biar tidak banyak berputusan saraf. Pokoknya dibilang kita harus menghindari pemberian suntikan pada pasien.

Informan VI Masih kurang, pernah karena obat-obatan tidak ada makanya dirujuk. Pernah disuruh beli, kalo obat-obatan nya tidak ada ya mau gimana lagi, ya di suruh beli lah . Kalau tidak ada obat penggantinya ya suruh beli lah, kadang pasien nya mau mengeluh, tapi ya memang dari pemerintah tidak ada disediakan

Informan VII Ketersediaan nya? Belum semua, ada daftar nya, tetapi mungkin datangnya tidak sesuai dengan jadwal, jadi kita disini terkadang terjadi kekosongan obat, tapi itu untuk obat-obat tertentu saja, tidak semua obat. Kalau obat tidak ada kita berikan obat pengganti, kalau tidak ada yang ini, kita kasih yang lain, alternatifnya ada. Tidak boleh pasien beli obat, apalagi pasien BPJS, kalau umum iya, kalau memang dia pasien BPJS, ASKES yg ditanggung pemerintah kita tidak pernah suruh beli obat. Misalnya pasien butuh amoxcilin tapi tidak ada ya kita ganti dengan yang lain, kan masih ada yang lain seperti kotri ada tetra, kan ada yang lain.

Informan VIII Obat-obatan disini terkadang kurang, terkadang ada. Saya tidak tau lah bagaimana pengadaan nya, pokoknya terkadang ada terkadang tidak ada. Pokoknya tiap bulan puskesmas mengajukan obat-obatan. Kalau obat tidak ada dokter biasanya kasih resep. Pasien BPJS? Gimana ya susah bilangnya, awak bilang tidak ada obatnya bu, ya pasien nya jawab gimana nya


(59)

69

ini ... Kadang-kadang dikasih obat yang lain, kalau mau beli sendiri, kalau tidak mau ya dirujuk lah ke Pirngadi, eh ke Rumah Sakit. Contohnya obat jantung lah, tidak ada obat disini,ya dirujukan aja lah dek. Berpengaruh lah ketersediaan obat-obatan terhadap rujukan, kalau tidak ada obat nya disini, di Rumah Sakit kan lengkap, tidak bisa disuruh besok datang lagi kesini dek, karna kan tidak bisa dipastikan . Tapi obat jantung, kalau pasien BPJS kan biasa pake obat-obat paten itu kan tidak ada disini ya minta lah ke RS. Kalau di puskesmas kan yang obat-obat dasar nya disini dek, tapi itulah tadi dek, kadang-kadang ada, kadang tidak. Tapi obat-obat tertentu, kayak obat hipertensi Amlopidin ini, sering obat ini masuk, tapi sering habis gitu, mungkin karena banyak nya pasien.

Informan IX Kalau obat saya rasa lengkap, lain lah kalau udah habis dia, kalau dari dinas ya lengkap dikirim, misalnya penyakit disini banyak HISPA, kalau obat nya udah habis, kan tidak lengkap dia, tapi pernah ada. Misalnya penyakit gula, kita sediakan obatnya, tapi pasien kita sedikit yang datang, kan obatnya jadi sisa. Jadi ada obat yang tidak digunakan, ada juga yang terlalu banyak digunakan sampai kurang. Kalau obat tidak ada? reseplah, jadi apa mau kita bikin kalau tidak ada, ya kita suruh beli di tempat orang lah, beli di apotik, kita sarankan beli yang ini gitu. Tetapi seharusnya orang farmasi nya yang ngurus ke dinas kan? Kalau kita lagi mengobati tapi obat tidak ada, ya inisiatif sendiri lah beli obat nya. Kalau masih bisa diganti , ya diganti lah ke obat lain yang sama, tapi kalau betul-betul tidak ada ya gitu lah. Kalau ada pasien yang masih bisa ditangani tapi ngotot mita rujukan kami buat APS, atas permintaan sendiri, di rumah sakit nanti di tolak itu.

Informan X Selama disini saya belum pernah disuruh beli obat, selama masih ada ya obatnya disini. Ya kalau misalnya disini memang tidak ada ya apa boleh buat, ya harus beli di apotik luar, kan tidak mungkin saya minta dari puskesmas lain. Karena mereka sesuaikan obat yang ada dengan pasien.

Informan XI Tidak pernah disuruh beli obat di luar, karena saya mau rujukan, tetapi saya pernah cek gula sekali disini, karena gula saya juga tinggi. Terpaksa beli diluar kalau tidak ada obat disini. Tetapi seharusnya ada lah di puskesmas, tetapi kalau disuruh beli saya mau.

Informan XII Enggak pernah dikasih obat, dari sini kan ibu minta rujukan aja, tidak minta obat. Ya harus ada lah, kan tidak semua pasien seperti saya harus ke RS yang lengkap obat-obatan nya. Kalau tidak ada obatnya, ya berusahalah , entah kalau tidak ada persediaan obat di telepon siapa, ini ada pasien pas lagi tidak


(1)

ix

2.3.2 Kapitasi ... 34

2.4 Kerangka Pikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2 Waktu Penelitian ... 40

3.3 Pemilihan Informan... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 43

3.6 Triangulasi ... 43

3.7 Analisa Data... ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Deskripsi Puskesmas Mandala ... 46

4.1.1 Sejarah Puskesmas Mandala ... 46

4.1.2 Wilayah Kerja ... 46

4.2 Karakteristik Informan ... 48

4.3 Ketersediaan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program JKN ... 49

4.3.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mandala Terhadap Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 49

4.3.2 Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 57

4.3.3 Ketersediaan obat Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 66

4.3.4 Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 77

4.3.5 Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 78

BAB V PEMBAHASAN ... 84 5.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mandala

Terhadap Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama


(2)

Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 84

5.2 Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan Puskesmas Mandala Dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 87

5.3 Ketersediaan Obat-Obatan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 90

5.4 Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 93

5.5 Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional... 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

6.1 Kesimpulan ... 101

6.2 Saran ... 102


(3)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 42 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015 ... 47 Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Mandala Tahun 2016 ... 47 Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik ... 48 Tabel 4.4 Matriks Ketersediaan Sumber Daya Manusia Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta

Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 49 Tabel 4.5 Matriks ketersediaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Puskesmas

Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 57 Tabel 4.6 Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 118 / Menkes / SK /IV/2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan di Pelayanan

Kesehatan Tingkat pertama ... 63 Tabel 4.7 Matriks Ketersediaan Obat dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan

Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 66 Tabel 4.8 Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 159 / Menkes /SK / V / 2014 Tentang

Formularium Nasional ... 70 Tabel 4.9 Matriks Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi

Dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta

Program Jaminan Ksehatan Nasional ... 77 Tabel 4.10 Matriks Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan

Kesehatan Nasional ... 79 Tabel 5. 1 Kebutuhan Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan Pada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ... 86


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama ... 14 Gambar 2.2 Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang ...26 Gambar 2.3 Kerangka Pikir ...39


(5)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Mandala Tahun 2015 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tamara Sisilia Simarmata

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 19 Juni 1995

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Khatolik

Nama Ayah : P. Simarmata, S.H

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : T. Nainggolan, S.Pd

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD Swasta Betania : Tahun 2000-2006 2. SMP N 1 P.S Tuan : Tahun 2006-2009 3. SMA N 11 Medan : Tahun 2009-2012 4. Lama studidi FKM USU : Tahun 2012-2016


Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib Pt. Askes Pada Puskesmas Mibo, Puskesmas Batoh Dan Puskesmas Baiturahman Di Kota Banda Aceh Tahun 2007

2 62 101

Analisis Pelaksanaan Pemberian Rujukan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Pada Tahun 2016

3 55 124

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014 | Ali | JIKMU 7439 14626 1 SM

0 0 17

Analisis Pelaksanaan Pemberian Rujukan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Pada Tahun 2016

0 0 16

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 0 16

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 0 2

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 0 10

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 0 29

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 3 3

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016

0 0 26