kesehatan akan terganggunya proses mendiagnosa pasien dan akan menyebabkan petugas pasien untuk melakukan rujukan ke rumah sakit sehingga rasio rujukan di
puskesmas tersebut menjadi tinggi. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kesumawati 2012 bahwa ketersediaan fasilitas alat
kesehatan mempengaruhi pelaksanaan sistem rujukan.
2.1.7 Ketersediaan Obat-obatan
Berdasarkan Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, pengadaan obat-obatan terutama untuk
obat peserta JKN tidak terpisah dengan obat-obatan lain. Berdasarkan petunjuk teknis JKN ketersediaan obat di puskesmas harus selalu tersedia, karena dana
kapitasi yang di bayarkan ke pusesmas 20 di dalamnya sudah termasuk biaya pembelian obat-obatan sehingga pasien atau peserta program JKN tidak bisa di
bebankan lagi untuk membeli obat. Pelayanan obat untuk peserta JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di lakukan oleh apoteker.
Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 159MenkesSkV2014 Tentang Formularium Nasional dan
harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Obat-obatan tersebut diajukan oleh tiap Puskesmas ke Dinas Kesehatan berdasarkan pola konsumsi dimasing-
masing Puskesmas. Penggunaan obat di luar dari Formularium nasional di FKTP dapat di gunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartati 2015 bahwa ketersediaan obat-obat yang ada di Puskesmas 5 Ilir belum lengkap sedangkan di
Puskesmas Merdeka ketersediaan obat-obatannya sudah lengkap. Didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa Puskesmas 5 Ilir tidak
memiliki panduan Formularium Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159MenkesSkV2014
sedangkan di Puskesmas Merdeka memiliki panduan Formularium Nasional.
Lebih lanjut hasil penelitian Gulo 2015 di Puskemas Botombawo kebutuhan obat di puskesmas sebenarnya masih belum terpenuhi. Puskesmas
melakukan proses perencanaan dengan mengajukan Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat LPLPO kepada Bidang Yankes di Dinas Kesehatan
Kabupaten Nias, kemudian pihak Dinas kesehatan melakukan verifikasi LPLPO dari puskesmas tersebut tetapi selama ini yang sering ditemui kendalanya
perencanaan yang disampaikan oleh puskesmas terkadang tidak sesuai dengan permintaan obat oleh puskesmas sehingga pihak puskesmas dalam melakukan
pelayanan kadang terkendala. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali 2014,
ketersediaan obat- obatan dan bahan habis pakai yang digunakan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien peserta di fasilitas pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatatan Nasional di Kota Ternate dalam kategori cukup baik namun masih ada kendala keterlambatan serta sering
terjadi kekosongan stok obat, sehingga sangat mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang menjadi terhambat.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sistem Rujukan