pengumpulan data atau yang lain. Peneliti bisa memperoleh dari informan yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi
dari informan yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari informan lainnya. Dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga
teknik pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarnannya, dan teknik ini tetap dinyatakan sebagai teknik trianggulasi
sumber Sutopo, 2006.
3.7 Analisa Data
Analisa data kualitatif memiliki tiga jalur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data yang didapat dilapangan.
Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil data. Cara reduksi data :
1. Seleksi ketat data 2. Ringkasan atau uraian singkat
3. Menggolongkan dalam pola yang lebih luas Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi di susun,
sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk Penyajian data Kualitatif : 1. Teks naratif : berbentuk catatan lapangan
2. Matriks, grafik, jaringan atau bagan. Bentuk- bentuk ini menghubungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padat dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, dan penarikan kesimpulan.
Jalur terakhir adalah pengambilan keputusan , dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai
temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk dan kemudian
disimpulkan Miles dan Huberman, 1992.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Puskesmas Mandala
4.1.1 Sejarah Puskesmas Mandala
Puskesmas Mandala yang terletak di desa Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan ini berdiri pada bulan Juni tahun 1982. Puskesmas ini merupakan
puskesmas rawat jalan yang berada dibawah wewenang Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Mandala berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang
b. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Perjuangan
c. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Denai
4.1.2 Wilayah Kerja
Wilayah kecamatan Medan Tembung terdiri dari 7 kelurahan , yaitu kelurahan Indra Kasih, Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur, Bandar Selamat,
Bantan dan Tembung. Namun pembagian wilayah kerja Puskesmas Mandala yang ditetapkan oleh dinas kesehatan berdasarkan keadaan geografis, demografis,
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, sumber daya dan lain-lain dibagi atas 4 kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Bantan Timur
2. Kelurahan Bandar Selamat
3. Kelurahan Kelurahan Bantan
4. Kelurahan Tembung
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk di 4 kelurahan tersebut sampai tahun 2015 berjumlah 72.965 orang, dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di kelurahan Bantan
sebesar 30.451 orang dan yang paling sedikit di kelurahan Tembung sebesar 10.072 orang. Rincian jumlah perempuan sebanyak 36.637 orang 50,21 dan
laki-laki sebanyak 36.328 49,79.
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Jenis Kelamin Pria
Wanita Bantan Timur
14.201 3.388
6.999 7.202
Bandar Selamat
18.241 4.033
8.900 9.341
Bantan 30.451
6.747 15.370
15.081
Tembung 10.072
2.236 5.059
5.013
Jumlah 72.965
16.404 36.328
36.637
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala sebanyak 39 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Mandala Tahun 2016 No.
Jenis Tenaga Jumlah
1.
Dokter Umum 5
2. Dokter Gigi
2
3. SKM
4
4. Bidan
10
5.
Perawat 11
6. Perawat Gigi
1
7. Apoteker
1
8. Asisten Apoteker
1
9.
Analisis Laboratorium 2
10. Gizi
1
11. Kesling
1 Jumlah
39 Sumber : Puskesmas Mandala Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
4.2 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, terdiri dari kepala puskesmas, dokter umum, dokter gigi, pengelola obat, pengelola JKN, pegawai
tata usaha, bidan, perawat, serta pasien rujukan peserta JKN di Puskesmas Mandala. Karakteristik Informan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik
Informan
Nama Informan
Jabatan Pendidikan
Umur Tahun
Jenis Kelamin
I
dr. Hafni Tanjung
Kepala Puskesmas S1
52 Perempuan
II dr. Erwin
Hakim M.Kes .PA
Dokter Umum S2
54 Laki-laki
III dr. Khristina
Sihotang Dokter Umum
S1 44
Perempuan
IV drg. Hastuti
Dokter Gigi S1
33 Perempuan
V Sampe Tua
S.Farm Pengelola Obat
Puskesmas S1
48 Perempuan
VI Nizma Fitri
S.Kep Pengelola JKN di
Puskesmas S1
36 Perempuan
VII Ratnawati
Siregar SKM Pegawai Tata Usaha
S1 45
Perempuan
VIII Pretty Sitinjak
S.Ter.Keb Bidan Puskesmas
D4 45
Perempuan
IX Amel Cora,
S.Kep, Ners Perawat Puskesmas
S1 35
Perempuan
X Richard
Pardede Pasien Rujukan Peserta
Non-PBI SMA
62 Laki-laki
XI
Kasnia Daili Pasien Rujukan Peserta
Non-PBI S1
48 Perempuan
XII Siti Hasibuan
Pasien Rujukan Peserta PBI
SMP 50
Perempuan
XIII Santi
Pasien Rujukan Peserta PBI
SMA 38
Perempuan
Universitas Sumatera Utara
4.3. Ketersediaan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
4.3.1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mandala Terhadap Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional
Hasil dari 13 orang informan yang diwawancarai, menunjukkan bahwa sumber daya manusia di Puskesmas Mandala menurut Permenkes 75 tahun 2014,
dari segi kuantitas sudah mencukupi, namun karena jumlah petugas yang banyak menyebabkan beban kerja tidak seimbang dan pelayanan tidak efisien, seperti ada
beberapa pegawai yang berlebih di suatu ruangan tertentu, bahkan ada pegawai bagian tertentu menjadi tidak ada kerjaan. Masih kurang nya pemahaman pegawai
mengenai penyakit apa saja yang boleh dan tidak boleh dirujuk. Serta kurangnya pemahaman pasien yang memaksa meminta rujukan membuat angka rujukan
tetap tinggi . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Matriks Ketersediaan Sumber Daya Manusia Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta
Program Jaminan Kesehatan Nasional
No. Informan Pernyataan
Informan I Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas? Kalau tenaga
kesehatan kita disini cukup, dokter umum kita ada 8 orang , jadi disini ada 5 dokter termasuk saya, kelimanya standby di
puskesmas, kita juga punya 2 puskesmas pembantu, di pustu bantan itu ada 1 dokter, di pustu yang di tembung ada 2
dokter , bidan kita ada 20 orang, kita jumlah pegawai seluruhnya ada 63 orang termasuk yang di puskesmas
pembantu. Tapi kalau hanya di Puskesmas Mandala ada sekitar 40-an lah. Dokter nya kurang? Sebenarnya kan gini,
menurut standard itu, 1 dokter harus bisa menangani 5000 orang , jadi kalau kita bandingkan dengan jumlah kapitasi
masyarakat yang sekitar 43.000-an tadi kan dokter nya seharusnya 9, kalau 8 kan masih 40.000 jadi yg 3000 lagi
belum tertangani. Dari segi kemampuan puskesmas dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan kesehatan? kami sudah mampu lah, dokter kami sudah melakukan pelayanan sesuai dengan
kemampuan dokter umum. Dan kalau semua pegawai disini saya rasa sudah tau tentang persyaratan rujukan, mana yang
boleh dirujuk mana yang tidak boleh dirujuk. Kalau pelatihan tidak, cuman sama kepala puskesmas nya aja yang dikasitau,
saya yang memberitahu ke pegawai-pegawai disini.
Informan II Menurut saya jumlah tenaga kesehatan nya sekarang sudah
cukup, hanya tenaga dokter nya yang tidak cukup. Pasien di puskesmas ini sangat banyak. Standard pelayanan kan
minimal 10 menit per pasien. Jumlah dokter umum disini ada 4 orang, 5 orang sama kepala puskesmas nya, dokter gigi nya
ada 2. Jumlah kunjungan tidak sesuai dengan jumlah dokter nya, menurut saya jumlah dokternya itu belum cukup
berdasarkan banyaknya jumlah kapitasi pasien. Kemampuan kami semaksimal mungkin ya, tetapi pencapaian kan belum
tentu, kami tetap melayani sesuai motto, pasien puas kami bangga, kan itu seharusnya yang menjadi standard kita , tetapi
tidak mungkin karna pasien segitu banyaknya. Disini kunjungan pasien kalau hari senin rata-rata 200-250 pasien,
dibagi kepada 4 dokter kan 40-an pasien untuk satu dokter, kalau saya bilang 5 menit saja dikalikan 40 pasien kan sudah
berapa, sampai sore kita tidak selesai melayani, bagaimana lagi kemampuan otak dokter dari jam 8 pagi sampai jam 5
sore tidak siap-siap, akhirnya kan bagaimana kepuasan pelanggan itu bisa tercapai. Saya sendiri tidak masalah
dengan membuat diagnosa kepada pasien, sesuai dengan 155 penyakit itu masih bisa kita tangani, cuman banyak pasien
yang memaksakan untuk merujuk. Pasien infeksi sedikit saja, pilek saja dia mau maksa rujuk, ngamuk-ngamuk, bagaimana
kita? kalau kita mau lembut juga kita dimarahi, dibentak- bentak, permasalahan nya ya seperti itu, tetapi ada juga pasien
yang mau menerima, ya kita bilang 155 penyakit ini tidak bisa dirujuk, ada yang bisa menerima, tetapi banyakan yang
tidak bisa menerima .Dari segi pasien yang kebanyakan belum mengerti, dia menganggap rumah sakit itu untuk
penyakit yang biasa pun bisa. Pegawai puskesmas Mandala kalau soal rujukan ya tau lah, tetapi kalau soal 155 penyakit
itu belum tentu semua tau, sedangkan dokter aja belum tentu
Universitas Sumatera Utara
tau apalagi pegawai itu. Ya kenapa, kan saya bilang tadi kalau kita komunikasi dengan pasien kan tidak bisa kalau cuman 2
menit, menentukan penyakit itu tidak bisa cuman 2 menit, seharusnya kan kita periksa, pemeriksaan nya kan tidak
standard, cocok tidak kita memeriksa hanya ngomong aja tanpa memeriksa fisik diagnostiknya? akhirnya apa ya sudah
karena sudah terlalu sering kami melayani seperti itu, oh yang ini infeksi saluran napas, tinggal kasih obat aja, cuman
masalah nya representatif atau tidak, yah kan ada riwayat keluarga, kita kan harus periksa semua, itu tidak bisa kita
lakukan semua disini karena banyaknya pasien. Paling minimal 5 menit, minimal kali, ini kan tidak bisa lagi 5 menit,
di pintu sana sudah ada pasien yang ngintip-ngintip. Lihatlah hari ini saja pasien saya sudah mencapai 44 orang ini masih
dewasa saja dan masih jam 11 pagi, kan tidak cocok, itulah yang sebenarnya, tapi BPJS selalu menyalahkan, kita mau
nya itu kan harus duduk bersama, BPJS pun harus tau juga keadaan dilapangan bagaimana . Bisa saja dokter nya salah,
bisa saja pasien nya salah, bisa saja petugas nya pun salah. Dari 44 pasien tadi itu kebanyakan yang rujukan ulang,
sebenarnya tidak penting kita rujuk ulang, tapi ya gitu, rumah sakit pun mengejar target supaya banyak honor mereka, ada
20 orang yg dirujuk kurang lebih. Penyakit kronis? tidak, belum tentu kronis , yang bisa kita obati penyakit primer
seharusnya bisa kita tangani disini, tetapi pasien nya ngotot, tiap hari berdebat kita yang stroke pula nanti, tetapi kadang-
kadang pasien ada yg kita jelaskan mau ada juga yg tidak mau. Malah saya berdebat lagi disini semalam, si pasien
bilang dia kerja di rumah sakit ini, minta dirujuk, apa yang mau dirujuk? padahal penyakit nya cuman pilek biasa, dia
ngotot sambil memukul meja.
Informan III Jumlah tenaga kesehatan disini cukup , malah berlebih pun,
kalau jumlah nya tidak tau saya, sekitar 40-an , tetapi mereka bekerja tidak sesuai dengan tupoksi nya, contoh nya ya
banyak, misalnya analis, dia tidak bekerja jadi analis laboratorium di bidangnya jadi tidak profesional, misalnya
bidan dipekerjakan ke kartu. Saya tidak tau kenapa bisa begitu, karna itu kan bukan wewenang kita. Dalam
memberikan pelayanan sudah bagus. Saya tidak masalah
Universitas Sumatera Utara
kalau soal waktu pemeriksaan yang singkat, karena penyakit yang disini kan yang umum-umum saja, kalau dibandingkan
dengan dokter di rumah sakit yang segitu banyaknya pasien bisa kok dokter nya, kenapa kita tidak bisa? Dalam pemberian
diagnosa? saya tau dan bisa, hitungan menit bisa, sesuai dengan anamnese, pemeriksaan fisik kita tegakkan diagnosa ,
tanpa pemeriksaan penunjang memang, karena pemeriksaan penunjang kita kan tidak memadai kan, nama nya juga
puskesmas. Karena memang itu-itu aja penyakitnya. Pegawai mengetahui tentang sistem rujukan? Saya kurang tau kalau
soal itu, karena masing-masing per kamar ruangan, tapi kalau dikamar ini saya tau, rata-rata sudah tau, kalau ruangan
lain saya kurang tau.
Informan IV Tenaga kesehatan disini sudah cukup, sekitar 40-an lebih.
Sekarang sepertinya sudah mulai ke tupoksi nya masing- masing , itu sepengetahuan saya ya. Kemampuan pelayanan
disini
juga secara
umum sudah
memadai. Dalam
mendiagnosa ya sepertinya sudah sesuai dengan prosedur, kalau tidak bisa ditangani atau kalau tidak ada alatnya baru
dirujuk. Ada memang pasien yang masih bisa ditangani tapi minta dirujuk, tetapi itu karena ketidakpahaman mereka. Itu
biasanya karena mereka sudah punya dokter gigi langganan masing-masing. Misalnya dia biasanya di tangani di RS A
dan dia tidak tau ternyata bisa ditangani disini, dia minta ngotot ke tempat dokter gigi yang dia tau gitu . Biasanya itu
sih pasien-pasien BPJS yang belum tau peraturan yang sekarang. Atau biasanya dia ke praktek dokter gigi yang di
Pirngadi, jadi ternyata si dokter yang di RS suruh kesana lagi minta rujukan dari sini, padahal masih bisa kami tangani
disini. Ya kami kasih penjelasan bahwa itu masih bisa ditangani disini, kalau tetap memaksa kami buat rujukan Atas
Permintaan Sendiri, kan pihak BPJS berhak mengembalikan pasien kesini. Tentang sistem rujukan? sudah tau, pihak
BPJS sering ngasih surat kesini. Mengenai alur atau segala macam. Biasanya kalau ada kekurangan dalam menjalankan,
biasanya mereka ngasih atau ada pemberitahuan terbaru biasanya mereka ngasih surat. Oh mungkin pernah ada datang
utusan dari BPJS tapi saya tidak pernah ikuti,tapi itukan awal- awal nya dulu.
Informan V Tenaga kesehatan disini? bagus, sudah mencukupi, sekitar 90
lah. Maksudnya tidak bagus kali, ya bagus saja lah . Kau
Universitas Sumatera Utara
lah yang bisa menilai kan, seperti ibu ini perawat tetapi kerja di bagian obat . Masih belum sesuai dengan tupoksi nya. Kan
kau bisa menilai dek, masa aku yang menilai kawan ku, kau lah dek udah berapa hari disini? Nah, lihat lah bagaimana
kan. Kalau dari sumberdaya nya udah banyaklah. Istilah nya kita itu tidak mesti kita harus sesuai dengan tupoksi kita, yang
lain bisa kita kerjakan gitu. Kesiapan dokter dalam merujuk? Kalau bisa diobatinya disini ya diobati nya, kalau tidak bisa
ya dirujuk. Persyaratan rujukan? Mengetahui lah, kalau tidak bisa dioabati ya baru dikasih nya rujukan. Kalau tentang 155
penyakit itu ya tidak tau lah. Ada itu catatan nya di meja dokter itu.
Informan VI Tenaga kesehatan disini sudah cukup, jika dibandingkan
dengan pasien sudah cukup. Sudah banyak pegawai disini , sampai 40-an . Dokter juga ada 4 orang. Pelayanan disini
sudah bagus, semua dokter sudah tau tentang 155 penyakit itu, catatan nya ada dimeja nya masing-masing. Saya tidak
pernah ikut pelatihan, tidak tahu, tanya lah sama tata usaha nya , siapa tau ada tapi saya tidak diberitahu kan. Siapa tau
cuman kakak itu aja yang pergi saya tidak ikut kan.
Informan VII Tenaga kesehatan kita disini cukup dan berlebih, sudah sesuai
dengan Permenkes, terutama di bagian perawat, bidan dan tenaga penyuluh nya, SKM nya ada 4 loh disini, 5 sama saya.
Jadi dia tidak punya kerja kalau terlalu banyak gitu. Menurut saya promotif dan preventif , masyarakat itu sudah tau kan
bisa memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan, lagi pula kita ini di lintas batas dek, jadi kita ini di batas kota
medan dan deli serdang, jadi kita ini bisa banyak pasien. Ini tanah punya Deli Serdang, tetapi puskesmas kota Medan.
Dari segi pelayanan, secara umum sebenarnya sudah siap melayani, dari segi SDM nya sudah cukup, dari segi fasilitas
ehh saya rasa sudah cukup, BPJS juga sudah banyak memberi kelengkapan nya, cuman mungkin tenaga spesialis kita
memang tidak punya, mungkin itu yang harus dilengkapi oleh BPJS. Karena itulah angka rujukan tinggi. Kalau saja ada
tenaga spesialis, minimal 2 kali aja seminggu saya rasa rujukan bisa berkurang. Semua dokter saya rasa sudah
mampu, mereka masing-masing sudah punya selebaran yang
Universitas Sumatera Utara
155 penyakit itu, dan saya rasa sudah mampu mendiagnosa sesuai dengan kompetensi nya. Kalau persyaratan rujukan
saya rasa semua pegawai tau, baik dari segi perawat dan bidan sudah tau. Soal dana kapitasi disini 6000orang.
Informan VIII Tenaga kesehatan disini sudah cukup, sekitar 43 orang
sekarang sama honor dan saya rasa mereka sudah sesuai tupoksi nya. Pelayanan disini sudah yang terbaik, sesuai
dengan SOP, sesuai standard lah. Bisa nya para dokter itu mendiagnosa. Ada juga yang termasuk 155 penyakit itu, tapi
minta di rujuk, pasien bilang ah di rumah sakit sajalah , terpaksa dikasih surat rujukan nya tapi ditulis lah APS.
Ada-ada juga nya pasien seperti itu, biar pun bisa ditangani disini, tapi tetap juga minta rujukan. Persyaratan rujukan ?
Sudah tau, kan yang patologi atau yang ada kelainan yang di rujuk, ditangani yang bisa ditangani, dibawalah kartu nya,
yang bisa dirujuk kan yang ada kartu BPJS, ASKES, KIS , kalau umum kan bisa pergi sendiri. Daftar penyakit itu? tidak
ingat lah, tapi kan dibaca bisa, mana ingat pula itu semua, kan ada 155 penyakit itu. Soal pelatihan, saya rasa pernah ada itu,
tapi saya tidak pernah mengikuti. Kalau ada apa-apa kan dipangil orang itu ke BPJS, kan termasuk pelatihan itu.
Informan IX Sumber daya manusia disini sudah cukup, sudah sesuai
dengan tugas nya, perawat dan dokter juga cukup. Memang banyak pasien kita disini, bisa mencapai 250 orang , ini saja
masih pagi pasien sudah 50 orang. Ya kalau pasien nya bisa diatasi disini ya diatasi lah disini, kalau tidak bisa ya dirujuk.
Kalau memang lengkap nya sarana prasarana disini bisalah di atasi, ya kalau tidak mampu harus dirujuk. Kesiapan dokter
nya dalam mendiagnosa kan ada anamnese, pemeriksaan fisik, kalau itu ya bisalah dokter mendiagnosa. Saya rasa
pegawai nya sudah tau soal rujukan.
Informan X Saya memilih Puskesmas Mandala karena kami memang
terdaftar disini dan lokasi rumah di daerah sini. Saya kesini untuk mengambil surat rujukan buat istri saya, dia di rumah,
dan sedang sakit hipertensi serta pengapuran tulang. Tapi saya pribadi sudah beberapa kali juga minta rujukan untuk
diri sendiri karena masalah pada tulang belakang dan imbas
Universitas Sumatera Utara
nya sudah kemana-mana. Saya tidak tahu berapa jumlah pegawai nya, tapi saya rasa sudah kelebihan pegawai, apalagi
di bagian pendaftaran, 1 ruangan yang kecil itu ada 4 orang, terlalu padat, jadi saya rasa kurang efektif. Mereka jadi
markombur bergosip. Saya kan berhubungan dengan pegawai yang bagian rujukan, masalah semua pegawai
mengerti atau tidak tentang program JKN, ya cemana lah ya kan , saya tidak tau lah tetapi pelayanan di puskesmas secara
umum baik lah. Soal rujukan awalnya saya permintaan sendiri. Saya bilang sama dokternya mau ambil rujukan,
cuman sekedar ditanya saya sakitnya apa, kalau diperiksa secara keseluruhan saya di Rumah Sakit Pirngadi nya. Karena
kita tau kan tanpa rujukan kita tidak bisa ditangani di rumah sakit tujuan, ya itulah tadi sekedar ditanyai sakit apa, karena
tidak mungkin disini diperiksa pengapuran tulang, tidak ada itu alatnya di puskesmas, jadi hanya ditanyain. Kalau
diperiksa kan minimal ada digini-gini kan disentuh, ini cuman ditanyai, jadi jangan kau bilang diperiksa, ditanya
sesuai tidak dengan permintaan kita. Awalnya saya tidak tahu sakit pengapuran tulang, setelah di rumah sakit saya baru
tahu. Karena saya sudah merasa kesakitan, ya saya minta lah rujukan ke Pirngadi, dokter tanya apa sakit nya, saya
ceritakan yang saya rasakan bagaimana, jadi itulah dasarnya saya diberikan rujukan. Ini sudah rujukan yang ke 4 kalau
tidak salah, paling sedikit yang ke-3. Masalah fasilitas disini yang kurang saya tidak tau, yang jelas sudah pastilah jauh
lebih lengkap lah di rumah sakit daripada di puskesmas. Saya cek laboratorium di RS Pirngadi, periksa darah dan USG
juga. Mana bisa disini, jelas tidak ada itu.
Informan XI Saya memilih Puskesmas Mandala karena terdaftar disini.
Saya tidak tau lah jumlah pegawainya berapa, karena saya baru nya berkunjung kesini, tapi saya rasa sudah banyak.
Kami sengaja pindah dari Nias ke Medan demi berobat, kami urus surat pindahan sementara di kelurahan, makanya kami
jadi terdaftar di Puskesmas ini. Di kelurahan pun urusannya cepat. Kalau pegawai disini saya rasa sudah tau lah soal
program JKN, kan memang bidang mereka. Ya baguslah, dari segi petugas nya orang baik semua, ini saja prosesnya
mengambil rujukan cuman 15 menit. Rujukan di puskesmas
Universitas Sumatera Utara
ini saya minta sendiri, saya sudah diperiksa oleh dokter di RS Murni Teguh, dan dokter nya suruh saya minta rujukan
kesini. Biar cepat katanya, karena kalau di Nias kami nunggu nya lama. Jadi disini saya tidak diperiksa lagi, karena bawa
surat dari RS. Kalau cek laboratorium tidak pernah disini, saya kesini hanya untuk meminta rujukan saja.
Informan XII Saya berobat disini ya karena memang dari sini rujukan nya,
semua yang dari daerah ibu memang terdaftar nya disini. Saya tidak tau berapa jumlah tenaga kesehatan disini, tetapi
saya sudah beberapa kali kesini, ya sepenglihatan saya banyak lah pegawainya. Pelayanan disini sudah bagus lah,
selama saya disini ya, diluar itu tidak tau lah ibu. Ibu kan hanya bisa memberitahukan bagaimana perlakuan mereka
sama ibu, ya mereka baik . Program JKN? ya Itu sudahlah, mereka bukan seperti ibu, mereka kan memang sudah
mengertilah. Permintaan rujukan? Dari petugas nya dulu lah, dari petugas nya langsung ke dokter, baru nanti di tanda
tangani sama dokternya. Kalau ibu tidak memaksa begitu, karena diluar kemampuan mereka yang disini nya, yah ibu
diperiksa juga. Penyakit saya kemaren bulding, dokter bilang tidak ada nya apa-apa kok bisa bulding? Ini perut bagus nya,
karena begitu di kasih rujukan nya. Saya periksa lab di Thamrin, habis dari periksa lab di sana, kembali ke Rumah
Sakit dr. Imelda.
Informan XIII Memang disini terdaftar nya, dan rumah saya juga di daerah
sini. Tidak tau, kalau menurut saya cukup. Entah yang mana pun pegawai saya tidak tau, baru kali ini saya kesini. Saya
rasa mereka sudah tau lah soal program JKN. Pelayanan nya sudah bagus lah, pegawai nya ramah-ramah. Rujukan saya
atas permintaan sendiri, anak saya kan terkena katarak, dan disini tidak bisa di operasi. Tidak ada ruang operasi kan.
Kalau di puskesmas sejarahnya mana pernah ada ruangan operasi mata. Kan saya dulu bawa anak saya berobat ke
praktek dokter dekat rumah, dia menyarankan saya untuk daftar BPJS saja, kalau ibu bayar lunas biaya operasinya bisa
sampai 6 juta, ibu urus BPJS, ambil rujukan ke puskesmas, baru berobat ke rumah sakit. Jadi ibu membuat KIS ini
memang buat operasi anak ibu, karena ibu kan tidak mampu. Dokter di puskesmas juga memberikan anak saya rujukan
Universitas Sumatera Utara
untuk ke rumah sakit. Belum pernah periksa lab, karena baru ini pertama kali dek.
4.3.2. Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa ketersediaan fasilitas sarana kesehatan di Puskesmas Mandala masih belum memenuhi standard
dan belum
sesuai dengan
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
118MENKESSKIV2014. Masih banyak peralatan yang harus dilengkapi . Para petugas kesehatan tidak mengetahui apa itu kompedium alat kesehatan. Ada
peralatan seperti bed rest yang tidak bisa digunakan karena ruangan yang tidak muat. Puskesmas memiliki puskesmas keliling namun sudah rusak selama setahun
dan tidak dapat digunakan , puskesmas juga memiliki laboratorium , namun masih kurang lengkap, sehingga pasien harus dirujuk. Hal tersebut dapat dilihat dari
tabel berikut ini :
Tabel 4.5 Matriks ketersediaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional No. Informan
Pernyataan Informan I
Ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas Mandala ini bisa dibilang sudah cukup, sesuai penyakit yang bisa ditangani.
Hah? Kompedium? Apa itu kompedium? Oh ini.. kita kan bukan dari sini, sekarang kita sedang buat permohonan supaya
dilengkapi. Semua dokter punya ruangan nya masing-masing. Gedung puskesmas nya masih bagus tapi ruangan nya yang
tidak mencukupi. Ruangan kan seharusnya ada bed rest. Contohnya kita dapat bed , tapi karena ruangan nya kecil dan
tidak bisa dimasukkan, jadi tidak bisa digunakan. Tidak bisa direnovasi, karena sebenarnya puskesmas ini di bangun diatas
tanah kabupaten Deli Serdang, tapi puskesmas dibawah naungan Kota Medan, jadi kalau mau dibangun tanah nya tanah
Deli Serdang, jadi serba salah . Puskesmas rawat inap lah
Universitas Sumatera Utara
sekarang yang sudah bagus peralatan nya. Yang dilakukan jika alat fasilitas kesehatan tidak tersedia? penyakit yang tidak ada
alat nya itu biasa nya memang penyakit nya sudah parah, jd memang harus di rujuk ke RS. Misalnya kalau ada tumor kan
tidak bisa kita tangani kan, kita lihat dulu lah penyakitnya apa. Disini ada puskesmas keliling , dulu berfungsi, tapi sekarang
sedang rusak, jadi untuk pelayanan tidak digunakan, sudah 1 tahun rusak. Karna ini bukan rawat inap, jd kalau darurat tidak
mungkin dibawa ke puskesmas , kalau di jaman JKN ini kalau darurat dia bisa dibawa langsung ke Rumah Sakit tanpa
rujukan dari puskesmas, kalau kecelakaan kecil-kecilan kita tangani kalau parah langsung dibawa, pakai kendaraan pribadi.
Informan II Masih cukup-cukup saja, ketersediaan sarana dan prasarana
dalam menangani 155 penyakit itu cukup-cukup saja, laboratorium pendukung ada, alat-alat ada. Sudah sesuai
dengan standard pelayanan primer. Ya memang ada, alat-alat untuk pendukung cukup kita, untuk pendukung diagnosa yg
lain-lain untuk sub-spesialis memang tidak ada. Kadang- kadang di puskesmas lain sudah ada USG, kalau disini belum
ada . Sekarang dalam pelayanan primer USG dan EKG kan wajib ada, tapi kita tidak ada . Standard pelayanan EKG itu kan
bisa dilakukan oleh dokter umum. Masalah nya waktu lagi nanti yang kurang karena banyaknya pasien . Kalau soal
ambulans saya tidak tau.
Informan III Fasilitas kesehatan dalam penegakkan diagnosa saya rasa
masih kurang , ya contohnya ya alat pemeriksaan penunjang nya, misalnya kalau ada keluhan di hidung , di THT lah
terutama, tidak ada alatnya kan, misalnya senter khusus untuk THT itu tidak ada, jadi kurang dalam pelayanan, jadi kita
mendiagnosa berdasarkan pengalaman saja. Kalau masih bisa kita tangani ya untuk apa kita rujuk. Kalau sarana dan
prasarana, juga masih kurang, ya belum sesuai dengan standard, ruangan aja kurang, seperti saya, setiap hari senin
saya harus memeriksa disini jg ada imunisasi, bagaimana coba?, pasien nya sangat banyak kan, bayangin di ruangan
sempit ini, kalau misalnya senin, pasien saya bisa sampai 100, disini juga ada imunisasi, pasien anak nya ada juga 30- 40
orang, bayangin ngumpul disini semua, kalau imunisasi kan bukan sendirian aja, ada mamak nya, ada bapaknya, ada opung
nya, bayangin saja lah. Sampai siang ini sudah ada 5 pasien
Universitas Sumatera Utara
rujukan baru BPJS dan itu memang tidak bisa ditangani di puskesmas, seperti head injury, depresi, kan tidak bisa disini
tidak bisa. Jika tidak ada alat? ya saya memakai apa yg ada, diberdayakan apa yang ada, seperti ini senter untuk THT saya
gunankan senter yang biasa. Apa itu kompedium? Karena saya pun tidak pernah ikut acara dari BPJS. Oh daftar ini, sering
ditanyakan sama saya, tapi tidak pernah ada alat nya. Tidak ada, tidak sesuai. Sering ditanyakan sama saya, apa yg tidak
ada dok? apa yang kurang dok? tapi tidak perrnah saya lihat. Mungkin ada pengadaan, tapi tidak disosialisasikan sama
dokternya. Bagian inventaris yg tau , saya juga tidak tau karna tidak ada koordinasi. Ini aja stetoskop nya dari saya sendiri,
memang ada disediakan puskesmas , tapi kan kita harus cepat, sementara kan kalau yg dari puskesmas kurang sensitif, kalau
pake yg kurang sensitif kan kita bisa sampe 5-10 menit disini. Kalau punya saya kan, kita sentuhkan aja langsung terdengar,
karena sensitif, harganya pun ya lebih mahal. Jadi saya seperti itu, sebenarnya ada dikasih tapi saya tidak pernah pake karna
tidak bagus. Lama kerja kita jadinya. Karena kalau pake punya kita langsung terdengar, misalnya apa yg salah dengan paru-
parunya. Ada mobil puskesmas keliling, tapi tidak digunakan lagi, hanya inventaris saja.
Informan IV Kelengkapan fasilitas sarana kesehatan di puskesmas?
Mungkin memang ada yang harus dilengkapi, cuman ini mungkin dari BPJS nya bertahap . Kalu secara umum saya
kurang tau lah, tapi kalau gigi saya rasa sudah cukup. Kalau di poli gigi sudah mencukupi ya, kalau untuk pengobatan dasar
saja . Kalau misalnya di poli gigi, hal yang paling utama itu ya harus ada air, air disini pun macet-macet, ya ada tapi harus
nampung , jadi agak terganggu sedikit lah. Jika alat tidak ada? Oh biasanya kami mengajukan, mengajukan pengaduan
barang, apa nih yang kurang di poli gigi, kami tinggal tulis kepada bagian pengadaan barang di puskesmas, nanti biasanya
mereka yang mengajukan. Biasanya barangnya datang tapi ya tunggu proses lah. Tidak, saya tidak tau kompedium. Hmm ini
kalau Gutta Percha belum ada. Kalau PSA ini biasanya ada di rumah sakit bukan di puskesmas karna butuh rontgen gigi, di
Medan ini cuman ada di Pirngadi, kalau di Jawa tidak tau lah ya. Puskesmas keliling? Tidak ada, setau saya tidak ada. Tidak
Universitas Sumatera Utara
tau kenapa kita tidak ada ya.
Informan V Kalau alat kesehatan yang ada disini hanya ada tensimeter,
stetoskop, masker oksigen. Kalau sarana dan prasarana? belum sesuai, disini panas, karena kalau lagi banyak pasien disini
sempit, pengap, pasien kami rata-rata perharinya sampai 100 orang. Kadang mau lagi 300 kalau hari senin. Kalau udah
penuh disitu , campurlah semua yang dewasa, anak-anak maunya kan dibedakan lah mana yang anak-anak mana yang
dewasa. Bagian obat-obatan sempit, kurang memadai, ini baru ada AC nya dibuat, kalau sempat tidak ada AC ini apa tidak
pingsan kita disini? Baru berapa bulan kami pake ini, ini pun yang sisa-sisa, ini lah yang kai tahankan selama ini, tidak layak
lah kalau dari segi ruangan obat-obatan nya. Kalau puskesmas keliling disini ada. Apa berfungsi? Hmm jangan saya tanya
dek, tanya langsung sama penanggung jawab nya. Takut salah- salah jawab. Ke TU lah tanya yang berwenang. Kalau kami kan
hanya sekedar di obat.
Informan VI Alat kesehatan untuk mendukung diagnosa dokter? Saya rasa
belum cukup, karena kurang alatnya. Misalnya lampu senter untuk THT itu tidak tersedia. Dan belum sesuai dengan
standard pelayanan primer. Jika tidak ada alat ? kita akan memberikan rujukan langsung . Sarana rujukan? Seperti
puskesmas keliling? Saya tidak tahu.
Informan VII Dari peralatan nya, sebagian memang sudah mencukupi, tapi
ada memang beberapa alat yang kita tidak punya. Kita punya tapi tidak cukup atau kurang, misalnya bed genekolog itu
tempat tidur untuk memeriksa ibu hamil, ada tapi rusak, tapi kita lagi usulkan , tapi kita memang dalam tahap pengusulan,
kan BPJS tidak mungkin semua langsung datang, ada tahapan nya. Menurut saya, sudah sesuai standard pelayanan primer
lah. Jika alat tidak tersedia? Contohnya untuk pemeriksaan THT , kan kita tidak punya alat pemeriksaan yang lengkap,
misalnya ada pasien datang dengan masuk benda yang tidak bisa kita ambil terpaksa kita rujuk, tapi kalau masih bisa kita
tangani dengan alat yang memadai, misalnya pinset, masih nampak kita ambil disini. Digunakan dul alat pengganti yang
Universitas Sumatera Utara
ada. Angka rujukan disini tinggi memang karena dulu, kita kan belum ada 155 penyakit itu, kan baru berlaku tahun
semalam dan tahun sekrang ini, tapi sekarang tidak sebanyak dulu, kalau dulu jauh lebih banyak lagi yang kita rujuk, gimana
ya yang ke-1 dia merasa di puskesmas itu tidak ada tenaga dokter spesialis, yang ke-2 dia sudah terbiasa disana, obat nya
sudah rutin disana di RS, jadi mereka ya tidak mau lah, kurang nyaman berobat lagi disini kan. Tapi semakin hari semakin
ditekan karena ada peraturan 155 penyakit itu. Ya memang penyakit disini rata-rata sudah kronis, seperti hipertensi dengan
komplikasi, gula dengan komplikasi. Ada juga pasien yang masih termasuk 155 penyakit itu, tapi dia ngotot minta rujukan,
kita kasih juga tapi kita tulis APS. Kompedium? Apa itu kompedium alat kesehatan? Kalau misalnya pasien mau EKG
kita tidak punya disini ya kita rujuk. Kita punya puskesmas keliling , ada tapi tidak berfungsi.
Informan VIII Sesuai standard puskesmas sudah cukup nya dek, kalau
penyakit pasien nya ada patologi kan ke rumah sakit. kalau disini kan tensi, termometer itu aja nya yang perlu disini
dengan cek darah. Kompedium? Belum tau, baru pertama kali lihat tadi saya. Itu kan masih baru, tahun 2014 kan. Jika
dibandingkan dengan kompedium itu, yang ada disini hanya tensi dek, kalau sampai kayak gini katanya yaudah kurang kali
lah dek. Tapi seperti EKG ini , kalau dirawat inap baru ada dek, disini kan rawat jalan tidak ada yang bisa mengoperasikan
nya. Kalau alatnya tidak ada? ya dirujuk lah. Meskipun masih bisa ditangani, tapi kalau tidak ada peralatan nya ya dirujuklah.
Karena ini dek, perbatasan ini, ini puskesmas kota Medan, tapi tanah nya deli serdang , jadi susah. Kalau dari segi gedung
sempit, padahal pasien banyak. Lihat lah puskesmas lain kan cantik-cantik, puskesmas di medan.
Ada kayaknya puskesmas keliling nya tapi sudah rusak.
Informan IX Peralatan di puskesmas masih kurang lengkap, cuman kadang-
kadang kalau belum pastinya diagnosa nya, kan misalnya ada pasien DBD kan itu harus ada pemeriksaan nya, makro test
atau untuk typus tes widal, tapi tidak ada alat, kalau belum pastinya diagnosa nya, dokter sering bilang observasi, kalo
udah pastinya dia di bilang DBD, karna belum pasti masih
Universitas Sumatera Utara
dibilang suspect. Belum sesuai standard, tetapi semenjak saya pindah kesini, temperatur pun tidak ada . Sudah setahun saya
disini, tapi tidak tau lah ya, karena saya bukan yang bagian pelayanan, saya kan di bagian rujuk merujuk. Kalau alat tidak
tersedia? contoh tidak ada temperatur ya kan, kita anamnese dia, kita pegang dia, kan memang kita pegang pun dia tau kita
dia demam, tapi kan penting juga alat-alat itu ya kan. Karena alatnya tidak ada jadi dirujuk? Ya adalah , banyaklah tes widal
kan tidak ada disini kalau dia typus, ya dirujuk lah karna tidak bisa diatasi. Kalau bedah membedah kurang disini.
Informan X Kalau saya rasa peralatan disini belum lengkap, jadi gini, saya
pernah liat program pemerintah yang buat puskesmas ada rawat inap nya, kalau itu sudah pasti lebih lengkap fasilitas nya,
mudah-mudahan mengarah kesana nanti semua. Ya kalau tidak ada alat nya, ya di-adakan lah alat-alatnya, kalau tidak ada ya
dirujuk. Ya kalau di puskesmas yang bisa rawat inap, pasti jauh lebih lengkap lah peralatan nya. Ambulans? Tidak tau, yang
pasti harus kendaraan pribadi lah.
Informan XI Kurang fasilitas disini, ya mau nya kan lebih lengkap lagi, ya
alat-alatnya lah. Kalau tidak ada peralatan nya? Ya dirujuk ke Rumah Sakit lain lah . Tidak tau, sepenglihatan saya belum ada
mobil puskesmas keliling , kalau ada pasien ya pake kendaraan pribadi.
Informan XII Kalau tidak ada peralatan kesehatan nya? ya dianjurkan
mereka lah dirujuk, seperti ibu, ibu minta ke Rumah Sakit Imelda, mari kita periksa dulu kata dokter yang disini kan,
tidak ada nampak apa-apa, bagusnya perut ibu katanya, iyalah kesana lah ke rumah sakit. Aku pun kalau sekedar demam atau
batuk, disini nya aku, ngapain lah jauh-jauh.
Informan XIII Peralatan nya di puskesmas masih kurang, di puskesmas kan
memang tidak ada ruangan operasi khusus mata, makanya saya diberikan rujukan. Saya tidak tau, entah ada ambulans nya atau
enggak.
Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti dan dibandingkan dengan KepMenKes No. 18MENKESSKIV2014 tentang Kompedium Alat Kesehatan ,
Universitas Sumatera Utara
bahwa di Puskesmas Mandala menunjukkan dari 115 item standar sarana dan prasarana yang dianjurkan bagi pelayanan tingkat pertama hanya 30 items yang
dapat dipenuhi oleh Puskesmas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 118 Menkes Sk Iv2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan di Pelayanan
Kesehatan Tingkat pertama
Kompendium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas
Mandala
A. Alat Kesehatan Elektromedik
1. Anaesthesia Vaporizer 2. Apnea Monitor
3. Argon Surgical Laser 4. Aspirator
5. Audiometer 6. Autotransfusion Unit
7. Automatic Sphygmomanometer Non Invasive
8. Blood Pressure Monitor, Invasive 9. BloodSolution Warmer
10. Capnometer CO2 Monitor 11. Cardiac Resuscitator
12. Co2 Surgical Laser 13. Cryosurgical Unit
14. Defibrilator 15. Dental Unit
16. DiathermyShortwave 17. Electrosurgical Unit ESU
18. Elektrokardiograf EKG 19. Heart Lung Bypass Unit
20. Hemodialysis Unit 21. Hospital Bed
22. HypoHyperthermia Units 23. Infusion Pump
24. Baby Incubator 25. Intra Aortic Balloon Pump
26. Laparoscopy 27. Mammography Unit
28. Anaesthesia Machine 29. Mobile C-Arms X-Ray
30. Mobile X-Ray Unit 31. Oxygen Analyzer
32. Pacemaker External, Non Invasive
√
√
Universitas Sumatera Utara
33. Phototherapy Unit 34. Portable Ventilator
35. Pressure Transducers 36. Pulse Oxymeter
37. Radiant Warmer 38. RadiographicFluoroscopic Unit
39. Smoke Evacuator 40. Traction Unit
41. Transcutaneous Co2 Monitor 42. Transcutaneous Oxygen O2 Monitor
43. Ultrasound Scanner USG Diagnostik 44. X-Ray Unit General Purpose
45. Electroencephalograph Eeg 46. Lampu Periksa Halogen
47. Sterilisator Kering 48. Ekstraktor Vakum Manual
49. Pocket Fetal Hearth Rate Monitor Doppler
√ √
√
B. Alat Kesehatan Non Elektromedik
1. Blood Bag 2. Blood Transfusion Set
3. Cat Gut Benang Bedah 4. Dental Cement
5. Disposable Syringe 6. Auto Disable Disposable Syringe
7. Hypodermic Syringe With Reuse Prevention Feature
8. Foley Catheter 9. Glass Ionomer Cement
10. Gutta Percha 11. Impression Material
12. Infusion Set 13. Instrumen Bedah
14. Iv Catheter 15. Kapas Berlemak
16. Kapas PembalutAbsorben 17. Kasa Hidrofil
18. Kasa Hidrofil Terdeteksi Sinar-X 19. Kasa Pembalut
20. Kasa Pembalut Elastis 21. Kondom
22. Manual Hospital Bed 23. Masker Bedah
24. Masker Oksigen √
√ √
√
√
√ √
√ √
√
Universitas Sumatera Utara
25. Pembalut Gips 26. Plester
27. Pulmonary Resuscitator 28. Sarung Tangan Bedah
29. Silk Suture Benang Bedah Sutera 30. Stethoscope Manual
31. Tensimeter Manual Dengan Air Raksa 32. Tensimeter Manual Dengan Jarum
33. Urine Bag 34. Wing Needle
35. Termometer Raksa 36. Timbangan Bayi
37. Timbangan Injak Dewasa 38. Stand Infus
39. Tabung Oksigen + Regulator 40. Tempat Tidur Periksa
41. Tempat Tidur Persalinan √
√ √
√
√ √
√ √
C. PRODUK DIAGNOSTIK IN VITRO
1. Utomated Blood Grouping Analyzer
2. Bilirubin Test System 3. Blood GasPhChemistry Point Of
Care Analyzer 4. Cholesterol Test Strip
5. Clinical Chemistry Analyzer 6. C-Reactive Protein Reagent CRP
7. Creatine Kinase Reagent 8. Creatine Reagent
9. Diff Diluent 10. Glucose Analyzer
11. Glucose Test Strip 12. Hematology Control
13. Hematology Point Of Care Analyzer
14. Hiv Combi 15. Immunoassay Analyzer
16. Tes Hepatitis B Hbsab Rapid Test
17. Tes Kehamilan Cepat Pregnancy Rapid Test
18. Tes Masa Subur Luteinizing Hormone Test System
19. Toxo Igg Ii Assay 20. Uji Mycobacterium Tuberculosis
√ √
√
Universitas Sumatera Utara
– IggIgm 21. Uric Acid Reagent
22. Uric Acid Test Strip 23. Urinalysis Reagent Strips
24. Whole Blood Coagulation Analyzer
25. Reagensia In Vitro Untuk Pewarna Biologi
√ √
√
4.3.3 Ketersediaan obat Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan
Nasional
Hasil penelitian menunjukan dari 13 informan yang diwawancarai, ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Mandala terkadang masih terjadi
kekurangan, seperti antibiotik yang sering tidak ada ataupun habis sehingga pasien diberikan antibiotik pengganti. Pasien BPJS tidak di perbolehkan membeli
obat dari luar, jika obat pengganti juga tidak tersedia, maka dokter akan menjelaskan pada pasien, dan jika pasien mau membeli obat diluar maka dokter
akan memberikan resep . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Matriks Ketersediaan
Obat
dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
No. Informan
Pernyataan Informan I
Kebutuhan obat di puskesmas sampai saat ini ya masih tercukupi, adalah kekurangan sedikit-sedikit tapi masih bisa lah
dialihkan ke obat yang lain, misalnya kan antibiotik, misalnya amoxcilin nya tidak ada, kan antibiotik untuk ISPA itu masih
bisa di ganti antibiotik lain, diganti ke obat lain tapi yah memang untuk itu juga, bukan berarti kita menyalahi gitu .
Pasien tidak boleh beli obat, paling kalo misalnya tiba-tiba obat nya lagi habis kali kan, dan dia butuh ini, saya akan tanya mau
tidak beli ini untuk nunggu besok, kalau mau ya beli kalau tidak disuruh besok kesini lagi.
Informan II Terkadang lengkap, terkadang kurang, , tidak cukup semua,
karena banyaknya pasien dan angka kunjungan, jadi kalo sesuai formularium itu belum tentu . Karena banyak nya
Universitas Sumatera Utara
kunjungan itu kadang-kadang habis obat ini. Seperti bulan lalu banyak obat yang kosong, terutama di antibiotik yang kita
harapkan malah tidak ada. Jika obat tidak tersedia, kita tidak boleh memberikan resep pada pasien . Kalo pasien BPJS tidak
boleh di kasih resep . Masalah nya itu kalau obat kita tidak ada mau kayakmana kita bilang . Kadang-kadang kalau infeksi nya
berat, ya harus kita rujuk, istilahnya tidak sembuh dia datang sekali , sebenarnya infeksi pasien masih terdaftar di 155
penyakit, tapi datang yang kedua kali pasti kita rujuk, kenapa?, obat nya tidak mempan, nah itu alasan nya. Jadi kalau pasien
yg 155 itu diusahakan dulu disini. Kalau nanti misalnya jadi kronis, tidak sembuh juga, karena fasilitas obat yang kita
harapkan seharusnya ada di puskesmas tapi tidak ada, kalau sudah begitu pasien akan dirujuk. Jika obat yang ingin
diberikan tidak ada, maka obat yang ada disini kita berikan, pasien pasti kita kasih obat, misalnya ada infeksi yang
komplikasi, kita harapkan ada obat antibiotik X ternyata yang ada antibiotik A saja, maka yang A itu lah kita berikan dulu,
diberikan obat pengganti, masalah sensitif atau tidak sensitifnya ya begitulah, akhirnya kan si pasien lama sembuh,
karena tidak sensitif obatnya, ternyata jadi resisten, ujung- ujungnya di rujuk lah .
Informan III Belum, banyak obat yang tidak ada. Sebenarnya banyak yg
kurang, seperti pemakaian antibiotik lah, terus obat-obatan untuk epilepsi, kayaknya tidak pernah keluar ini obatnya
fenobardital, sebenarnya harus ada kayak PTU yg untuk thyroid, itu obat yang seharusnya ada di puskesmas, tapi disini
tidak ada. Karena saya pernah di Nias saja 5 tahun, ada PTU justru di medan ini tidak ada. Apalagi penggunaan obat-obat
kayak penghilang rasa sakit itu tidak ada. Saya tidak tau dari segi jumlah atau apa memang tidak ada masuk disini, kita
dokternya tidak pernah urusin. Pokonya kita resepkan, itu urusan apotik, kalau tidaka ada mereka yg berhubungan dengan
pasien nya. Ya kita sosialisakan sama pasiennya. Kalau mau beli ya beli. Kalau enggak, ya tidak saya respon Saya minta
ijin dlu sama pasien, apa mau membeli, kalau tidak mau ya sudah, yang ada di puskesmas yang diberikan. Dikasih obat
pengganti, tapi yah agak jauh lah, alasanya supaya pasien nya bisa senang saja. Ya saya sudah minta agar obat nya
direncanakan, tapi tidak pernah dikasih, ya tidak tau lah saya, saya tidak urusin itu, karna kita masing-masing ngurusin
bidang masing-masing.
Informan IV Kalau obat-obatan paling hanya tinggal beberapa persen aja
yang belum. Hampir lengkap lah itu kalau dari gigi ya. Kalau obatnya tidak ada, biasanya sih swadaya, beli obat sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pernah, tapi jarang, biasanya itu obat tambahan, misalnya kasus nya agak berat jadi di resepkan biar beli di luar. Atau
kalau masih ada penggantinya, dikasih yang itu.
Informan V Obat-obatan disini belum terlalu lengkap sesuai dengan
formularium nasional. Kebutuhan obat disini banyak, kalau prosesnya kita rencanakan berdasarkan kebutuhan , yang kita
ketahui dari kunjungan pasien, ya kita laporkan ke dinas baru turun lah dari dinas. Dinas memberikan ke gudang farmasi
yang ada di Belawan, baru gudang farmasi yang kasih ke puskesmas. Kalau obatnya tidak ada? Kami tanya sama dokter
obat apa yang bisa diganti. Kami tidak langsung membuat perencanaan baru, hanya mungkin obat yang di gudang sana
lagi kosong . Kalau obat disini tiap bulan sama yang dikirim, karena obat-obatan disini kan obat-obatan dasar dek. Itu-itu
saja ,kalau mau dibuat perencanaan baru, apa lagi yang mau direncanakan? Karena kita buatnya sesuai kebutuhan pasien
nya. Kayak itulah suntikan sekarang udah di kurangi, kalau bisa dihindari biar tidak banyak berputusan saraf. Pokoknya
dibilang kita harus menghindari pemberian suntikan pada pasien.
Informan VI
Masih kurang, pernah karena obat-obatan tidak ada makanya dirujuk. Pernah disuruh beli, kalo obat-obatan nya tidak ada ya
mau gimana lagi, ya di suruh beli lah . Kalau tidak ada obat penggantinya ya suruh beli lah, kadang pasien nya mau
mengeluh, tapi ya memang dari pemerintah tidak ada disediakan
Informan VII Ketersediaan nya? Belum semua, ada daftar nya, tetapi
mungkin datangnya tidak sesuai dengan jadwal, jadi kita disini terkadang terjadi kekosongan obat, tapi itu untuk obat-obat
tertentu saja, tidak semua obat. Kalau obat tidak ada kita berikan obat pengganti, kalau tidak ada yang ini, kita kasih
yang lain, alternatifnya ada. Tidak boleh pasien beli obat, apalagi pasien BPJS, kalau umum iya, kalau memang dia
pasien BPJS, ASKES yg ditanggung pemerintah kita tidak pernah suruh beli obat. Misalnya pasien butuh amoxcilin tapi
tidak ada ya kita ganti dengan yang lain, kan masih ada yang lain seperti kotri ada tetra, kan ada yang lain.
Informan VIII Obat-obatan disini terkadang kurang, terkadang ada. Saya tidak
tau lah bagaimana pengadaan nya, pokoknya terkadang ada terkadang tidak ada. Pokoknya tiap bulan puskesmas
mengajukan obat-obatan. Kalau obat tidak ada dokter biasanya kasih resep. Pasien BPJS? Gimana ya susah bilangnya, awak
bilang tidak ada obatnya bu, ya pasien nya jawab gimana nya
Universitas Sumatera Utara
ini ..... Kadang-kadang dikasih obat yang lain, kalau mau beli sendiri, kalau tidak mau ya dirujuk lah ke Pirngadi, eh ke
Rumah Sakit. Contohnya obat jantung lah, tidak ada obat disini,ya dirujukan aja lah dek. Berpengaruh lah ketersediaan
obat-obatan terhadap rujukan, kalau tidak ada obat nya disini, di Rumah Sakit kan lengkap, tidak bisa disuruh besok datang
lagi kesini dek, karna kan tidak bisa dipastikan . Tapi obat jantung, kalau pasien BPJS kan biasa pake obat-obat paten itu
kan tidak ada disini ya minta lah ke RS. Kalau di puskesmas kan yang obat-obat dasar nya disini dek, tapi itulah tadi dek,
kadang-kadang ada, kadang tidak. Tapi obat-obat tertentu, kayak obat hipertensi Amlopidin ini, sering obat ini masuk, tapi
sering habis gitu, mungkin karena banyak nya pasien.
Informan IX Kalau obat saya rasa lengkap, lain lah kalau udah habis dia,
kalau dari dinas ya lengkap dikirim, misalnya penyakit disini banyak HISPA, kalau obat nya udah habis, kan tidak lengkap
dia, tapi pernah ada. Misalnya penyakit gula, kita sediakan obatnya, tapi pasien kita sedikit yang datang, kan obatnya jadi
sisa. Jadi ada obat yang tidak digunakan, ada juga yang terlalu banyak digunakan sampai kurang. Kalau obat tidak ada?
reseplah, jadi apa mau kita bikin kalau tidak ada, ya kita suruh beli di tempat orang lah, beli di apotik, kita sarankan beli yang
ini gitu. Tetapi seharusnya orang farmasi nya yang ngurus ke dinas kan? Kalau kita lagi mengobati tapi obat tidak ada, ya
inisiatif sendiri lah beli obat nya. Kalau masih bisa diganti , ya diganti lah ke obat lain yang sama, tapi kalau betul-betul tidak
ada ya gitu lah. Kalau ada pasien yang masih bisa ditangani tapi ngotot mita rujukan kami buat APS, atas permintaan
sendiri, di rumah sakit nanti di tolak itu.
Informan X
Selama disini saya belum pernah disuruh beli obat, selama masih ada ya obatnya disini. Ya kalau misalnya disini memang
tidak ada ya apa boleh buat, ya harus beli di apotik luar, kan tidak mungkin saya minta dari puskesmas lain. Karena mereka
sesuaikan obat yang ada dengan pasien.
Informan XI
Tidak pernah disuruh beli obat di luar, karena saya mau rujukan, tetapi saya pernah cek gula sekali disini, karena gula
saya juga tinggi. Terpaksa beli diluar kalau tidak ada obat disini. Tetapi seharusnya ada lah di puskesmas, tetapi kalau
disuruh beli saya mau.
Informan XII
Enggak pernah dikasih obat, dari sini kan ibu minta rujukan aja, tidak minta obat. Ya harus ada lah, kan tidak semua pasien
seperti saya harus ke RS yang lengkap obat-obatan nya. Kalau tidak ada obatnya, ya berusahalah , entah kalau tidak ada
persediaan obat di telepon siapa, ini ada pasien pas lagi tidak
Universitas Sumatera Utara
ada obat kan begitu memang harusnya petugas ini. Petugas kan ini seharusnya udah dilatih. Tidak mungkin tinggal diam,
disuruh pasien pulang.
Informan XIII Belum pernah, saya bukan berobat, kan minta rujukan, jadi
tidak diberikan obat. Ya beli diluar lah, di apotik. Kalau saya pribadi mau, daripada tidak ada.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil observasi peniliti terhadap jumlah obat-obatan yang ada di Puskesmas Mandala sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159MenkesSkV2014 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328 Menkes Sk Ix 2013
Tentang Formularium Nasional bahwa dari 237 jenis obat-obatan yang seharusnya ada di Puskesmas yang tersedia di Puskesmas Mandala ada sebanyak 133 jenis
obat . Dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 8 Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159 Menkes Sk V2014 Tentang Formularium
Nasional
KELAS TERAPI SUB KELAS TERAPI NAMA GENERIK
1. Analgesik antipiretik, antiflamasi, non steroid antipirai
1. Kodein 2. Asam mefenamat
3. Ibuprofen 4. Natrium diklofenak
5. Paresetamol 6. Tramadolol
7. Alopurinol 8. Probenesid
√ √
√ √
√
2. Anestesik
1. Etil klorida 2. Lidokain
3. Ketamin 4. Oksigen
5. Atropin √
√
√
Universitas Sumatera Utara
6. Diazepam
3. Antialergi dan obat untuk anafilaksis
1. Deksametason 2. Difenhidramin
3. Epinefrin adrenalin 4. Klorfeniramin
5. Loratadin √
√ √
√
4 Antidot dan obat lain untuk keracunan
1. Atropin 2. Kalsium glukonat
3. Natrium bikarbonat 4. Natrium tiosulfat
5. Karbon adsorben 6. Magnesium sulfat
√ √
5 Antiepilepsi
– antikonvulsi
1. Adiazepam 2. Fenitoin na
3. Fenobarbital 4. Karbamazepin
5. Magnesium sulfat 6. Valproat
√
6 Antiinfeksi
1. Albendazol 2. Mebendazol
3. Pirantel pamoat 4. Prazikuantel
5. Dietikarbamazin 6. Prazikuantel
7. Amoksisilin 8. Ampisilin
9. Benzatin penisiin 10.fenoksimetil penisilin penisilin v
11. Prokain benzilpenisiin 12. Doksisiklin
13. Tetrasiklin 14. Kloramfenikol
15. Kotrimoksazole dewasa kombinasi
16. Trimetropin 17. Kotrimoksazol forte kombinasi
18. Eritromisin √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Universitas Sumatera Utara
19. Siprofloksasin 20. Metronidazol
21. Depson 22. Klofazimin, micronized
23. Rifampisin 24. Etambutol
25. Isoniazid 26. Pirazinamid
27. Streptomisin 28. Kombinasi untuk dewasa: paduan dalam bentuk dosis
tetap kdtfdc 29. Kombinasi untuk dewasa: paduan dalam bentuk dosis
tetap kdtfdc 30. Kombinasi untuk anak : paduan dalam bentuk dosis
tetap kdtfdc 31. Kombinasi untuk anak : paduan dalam bentuk dosis
tetap kdtfdc 32. Kombinasi untuk dewasa: paduan dalam bentuk
kombipak 33. Kombinasi untuk dewasa : paduan dalam bentuk
kombipak 34. Kombinasi untuk anak : paduan dalam bentuk
kombipak 35. Kombinasi untuk anak : paduan dalam bentuk
kombipak 36. Metenamin mandelat heksamin mandelat
37. Nitrofurantoin 38. Griseofulvin micronized
39. Ketokonazol 40. Nistatin
41. Metronidazol 42. Doksisiklin
43. Antimalaria kombinasi : 44. Artemether
45. Artesunat 46. Artesunat tab 50 mg
47. Kombinasi kombipak 48. Kuinin
49. Primakuin 50. Asiklovir
51. Zidovudin √
√
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√
√
7 Antimigren
1. Propanolol 2. Ergotamin
√ √
Universitas Sumatera Utara
8 Antiparkinson
1. Kombinasi benserazid, levodopa 2. Triheksifenidil
√
9 Obat yang mempengaruhi darah
1. Asam folat 2. Ferro sulfat
3. Kombinasi asam sulfat, ferro sulfat 4. Sianokobalamin vit b12
5. Fitomenadion vit k1 √
√ √
√
10 Mata
1. Fluoresein
11 Disinfektan
1. Etanol 70 2. Paraformaldehid
√
12 Obat dan bahan untuk gigi
1. Eugenol 2. Formokresol
3. Gutta percha dan paper points 4. Kalsium hidroksida
5. Klorfenol kamfer mentol chkm 6. Klorheksidin
7. Natrium hipoklorit 8. Pasta pengisi saluran akar
9. Nistatin 10. Fluor
11. Bahan tumpatan sementara 12. Glass ionomer art atraumatic restorative treatment
13. Komposit resin 14. Anestetik lokal gigi kombinasi : lidokain hcl 2 +
epinefrin 1 : 80.000 15. Articulating paper
16. Etil klorida 17. Lidokain
18. Pasta devitalisasi non arsen 19. Amilorid
20. Furosemid 21. Spironolakton
√
√ √
√
√ √
√ √
13 Hormon, obat endokrin, dan kontrasepsi
Universitas Sumatera Utara
1. Glibenklamid 2. Glimepirid
3. Glipizid 4. Metformin
5. Kombinasi : levonorgestrel 150 mcg,etinilestradiol 30 mcg
6. Medroksi progesteron asetat 7. Copper t
8. Etonogestrel 9. Levonorgestrel
10. Lugol 11. Propiltiourasil
12. Hidrokortison 13. Prednison
14. Deksametason 15. Linestrenol
√ √
√
√ √
√ √
14 Obat kardiovaskuler
1. Atenolol 2. Diltiazem hcl
3. Gliseril trinitrat 4. Isosorbid dinitrat
√
15 Antiaritmia
1. Digoksin 2. Propranolol
√ √
16 Antihipertensi
1. Amlodipin 2. Atenolol
3. Hidroklorotiazid 4. Kaptopril
5. Klortalidon 6. Nifedipin
7. Propanolol √
√ √
√
17 Antiagregasi platelet
1. Asam asetilsalisilat asetosal 2. Digoksin
3. Furosemid 4. Kaptopril
5. Epinefrin 6. Norepinefrin
7. Simvastin √
√ √
√ √
√
18 Abat topikal untuk kulit
Universitas Sumatera Utara
1. Kloramfenikol 2. Perak sulfadiazin
3. Antifungsi, kombinasi : asam benzoat, asal silisilat 4. Mikonazol
5. Nistatin 6. Betametason
7. Hidrokortison 8. Kalamin
9. Permetrin 10. Saep 2-4 kombinasi
11. Asam silisilat 12. Cal tar
13. Bedak salisil √
√ √
√ √
√
√
√
19 Larutan elektrolit, nutrisi, dan lain-lain
1. Garam orait kombinasi 2. Natrium bikarbonat
3. Zinc 4. Air untuk injeksi
5. Tetrasiklin 6. Kloramfenikol
7. Betametason 8. Olopatadin
9. Metilergometrin 10. Oksitosin
11. Diazepam 12. Amitriptilin
13. Haloperidol 14. Klorpromazin
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
20 Obat untuk saluran cerna
1. Antasida kombinasi 2. Omeprazol
3. Ranitidin 4. Dimenhidrinat
5. Domperodon 6. Klorpromazin
7. Metoklopramid 8. Antihemoroid, kombinasi
9. Atropin 10. Hiosina butilbromida
11. Atapulgit 12. Garam oralit, kombinasi
13. Zinc 14. Kombinasi : koalin, pektin
15. Bisakodil √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Universitas Sumatera Utara
16. Gliserin 17. Aminofilin
18. Deksametason 19. Epinefrin
20. Salbutamol 21. Teofilin
22. Terbutain 23. Kombinasi : salmeterol, flutikason
24. Kodein √
√ √
√
21 Obat untuk penyakit paru obstruksi kronis
1. Ipratropium bromida 2. Kombinasi : ipratrobium br, salbutamol
22 Obat yang mempengaruhi sistem imun
1. Hepatitis b imunoglobulin human 2. Human tetanus imunoglobulin
3. Serum anti bisa ular : 4. Serum antidifteri a.d.s
5. Serum antirabies 6. Serum antitetanus a.t.s
7. Tetanus toxoid
23 Vaksin
1. Vaksin bcg 2. Vaksin campak
3. Vaksin kombinasi dpt + hepatitis b 4. Vaksin jerap difteri tetanus dt
5. Vaksin jerap difteri tetanus pertusis dtp 6. Vaksin jerap tetanus tetanus adsorbed toxoid
7. Vaksin polio 8. Vaksin rabies, untuk manusia
√ √
√ √
√ √
√
24 Obat untuk THT
1. Hidrogen peroksida 2. Karbogliserin
3. Lidokain 4. Oksimetazolin
25 Vitamin dan mineral
1. Asam askorbat vitamin c 2. Ergokalsiferol vitamin d2
3. Ferro fumarat 4. Ferro sulfat
5. Kalsium glukonat 6. Kalsium karbonat
√
Universitas Sumatera Utara
7. Kalsium laktat kalk 8. Kombinasi : ferro sulfat 200 mg,
asam folat 0,25 mg 9. Nikotinamid
10. Piridoksin vitamin b6 11. Retinol vitamin a
12. Sianokobalamin vitamin b12 13. Tiamin vitamin b1
14. Vitamin b kompleks √
√
√ √
√ √
√ 4.3.4 Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi Dalam
Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program JKN
Dari ke-9 petugas kesehatan di Puskesmas Mandala yang di wawancarai tentang dana kapitasi , ditemukan bahwa pemahaman mereka masih sangat
kurang, dari 9 petugas kesehatan yang di wawancarai yang mengerti hanya Kepala Puskesmas, tata usaha dan pengelola JKN hanya sekedar tahu jumlah kapitasi
saja, sedangkan seorang dokter umum mengharapkan pemberian kapitasi untuk dokter berdasarkan jumlah pasien yang dilayani. Hal tersebut dapat dilihat dari
tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Matriks Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi Dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
JKN
No. Informan Pernyataan
I Dana kapitasi disini sebesar Rp.6000 kepala, dari 44. 201
orang kan ada pembagian dana kapitasi, untuk jasa medis dia ada 60 , 35 dia untuk obat-obatan, 5 untuk operasional.
Kita digaji seperti saya dokter, memang digaji sebagai dokter mau mengobati mau semuanya harus bisa.
II Soal dana kapitasi? Yah kalau soal dana itu mana tau saya soal
itu, itu kerjaan nya kepala puskesmas, tidak tau berapa dapat nya, karena kan berdasarkan kelas-kelas juga. Seharusnya
kalau yang benar-benar itu ada kapitasi untuk dokter berapa,
Universitas Sumatera Utara
sekali pemeriksaan berapa, tapi ini kan secara global yang kita terima kan, bukan berdasarkan persentasi pasien dan dokter .
Pendapatan yang kami terima kan secara global, seharusnya kan pendapatan nya 1 pasien kan segitu kita terima, kalau saya
dapat segitu udah hebat kali gaji saya, misalnya pasien 40 kali 3000 udah berapa gaji saya itu ,tapi nyatanya gak kayak gitu,
karena ada nanti untuk perawat, dll. Seharusnya kalau yang benar-benar itu ada kapitasi untuk dokter berapa, sekali
pemeriksaan berapa, tapi ini kan secara global yang kita terima kan secara global, bukan berdasarkan persentasi pasien dan
dokter .
III Kalau soal dana kapitasi, saya tidak tahu karena bukan
wewenang saya.
IV
Dana kapitasi? tidak, saya tidak tau. Saya hanya melaksanakan tugas sebagai dokter gigi saja.
V Soal dana kapitasi? Sama sekali tidak tau, kan tata usaha nya
itu yang tau.
VI Dana kapitasi disini Rp. 6000 orang.
VII Dana kapitasi disini Rp. 6000 orang dek.
VIII Soal dana kapitasi saya tidak tahu apa-apa, kan bukan
wewenang saya? Apa semua pegawai harus tau soal itu ya? Saya tidak tahu.
IX Kalau soal kapitasi saya kurang tau lah, bukan wewenang saya.
4.3.5 Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan
Nasional
Dari 13 informan yang diteliti tidak ada yang pernah mendengar dan mengerti tentang apa itu gatekeeper. Tinginya angka rujukan rawat jalan di
Puskesmas, disebabkan banyaknya pasien yang sudah memiliki penyakit yang komplikasi sehingga harus dirujuk ulang setiap bulannya. Masyarakat masih
banyak yang belum mengerti tentang sistem rujukan berjenjang dan sering
Universitas Sumatera Utara
memaksa untuk dirujuk, fasilitas alat kesehatan dan obat-obatan di puskesmas yang masih kurang . Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Matriks Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan
Kesehatan Nasional
No. Informan Pernyataan
Informan I Kalau menurut saya ya, sesuai arahan itu lah, kita
melaksanakan sesuai itu, cuman kadang-kadang masyarakat nya kan banyak yang belum mengerti, jadi kalau dia punya
kartu dia harus ke rumah sakit,sementara kita di puskesmas ini kan bisa melayani, sesuai dengan kemampuan dokter
umum, jadi yang 155 penyakit tadi kita sudah terapkan itu, tetap kita lakukan, cuman lagi itulah masalah nya,
masyarakat nya yang kurang, gimana yah... Puskesmas Mandala dalam menghadapi 155 penyakit itu bisa di bilang
mampu lah, kita dokter disini ada 5, termasuk saya dan dia memang berkompetensi. Semua yg kami rujuk itu memang
yang butuh spesialis. Disini itu dulu salah satu rujukan yang paling tinggi itu mata, mata itu kan dulu termasuk yang
tidak bisa kita rujuk, tapi sekarang ini tidak. Darimana kita bisa mengobati, dokter mata tidak ada, jadi kalau mata ya
kita tinggal kasih rujukan . Dan sekarang penyakit kronis bisa rujuk balik , jadi kita suruh dia kemari obat nya sudah
teratur dari rumah sakit , akhirnya tiap bulan tinggal ngambil obat, jadi kita tidak mengeluarkan rujukan . Kan
yang banyak dirujuk itu hipertensi dan DM. Kalau pasien JKN angka rujukan nya tinggi memang betul, karena
mereka tau nya dia punya kartu itu untuk di rujuk, sekarang aja baru agak berkurang apa orang itu, kayak orang Cina,
dulu dia berebut ngambil kartu kelas paling bawah, sampai RS dia bayar VIP, dia cuman minta kartu untuk bisa ke RS.
Jadi memang dulu orang beranggapan puskesmas ini hanya untuk ke rumah sakit. Saya tau tentang 155 penyakit itu,
kan ada banyak itu di daftar nya, tetapi saya tidak hapal.
Informan II
Terkadang pelayanan nya itu tidak sesuai dengan banyak nya pasien yang berkunjung, komunikatif nya akhirnya
tidak tercapai, pasien saya minimal 40 orang sehari, kalau bisa 10 menit per orang udah berapa waktunya sampai sore
kita tidak siap-siap, kalau dokter sama pasien itu minimal 10 menit . Terlalu banyak yang kita layani dan kemudian
pasien pun terlalu banyak menuntut . Ya kalau menurut standard pelayanan primer belum cukup karena 1 pasien 10
menit, ini yang terlayani cuman 3 menit tidak sampai , jadi
Universitas Sumatera Utara
kan kepuasan pelanggan itu kan tidak puas , tapi itulah keadaan kalau di puskesmas. Ya bisa dibilang puskesmas
belum mampu menjadi gatekeeper. Saya tau mengenai daftar 155 penyakit yang harus ditangani di puskesmas ,
apalagi saya kan dosen juga, hanya menurut saya itu seharusnya ditambahkan lagi. Kan ada namanya standard
kompetensi 3A, di standard kompetensi kedokteran itu ada namanya 3A, jadi yang golongan 4 itu wajib bisa ditangani
dokter umum, itu kalau ditambah kompetensi 3A keatas lebih dari 150 penyakit . Kebetulan saya staff pengajar, jadi
tau saya mana yang kompetensi . Si fasilitas obat td masalahnya kan, si pasien jg tidak mengerti, kenapa? karena
promotif dan preventif , kan seharusnya puskesmas itu 65 promotif dan preventif, 35 kuratif, kenyataan nya kalau
bertambah banyak pasien gini puskesmas gagal, kenapa gagal? Karena program promotif dan preventif nya gagal.
Kalau sudah terpaksa kali dibuat APS atau Atas Permintaan Sendiri , dengan tanda kutip masih termasuk penyakit yg
155 penyakit itu, nanti di rumah sakit mereka tidak dilayani, kembali kesini dengan marah-marah. Seharusnya
yg 155 penyakit itu di sosialisasikan, baik dari BPJS ke pasien, pada saat pembuatan kartu BPJS itu diberitahukan
kepada pasien tentang daftar penyakit yg tidak boleh dirujuk. Kan kadang-kadang pasien ini yg tidak mengerti ,
datang marah-marah saya sudah bayar sekian, padahal penyakit nya hanya flu, ada pula keluarga nya di rumah
sakit, tante nya lah yang di murni teguh jadi minta di rujuk. Seperti itu kenyataan nya. Selalu kami hadapi kayak gitu,
pasien datang memaksa, marah-marah, padahal masih bisa ditangani disini. Saya tanya sakit apa, sakit flu tetapi mau
dirujuk, udah pernah berobat belum? Si pasien jawab belum, seharusnya kan masih bisa ditangani disini , tetapi tidak
mau, ngamuk-ngamuk, daripada kita berdebat terus-terusan , setiap hari 10 orang ada yang seperti itu , kalau sesekali
masih tenang jantung saya , ini sehari 10 orang ada . Seharusnya tidak kita rujuk, tetapi orang memaksa di rujuk,
masalah yang kita hadapi kayak gitu lah selalu, hanya infeksi, udah batuk saya seminggu, kan masih bisa ditangani
itu , bisa aja dia batuk karna dia merokok terus, memaksa pula mau di rujuk, pasien bilang mau di rontgen, mau
general check up dan itu hak dia . Yang paling parahnya lagi, dipaksa nya kita buat rujukan tapi kita tidak tau
penyakitnya apa, di kau kau kan nya kita , dokternya bodoh tidak tau penyakitnya apa, padahal pasien nya tidak disini
datang, mamaknya datang anaknya mau dirujuk, anak saya sakit masa dokter tidak tau, bodoh kali dokter , kan di surat
Universitas Sumatera Utara
rujukan itu harus kita buat kira-kira arah observasi penyakit nya kemana, tidak kita buat kita salah, sedangkan kita tidak
tau bagaimana keadaan pasien, memang nya kita dukun bisa tau dari jauh penyakit orang?
Informan III Kalau menurut saya kebanyakan pasien itu tidak mengerti
mana penyakit yang mau dirujuk mana yang bisa ditangani di FKTP itu, banyak pasien yang tidak mengerti. Ya itu jadi
kita sering misscomunication sama pasien nya, pasien nya maksa. Itu sih kalau pendapat saya, kebanyakan pasien tidak
mengerti. Ya kita adu pendapat dulu, ujung-ujungnya jadi berantem . Itulah karena BPJS nya kurang sosialisasi
terhadap pemegang kartu BPJS . Angka rujukan disini tinggi ya karna pasien tidak mengerti, capek kita menjelaskan
sampai mau berantem kita . Kalau soal mampu ya secara umum bisa dibilang tidak mampu, karena tidak dibantu, ya
tidak di bantu sosialisasi kepada pemegang kartu BPJS, mereka harusnya sosialisasikan , kalau penyakitnya seperti
ini tidak boleh dirujuk, malah jadi kita yang menerangkan . Bahkan kalau dia minta ke Puskesmas Mandala , tidak
dikasih tau rayon-rayon nya itu apa aja , kebanyakan pasien tidak tau, misalnya Puskesmas Mandala, puskesmas itu kan
tidak bisa langsung dirujuk ke RS tipe A, terus yg tipe B pun tertentu, misalnya ada 7, Puskesmas itu bisa ke RS apa
aja, malah nanya sama kita. Jadi tugas kita bertambah, jadi sangat membebankan, makanya naik darah aja kerjaan .
Daftar penyakit itu? Oh banyak dek , 144 , ya tau lah banyak itu, malah nambah jadi 155, orang saya dokter ya
saya tau, jd kayakmana mau merujuk pasien nya kalau tidak tau. Minta sendiri? Ya kita terangkan dulu , kalau memang
penyakitnya tidak bisa ditangani ya kita rujuk, kalau memaksa ya APS, biar BPJS nya tau.
Informan IV
Belum mampu menjadi gatekeeper, karena peralatan nya belum lengkap, dan terlalu banyak nya pasien, jadi kerjanya
tidak maksimal. Ini kan 2015 kan alatnya masih yang lama, trus pun bahan-bahan yang dari BPJS kan seperti bahan
tambalan gigi kan belum ada. Baru awal-awal tahun 2016 ada bahan tambalan . Jadi mulai aktif nambal, bersihkan
garang gigi baru akhir-akhir ini aja. Jadi sebelumnya, karena bahan-bahan nya tidak ada langsung dirujuk, makanya
banyak rujukan . Kami buat di situ peralatan kurang lengkap dan bahan tidak ada. Tapi sekarang udah mulai berkurang .
Pokoknya kebutuhan dasar seperti needle udah mulai terpenuhilah . Daftar penyakit yang harus ditangani? Untuk
gigi? Ada kami dikasih catatan nya , tapi tidak tau untuk yang umum. Kalau pasien memaksa minta rujukan ,
Universitas Sumatera Utara
pokoknya kita kasih penjelasan dulu kan, karna ada peraturan dari BPJS nya itu . Kita jelaskan, tapi kalau masih
memaksa ya kita tulis atas permintaan sendiri lah. Karena kadang-kadang pasien ini yang tidak mengerti, ada kadang-
kadang setelah dijelaskan mau, tapi ada juga yang karna udah dokter langganan nya ya itu , pasien-pasien ngotot, ya
APS kita buat. Pernah ada pasien penyakit nya Radix, masih bisa ditangani disini, dia orang kaya dan mau di rumah sakit,
karna memang dokter langganan dia , sepertinya itu pasien mandiri. Jadi kita kasih rujukan APS.
Informan V
Kalau bisa diobatinya disini ya diobati nya, kalau tidak bisa ya dirujuk. Kalau tentang 155 penyakit itu ya tidak tau lah.
Ada itu catatan nya di meja dokter itu. Persyaratan ya ya dia harus ada kartu lah ada ktp nya yaudah itu saja persyaratan
nya.
Informan VI Sistem rujukan di puskesmas? Saya tau, yang pastinya
datang periksa minimal sekali, kalau tidak bisa ditangani baru dirujuk. Syaratnya bawa kartu identitas nya saja, bawa
kartu BPJS nya. Kan ada 144 penyakit itu. Angka rujukan tinggi disini karena pasien yang minta kan, setiap hari
berdebat disini, terus juga banyak yang rujukan ulangan karena penyakit kronis, dan tidak ada surat rujukan balik
dari Rumah Sakit. Tetapi sekarang memang sudah mulai berkurang. Sudah kita jelaskan, kalau bisa dilayani dulu,
kalau tidak baru di rujuk. Terkadang ada yang membentak- bentak, tetapi setelah kita jelaskan ada yang mau, tapi kalau
tidak mau ya kita buat APS atau Atas Permintaan Sendiri kan.
Informan VII
Semua dokter sudah mampu, mereka masing-masing sudah punya selebaran yang 155 penyakit itu, dan saya rasa sudah
mampu mendiagnosa sesuai dengan kompetensi nya.
Informan VIII Apa gatekeeper? Seharusnya iya, tapi kalau perlu ya dirujuk.
Ya bagus lah, yang bisa ditangani ,ditangani disini , patologi baru dikirim, patologi itu kalau ada kelainan baru dikirim.
Ya angka rujukan disini tinggi, misalnya sedikit-sedikit minta USG, kan tidak ada disini, ya pasien minta rujukan.
Entah kenapa dokter sekarang asal ada ibu hamil disarankan di USG, jaman dulu kan tunggu 8 bulan baru USG, kalau
sekarang asal ada ibu hamil trus USG. Rujukan meningkat? Iya lah, yang tidak pernah berobat yang patologi jadi
berobat, kunjungan pasien pun meningkat. Karena merasa rugilah, udah bayar masa tidak dipake. Jadi ya berobatlah
Universitas Sumatera Utara
entah ada nya sakit gula ku, atau enggak.
Informan IX Sebagai apa? Gatekeeper ini apa? Sebetulnya tidak bisa
kami tekan, disini ini angka yang ada ya, tidak tau kau mau buat kesimpulan kayak mana lah, sebetulnya lebih banyak
nya kami yang rujukan daripada yang berobat, seharusnya itu salah kan? Apalagi kerja semua pegawai di puskesmas
kalau pasien nya dirujuk kan gitu kan? Tapi kita tidak bisa kita bilang sama pasien itu , berobat dulu 3 hari lagi baru
rujukan, susah, dia langsung jawab ini kan BPJS saya kalau saya mau berobat kan terserah saya, misalnya kan mata,
tidak bisa di tangani ke puskesmas karena tidak ada spesialis mata, seperti itulah, pokoknya kalau ditanya, lebih banyak
rujukan lah daripada berobat. Karena sebetulnya itu tidak boleh. Sehari ada 250 pasien, yang dirujuk bisa lebih dari
setengah nya sekitar 150 orang. Pokoknya lebih banyak dirujuk lah. Makanya banyak rujukan, karena panyak pasien
rujukan ulang, misalnya CA, kan tiap minggu harus kontrol ke RS, habis rujukan nya, minta lagi.
Informan X Apa? Oh penapis rujukan. Sudah bisa dibilang mampu,
karena saya liat urusan rujukan lancar aja. Tidak bisa kalau tidak parah di RS, kalau hanya demam dan pilek tidak
mungkin dirujuk, tapi kalau udah berobat dan tidak sembuh juga baru lah dirujuk. Kalau cuman flu , demam mana mau
ditangani di RS, pasti ditolak mereka itu.
Informan XI
Belum pernah dengar, saya kan berasal dari Nias, berobat di puskesmas disana, lalu kami di rujuk ke RS Gunung Sitoli,
dokter disana kan karna tidak sanggup makanya disuruh di rujuk ke RS di Medan. Tau lah, kalo puskesmas itu pasti
terbatas itu, kalau di rs kan lengkap. Kalau puskesmas ini dalam pemberian rujukan ya bagus lah, disini aja, urusan
nya cepat, cuman 15 menit siap surat rujukan nya
Informan XII Ya ditangani mereka, sesuai dengan target, saya sudah 3 kali
saya kesini, ke 4 kali saya datang siang disuruh pulang karena dokter udah pulang , tidak mungkin petugas yang
menandatangani kan. Kecuali kalau si pasien sudah parah kali baru langsung dibawa ke RS, baru stelah itu petugas
disana bertanya, kalau pasien BPJS disuruh minta rujukan nya ke puskesmas. Kalau puskesmas pasti terbatas, tetapi
cepat pengurusan surat rujukan nya
Informan XIII Ya kalau sudah parah lah baru dirujuk.
Universitas Sumatera Utara
84
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mandala Terhadap Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memilki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Menurut Gulo 2015 sumber daya manusia merupakan komponen yang
sangat penting agar terbentuknya suatu pelayanan yang bermutu. Sumber daya manusia yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar diperlukan
sebagai dukungan dalam menciptakan layanan yang menjadi saringan dalam mengurangi pelayanan rujukan yang tidak sesuai dengan syaratnya.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketigabelas orang informan bahwa jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala sudah cukup bahkan berlebih.
Menurut seorang doketer umum, bahwa beberapa pegawai tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksi nya masing-masing. Seperti petugas analisis lab
yang tidak bekerja di bidang nya , bidan yang dipekerjakan ke bagian kartu, serta perawat yang bekerja ke bagian farmasi. Pemahaman petugas tentang sistem
rujukan sudah cukup baik, namun tidak semua mengingat tentang 155 penyakit yang harus ditangani di puskesmas. Namun angka rujukan di puskesmas masih
tinggi. Alasan nya jumlah kunjungan pasien yang terlalu banyak, kurang lengkap
Universitas Sumatera Utara
nya fasilitas kesehatan di puskesmas serta tidak tersedianya dokter spesialis. Puskesmas beranggapan bahwa jika ada dokter spesialis yang datang kesana maka
angka rujukan bisa berkurang. Sejalan dengan pernyataan tata usaha yang mengatakan: tenaga kesehatan
kita disini cukup dan berlebih, sudah sesuai dengan Permenkes, terutama di bagian perawat, bidan dan tenaga penyuluh nya, SKM nya ada 4 loh disini, 5
sama saya. Jadi dia tidak punya kerja kalau terlalu banyak gitu. Cuman mungkin tenaga spesialis kita memang tidak punya, mungkin itu yang harus dilengkapi
oleh BPJS. Karena itulah angka rujukan tinggi. Kalau saja ada tenaga spesialis, minimal 2 kali saja seminggu saya rasa rujukan bisa berkurang.
Ketersediaan sumber daya manusia di Puskesmas Mandala sudah cukup dari segi kuantitas. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tersebut sebanyak 39
orang, dengan rincian 5 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 4 orang SKM, 10 orang bidan, 11 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang apoteker, 1 orang
asisten apoteker, 2 orang analisis, 1 orang gizi dan 1 orang tenaga kesehatan lingkungan.
Dengan jumlah tenaga kesehatan yang sudah mencukupi standard minimal pegawai di puskesmas diharapkan puskesmas mampu memberikan pelayanan
yang terbaik. Namun pada kenyataan nya kelebihan jumlah pegawai terkadang justru berdampak pada kurang maksimalnya pelayanan yang diterima masyarakat.
Dan didukung oleh pernyataan pasien : saya tidak tahu berapa jumlah pegawai nya, tapi saya rasa sudah kelebihan pegawai, apalagi di bagian
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran, 1 ruangan yang kecil itu ada 4 orang, terlalu padat, jadi saya rasa kurang efektif. Mereka jadi bergosip..
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, standard minimal tenaga kesehatan di puskesmas kawasan perkotaan
adalah :
Tabel 5. 1 Kebutuhan Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
No.
Jenis Tenaga Puskesmas Kawasan
Perkotaan Puskesmas
Mandala Non Rawat
Inap Rawat Inap
1. Dokter Umum
1 2
5 2.
Dokter Gigi 1
1 2
3. Perawat Perawat gigi
5 8
11 1 4.
Bidan 4
7 10
5. Tenaga kesehatan
masyarakat 2
2 4
6. Tenaga Kesehatan
Lingkungan 1
1 1
7. Ahli teknologi
laboratorium medik 1
1 2
8. Tenaga Gizi
1 2
1 9.
Tenaga Kefarmasian 1
2 2
10. Tenaga Administrasi
3 3
- 11.
Pekarya 2
2 -
Jumlah 22
31 39
Dari tabel 5.1 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sumber daya manusia di Puskesmas Mandala sudah mencukupi dan melebihi standard yang telah
ditetapkan. Hal ini seharusnya dapat membuat pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala menjadi lebih optimal. Namun banyak nya pasien dan ketidakpahaman
pasien tentang sistem rujukan berjenjang yang mengharuskan pasien ditangani dulu di puskesmas masih menjadi salah satu kendala terbesar di Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
Mandala. Pemahaman pegawai di Puskesmas Mandala mengenai daftar 155 jenis penyakit yang wajib ditangani di fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama juga masih
kurang. Hal ini dapat dilihat dari : Hasil wawancara dengan dokter : tentang pegawai Puskesmas Mandala
mengetahui sistem rujukan dalam era JKN? kalau soal rujukan ya tau lah, tetapi kalau soal 155 penyakit itu belum tentu semua tau, sedangkan dokter aja belum
tentu tau semua apalagi pegawai itu. Menurut Gulo 2015 masyarakat tidak bisa menghindari kebiasaan yang
terjadi ditahun-tahun sebelumnya terbukti pada Puskesmas Botombawo masih banyak pasien yang meminta untuk dirujuk langsung kerumah sakit dengan alasan
puskesmas tidak lengkap baik itu dari dokternya maupun ketersediaan obat yang masih kurang. Hal ini juga terjadi di Puskesmas Mandala kebanyakan pasien yang
belum mengerti tentang sistem rujukan di era JKN menganggap bahwa puskesmas bisa mengeluarkan surat rujukan ke rumah sakit karena itu adalah hak mereka
meskipun penyakit nya masih bisa ditangani di puskesmas. 5.2 Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan Puskesmas Mandala dalam
Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
Ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai penegakkan diagnosa dan mendukung
terselenggaranya pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Fasilitas alat kesehatan yang memadai dapat meningkatkan kinerja Puskesmas dalam
melakukan pemeriksaan kepada pasien dan merupakan suatu keharusan untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan rujukan akibat keterbatasan sarana tersebut, jika fasilitas dan sarana penunjang kesehatan kurang lengkap maka proses mendiagnosa pada pasien akan
terganggu dan hal ini menyebabkan petugas kesehatan harus merujuk pasien kerumah sakit sehingga akan berdampak pada meningkatnya terjadi rujukan di
rumah sakit.
Peralatan kesehatan di puskesmas harus sesuai dengan Kepmenkes No.118MenkesSKIV2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan. Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi peneliti dari 115 item yang harusnya tersedia, di Puskesmas Mandala hanya tersedia 30 item.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas kesehatan di Puskesmas Mandala masih dalam keadaan
kurang, ada juga barang yang tersedia namun tidak bisa dipakai karena ruangan yang tidak muat seperti bed rest, ada peralatan yang sedang rusak dan sedang
dalam pengusulan seperti bed genekolog untuk memeriksa ibu hamil. Para dokter menggunakan peralatan yang ada untuk mengganti fungsi peralatan yang tidak
ada seperti senter khusus untuk THT. Mobil puskesmas keliling memang ada di puskesmas, namun sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Fasilitas alat
kesehatan dasar di Puskesmas Mandala seperti stetoscope memang disediakan dari puskesmas, hanya saja dari segi kualitas masih kurang baik, sehingga dokter
menggunakan stetoscope nya pribadi. Alat-alat untuk pemeriksaan THT sama sekali tidak tersedia di puskesmas, sehingga dokter mendiagnosa berdasarkan
pengalaman saja.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan wawancara dengan kepala puskesmas : gedung puskesmas nya masih bagus tapi ruangan nya yang tidak mencukupi. Ruangan kan
seharusnya ada bed rest. Contohnya kita dapat bed , tapi karena ruangan nya kecil dan tidak bisa dimasukkan, jadi tidak bisa digunakan.
Puskesmas Mandala memiliki laboratorium yang berfungsi untuk pemeriksaan darah rutin, urine rutin, faeces rutin, kadar gula darah, plano test,
golongan darah, serta sputum dahak. Namun menurut wawancara dengan perawat ada kasus pasien yang menjadi suspect penyakit thypus namun karena
fasilitas alat kesehatan di laboratorium tidak lengkap maka pasien dirujuk ke rumah sakit.
Berdasarkan observasi di lapangan ketersediaan sarana dan prasarana alat kesehatan Puskesmas Mandala yang sesuai dengan kompendium alat kesehatan
adalah 30 item dari 155 item. Diantaranya alat kesehatan Elektromedik di Puskesmas Mandala hanya memiliki ketersediaan 5 item saja yaitu automatic
sphymomanometer, dental unit, lampu periksa halogen, sterilisator kering dan pocket fetal heart rate monitor doppler. Ketersediaan alat kesehatan non
elektromedik Puskesmas Mandala memiliki 19 item yaitu dental cement, disposable syringe, auto disable disposable syringe, kasa hidrofil, kasa pembalut,
kondom, masker bedah, masker oksigen, plester, stethoscope manual, tensimeter manual dengan air raksa, tensimeter manual dengan jarum, urine bag, wing
needle, termometer raksa, timbangan bayi, timbangan injak dewasa, tabung oksigen + regulator dan tempat tidur periksa.
Universitas Sumatera Utara
Pada Produk Diagnostik In Vitro Puskesmas Mandala hanya memiliki 6 item yaitu Glucosa Analizer, glucose test strip, tes kehamilan cepat pregnancy
rapid test, uji mycobacterium tuberculosis – IggIgm, urid reagent serta urid acid
test strip. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilaksanakan di
Puskesmas Mandala kelengkapan sarana dan prasarana puskesmas yang masih belum lengkap sehingga akan mempengaruhi dokter dalam memberikan
pelayanan dan terpaksa memberikan rujukan kepada pasien. Hal ini didukung dengan jawaban dari 11 dari 13 orang informan yang juga mengakui bahwa
jumlah sarana dan prasarana memang belum memadai atau belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga peningkatan rujukan di Puskesmas Mandala tidak
bisa dibendung. Namun puskesmas sedang mengajukan permohonan kepada BPJS agar fasilitas kesehatan di Puskesmas Mandala segera dilengkapi.
5.3 Ketersediaan Obat-Obatan Puskesmas Mandala dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan
Kesehatan Nasional
Menurut Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, pengadaan obat-obatan terutama untuk
obat peserta JKN tidak terpisah dengan obat-obatan lain. Pelayanan obat untuk peserta JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di lakukan oleh apoteker.
Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Formularium nasional dan harga obat yang tercantum
dalam e-katalog obat.
Universitas Sumatera Utara
Program Jaminan Kesehatan Nasional tidak di memperbolehkan puskesmas untuk melakukan pembelian obat langsung tetapi perencanaan obat
atau pengadan obat di lakukan oleh dinas kesehatan, obat terdapat dalam Fonas dan biayanya terdapat dalam e-katalog.
Sejalan dengan pernyataan pengelola obat
di Puskesmas Mandala bahwa pengadaan obat di puskesmas dilakukan dengan melaporkan kebutuhan obat yang diketahui dari kunjungan pasien kepada Dinas
Kesehatan Kota Medan, lalu dari Dinas Kesehatan akan memberikan laporan tersebut ke gudang farmasi, setelah itu obat akan dikirim ke puskesmas setiap
bulannya. Obat-obatan yang dikirimkan setiap bulan tetap sama
.
Meskipun terkadang terjadi kekosongan obat, puskesmas tidak membuat perencanaan baru ,
karena obat-obatan di puskesmas merupakan obat-obatan dasar dan dibuat sesuai kebutuhan pasien nya.
Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat sesuai dengan standar sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 159MenkesSkV2014 Tentang Formularium Nasional. Dari 237 jenis obat yang seharusnya tersedia, Puskesmas Mandala
memiliki 133 jenis obat-obatan. Diantaranya obat yang ada di Puskesmas Mandala adalah beberapa jenis
obat seperti analgesik, antipiretik, antiinflamasi non steroid, antipirai tersedia 5 item, anestesik tersedia 3 item, antialergi dan obat untuk anafilaksis tersedia 4
item, antidot dan obat lain untuk keracunan tersedia 2 item,antiepilepsi- antikonvulsi 1 item, antiinfeksi tersedia 34 item, antimigren 2 item, antiparkinson
1 item, obat yang mempegaruhi darah tersedia 4 item, disinfektan 1 item, obat
Universitas Sumatera Utara
dan bahan untuk gigi tersedia 8 item, hormon, obat endokrin dan kontrasepsi tersedia 7 item, obat kardiovaskuler 1 item, antiaritmia tersedia 2 item,
antihipertensi tersedia 4 item, antiagregasi platelet tersedia 6 item, obat topikal untuk kulit tersedia 8 item, larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain tersedia 10 item,
obat untuk saluran cerna tersedia 15 item, vaksin tersedia 7 jenis item, vitamin dan mineral tersedia 8 item.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 13 informan ketersediaan obat- obatan di Puskesmas Mandala terkadang cukup namun terkadang terjadi
kekosongan terutama antibiotik, obat-obatan untuk epilepsi seperti fenobardital yang tidak pernah ada di puskesmas, obat PTU untuk thyroid dan obat penghilang
rasa sakit yang seharusnya ada di puskesmas tetapi tidak ada. Menurut dokter apabila terjadi kekosongan obat maka pasien akan diberikan obat pengganti yang
sejenis. Didukung dengan pernyataan dari dokter : jika obat yang ingin diberikan
tidak ada, maka obat yang ada disini kita berikan, pasien pasti kita kasih obat, misalnya ada infeksi yang komplikasi, kita harapkan ada obat antibiotik X
ternyata yang ada antibiotik A saja, maka yang A itu lah kita berikan dulu, diberikan obat pengganti, masalah sensitif atau gak sensitifnya ya begitulah,
akhirnya kan si pasien lama sembuh, karena gak sensitif obatnya, ternyata jadi resisten, ujung-ujungnya di rujuk lah .
Universitas Sumatera Utara
5.4 Pemahaman Petugas Kesehatan Tentang Dana Kapitasi Dalam Pelayanan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
JKN
Berdasarkan hasil wawancara dengan kesembilan petugas kesehatan hanya kepala puskesmas yang benar-benar mengerti mengenai jumlah dana kapitasi
yang diberikan setiap bulannya. Dimana jumlah peserta BPJS di Puskesmas Mandala sebanyak 44.201 orang dengan besaran dana kapitasi sebesar Rp. 6.000
orang. Sebanyak 60 digunakan untuk jasa medis, 35 untuk obat-obatan, 5 untuk operasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan BPJS No.2 Tahun 2015 yang
menyatakan puskesmas atau fasilitas kesehatan yang apabila memiliki dokter paling sedikit 3 tiga orang dengan perbandingan 1 satu orang dokter
berbanding dengan paling banyak 5.000 lima ribu peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 satu orang, dan membuka waktu pelayanan 24 dua puluh
empat jam setiap hari memperoleh kapitasi sebesar Rp.6.000,00 enam ribu rupiah.
Manfaat dari penerapan sistem kapitasi BPJS Kesehatan, 2014 yaitu: 1.
Sistem serta beban administrasi pihak pengelola dana ataupun pemberi pelayanan
kesehatan akan
lebih sederhana
karena sistem
pengadministrasinya tidak terlalu rumit. 2.
Insentif bagi pemberi pelayanan kesehatan relatif lebih stabil karena tidak terlalu dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mencegah kerugian mendorong pemberi pelayanan kesehatan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga biaya kesehatan lebih efektif dan efisien.
Sehingga seharusnya dana kapitasi dapat mendorong puskesmas untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, baik dari segi fasilitas kesehatan
maupun obat-obatan, sehingga pasien dapat dilayani dengan baik di puskesmas dan tidak dirujuk.
Dari segi pemahaman petugas kesehatan akan manfaat dana kapitasi juga masih kurang, padahal hal ini penting untuk sama-sama meningkatkan kesadaran
akan pentingnya melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Seperti penelitian oleh Suhartati 2015 mengatakan pemahaman pihak Puskesmas 5 Ilir
dan Puskesmas Merdeka masih belum mengetahui tentang pengaruh risiko keuangan yang dihadapi dokter apabila rasio rujukan melebihi dari standar BPJS
Kesehatan. Dan menurut penelitian Wulandhani 2012 sebaiknya puskesmas memiliki perencanaan dalam pengelolaan dana kapitasi agar kapitasi yang
diterima dapat menjadi insentif bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan di puskesmas. Pemahaman dokter puskesmas terhadap kapitasi masih perlu
ditingkatkan karena peningkatan pemahaman kapitasi dokter puskesmas dapat menurunkan rasio rujukan.
Pemahaman kapitasi sangat penting bagi dokter puskesmas agar dapat mengendalikan pelayanan kesehatan peserta Askes. Dokter
puskesmas juga harus mengetahui berapa peserta Askes yang terdaftar di puskesmasnya. Hal ini penting karena merupakan langkah awal dari rencana
program pelayanan kesehatan yang akan diberikan seperti perencanaan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
obat, alat kesehatan, serta perhitungan jasa pelayanan yang akan dibayarkan oleh PT Askes Persero.
5.5 Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan