obat, alat kesehatan, serta perhitungan jasa pelayanan yang akan dibayarkan oleh PT Askes Persero.
5.5 Puskesmas Mandala sebagai gatekeeper dalam Pelayanan Rujukan
Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
Menurut Panduan Praktis Gatekeeper Concept oleh BPJS bahwa gatekeeper adalah konsep sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Puskesmas sebagai gatekeeper berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan serta kendali mutu dan
biaya. Puskesmas juga terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga diharapkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan lebih tinggi. Tujuan konsep implementasi gatekeeper adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan peran fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam sistem
pelayanan kesehatan, 2.
Mengoptimalkan fungsi fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kompetensinya,
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasiltias kesehatan tingkat
lanjutan dengan melakukan penapisan pelayanan yang perlu dirujuk sehingga mengurangi beban kerja rumah sakit,
4. Menata sistem rujukan,
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan kepuasan peserta dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Puskesmas yang mampu menjalankan fungsi nya sebagai gatekeeper akan
mengurangi beban negara dalam pembiayaan kesehatan karena mampu menurunkan angka kesakitan dan mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan. Oleh karena itu Puskesmas Mandala sebagai salah satu FKTP diharapkan mampu menjalankan fungsi nya sebagai gatekeeper.
Berdasarkan wawancara mendalam, ketigabelas informan menyatakan belum pernah mendengar apa itu gatekeeper atau penapis rujukan, namun setelah
peneliti menjelaskan pengertian tentang gatekeeper, informan dari petugas kesehatan puskesmas dapat menjelaskan tentang sistem rujukan di puskesmas dan
menyatakan puskesmas belum mampu melaksanakan fungsinya sebagai penapis rujukan karena faktor pasien yang memaksa untuk dirujuk. Sementara dari empat
orang pasien yang telah diwawancarai tidak tahu dan tidak pernah mendengar tentang puskesmas sebagai gatekeeper.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, dari segi kemampuan mendiagnosa, dokter di Puskesmas Mandala sudah mampu
melaksanakan nya sesuai dengan standard kompetensi umum yang harus dimiliki seorang dokter. Sembilan informan petugas kesehatan di puskesmas menyatakan
bahwa tingginya angka rujukan diakibatkan oleh angka kunjungan pasien yang semakin meningkat serta tingginya permintaan pasien untuk dirujuk. Kepala
puskesmas menyatakan bahwa salah satu penyakit yang paling banyak dirujuk adalah DM, hipertensi dan mata. Faktor kronisnya penyakit yang dialami pasien
Universitas Sumatera Utara
serta tidak adanya tenaga spesialis mata membuat dokter langsung memberikan rujukan. Dua orang dokter umum menyatakan angka rujukan tinggi juga
diakibatkan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem rujukan serta apa saja daftar penyakit yang dapat ditangani di puskesmas hal tersebut juga
menambah beban dokter dalam melayani pasien karena harus berulang kali menjelaskan kepada setiap pasien. Dokter gigi di puskesmas menyatakan bahwa
kurangnya fasilitas alat kesehatan membuat puskesmas merujuk pasien ke rumah sakit, serta bidan menyatakan bahwa dokter akan memberikan rujukan USG
kepada setiap pasien yang hamil, meskipun usia kandungan pasien masih dini. Sesuai prosedur yaitu rujukan diberikan atas indikasi medis, seperti pasien
yang akan dirujuk sudah diperiksa, dan disimpulkan bahwa kondisi pasien layak serta memenuhi syarat untuk dirujuk, tanda-tanda vital vital sign berada dalam
kondisi baikstabil serta transportable, memenuhi salah satu syarat berikut untuk dirujuk: a hasil pemeriksaan pertama sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi
secara tuntas. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan b penunjang medis ternyata pasien tidak mampu diatasi secara tuntas ataupun tidak mampu dilayani
karena keterbatas kompetensi ataupun keterbatasan saranaprasarana. c memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. d apabila telah diobati di fasyankes tingkat pertama dan atau dirawat di fasyankes perawatan tingkat
pertama di Puskesmas perawatan RS D Pratama, ternyata masih memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan di fasilitas pelayan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
rujukan yang lebih mampu, untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan nya dan dapat dikembalikan ke fasyankes perujuk Pedoman Sistem Rujukan, 2014.
Berdasarkan pernyataan dua orang dokter umum masih banyak pasien yang memaksa meminta rujukan, sebagian pasien yang setelah dijelaskan mau
mengerti namun banyak juga pasien yang tetap memaksa, bahkan marah-marah di puskesmas karena ingin dirujuk ke rumah sakit, bahkan ada ibu pasien yang
meminta rujukan untuk anak nya tanpa membawa anak tersebut ke puskesmas dan menyalahkan dokter karena tidak tahu penyakit si anak. Dokter terpaksa
memberikan surat rujukan dengan catatan APS atau atas permintaan sendiri. Sesuai Permenkes Nomor 001 tahun 2013 tentang sistem rujukan
berjenjang, pasien tidak berhak meminta di rujuk tetapi harus berdasarkan diagnosa penyakit atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, sesuai permenkes
tentang sistem rujukan apabila di rujuk bukan berdasarkan indikasi medis dan masih terdapat dalam 155 diagnosa berarti rumah sakit akan menolak pasien.
Berdasarkan wawancara dengan seorang informan yang merupakan perawat di bagian kartu menyatakan puskesmas tidak dapat menekan angka
rujukan di puskesmas, lebih banyak pasien yang dirujuk daripada yang diobati. Hal ini terjadi karena pasien tidak mau menunggu untuk berobat dulu lalu tiga
hari kemudian dirujuk, pasien merasa itu adalah hak mereka untuk berobat di rumah sakit. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari pasien yang
diwawancarai bahwa fasilitas kesehatan di puskesmas masih kurang lengkap. Menurut penelitian Ali 2014 bahwa pemahaman petugas tentang fungsi
Puskesmas sebagai pintu masukpenapis rujukan gatekeeper menurut Permenkes
Universitas Sumatera Utara
RI nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan di fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama di Kota Ternate
cukup baik meskipun dalam prakteknya sering tidak mengikuti aturan yang ditetapkan.
Puskesmas belum menjalankan fungsinya sebagai penapis rujukan atau gatekeeper dengan baik dan optimal. Hal ini bisa dilihat dari masih banyak terjadi
rujukan yang sebetulnya pasien bisa ditangani di Puskesmas, kendala yang di hadapi sarana prasarana pendukung masih belum lengkap dan kompetensi dokter sendiri
harus ditingkatkan juga.
Universitas Sumatera Utara
100
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan