Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

(1)

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN

SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM

BINJAI TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD TAUFIQ 101000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN

SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM

BINJAI TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

AHMAD TAUFIQ 101000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.

Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.


(5)

Abstract

Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.

This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.

Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN

DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

Ahmad Taufiq


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Taufiq

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19-februari-1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orang Tua

Ayah : (alm.) Mahmud Said, SH

Ibu : Henni Ismaini

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Madukoro No. 7 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998-2004 : SD. Negeri 060792 Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 35 Medan Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 35 Medan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahuwata`ala karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus Di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Almarhum Ayahanda Mahmud Said, SH dan Ibunda Henni Ismaini, SH yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU. Drs.


(9)

Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen penguji I yang telah memberikan arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Lita Sri Handayani, SKM, M.Kes., dr. Linda T Maas MPH, Dra. Syarifah, MS, Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc selaku dosen peminatan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Drs. Zulfendri, M.Kes., Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen yang telah membimbing dan memberikan perhatian dan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh dosen beserta staff pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Warsito, SE terimakasih sudah banyak membantu penulis selama menjalani pendidikan di FKM USU.

9. Untuk kedua adinda tersayang Muhammad Afdillah dan Allya Putri terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.


(10)

10.Abangda-abangda yang telah banyak memberikan dukungan dan pembelajaran kepada penulis. Teman-teman FKM 2010 terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis. Adik-adik stambuk terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Agustus 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAC ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Media Promosi Kesehatan ... 9

2.2. Promosi Kesehatan ... 13

2.3 Perilaku Kesehatan ... 14

2.3.1 Pengertian ... 14

2.3.2 Bentuk Perilaku ... 15

2.3.3 Teori Perilaku ... 16

2.4 Diabetes Mellitus ... 16

2.4.1 Pengertian Diabetes Mellitus ... 16

2.4.2 Jenis-Jenis Diabetes mellitus ... 18

2.4.3 Penyebab Diabetes Mellitus ... 20

2.4.4 Faktor risiko Terjadinya Diabetes Mellitus ... 21

2.4.5 Patofisiologis ... 22

2.4.6 Gejala dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Mellitus ... 23

2.4.7 Komplikasi ... 24

2.4.8 Perawatan Diabets Mellitus ... 26

2.5 Kerangka Konsep ... 31

2.6 Gambar Kerangka Konsep ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32


(12)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian.. ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian.. ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Data Primer ... 34

3.4.2. Data Sekunder ... 35

3.4.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data... 35

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional… ... 36

3.5.1. Variabel ... 36

3.5.2 Defenisi Operasional ... 36

3.6. Metode Pengukuran ... 37

3.7. Metode Analisis Data ... 38

3.7.1. Analisis Univariat ... 38

3.7.2. Analisis Bivariat ... 39

BAB 4. Hasil Penelitian... 42

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai ... 42

4.1.1. Kedudukan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai ... 42

4.1.2. Jumlah dan Jenis Pelayanan ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.2.1. Umur Responden ... 46

4.2.2. Pendidikan Responden ... 46

4.2.3. Pekerjaan Responden ... 47

4.2.4. Pengetahuan ... 47

4.2.5. Sikap ... 50

4.3. Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54

4.3.1. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54

4.3.2. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55 4.3.3. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan


(13)

Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55

4.3.4 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56

4.4. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57

4.5. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 59

5.1. Pengertian Efektivitas ... 59

5.1. Pengetahuan ... 64

5.1.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 64

5.1.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 65

5.2 Sikap ... 67

5.2.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 67

5.2.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 68

5.3. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 70

5.4. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 71


(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73

Daftar Pustaka ... 74 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 47 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Pre

Test ... 48 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Post

Test ... 49 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Pre Test ... 51 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Post Test ... 51 Tabel 4.8. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun

2015 ... 54 Tabel 4.9. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap

Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55 Tabel 4.10. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.11 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien

Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.12 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57 Tabel 4.13 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur

Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 32


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Media Brosur Lampiran 3 : Media Leafleat

Lampiran 4 : Master Data Penelitian Lampiran 5 : Out Put Penelitian Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai


(18)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.

Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.


(19)

Abstract

Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.

This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.

Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes,2010).

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang kesehatan (Hanafi,2004).

Rumah Sakit memiliki peranan penting yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Rumah Sakit agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015 (Muninjaya,2004).


(21)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2010).

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salah satu yang tercantum di dalamnya menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat, selain itu Rumah Sakit juga wajib meningkatkan mutu pelayanan dan mempertahankan standar Rumah Sakit (Depkes, 2010).

Sebagai pelayanan kesehatan masyarakat umum, rumah sakit memiliki masalah utama yaitu mengenai pelayanan yang diberikan, yaitu apakah sudah sesuai harapan pasien atau tidak. Saat ini, rumah sakit dituntut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk diberikan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Selain itu, rumah sakit juga diharapkan mampu menjaga kepercayaan konsumen dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan (Parani,1997)

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan, Tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu


(22)

penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun 2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II yang banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes mellitus tipe II tanpa gngguan insulin muncul pada usia diata 45 tahun, karena pada usia 45 tahun keatas karena tubuh sudah mengalami bnyak perubahan terutama pada organ pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Soyono, 2009).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 data epidemiologi di Indonesia prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sangat mengejutkan yaitu mengalami kenaikan sebesar 1,1% dari tahun 2007 ke tahun 2013, sedangkan untuk prevalensi diabetes mellitus pada umur > 15 tahun untuk provinsi hampir semua propinsi mengalami kenaikan prevalensi diabetes mellitus diantaranya Maluku mengalami kenaikan dari 0,5% menjadi 2,1%, Sulawesi Selatan dari 0,8% menjadi 3,4%, NTT dari 1,2 menjadi 3,3% (Balitbang Kemenkes RI 2013).

Data diatas menunjukan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia sangat besar dan mengingat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya dalam upaya pencegahan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Apabila terjadi hiperglikemia dalam


(23)

waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008). Tingginya angka prevalensi diabetes mellitus perlu dilakukan pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Pengelolaan diabetes mellitus merupakan upaya awal dalam mencegah, mengkontrol dan mengatasi diabetes mellitus dengan melakukan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Pengelolaan farmakologis dilakukan dengan pemberian obat atau pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral. Sedangkan terapi non farmakologs melalui pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Penanganan diabetes menggunakan terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan memang secara efektif mampu menstabilkan kadar gula darah penderita, namun perlu diingat bahwa kadar gula darah stabil tersebut hanya bertahan dalam waktu singkat. Dengan kata lain jka penderita ingin agar gula darahnya tetap stabil maka ia harus secara kontinyu menjalani pengobatan tersebut. Intinya pengobatan medis yang dijalani cendrung menimbulkan efek ketergantungan kepada penderita. Efek ketergantungan yang timbul akibat pengobatan medis sebenarnya dapat dianggap sebagai efek samping. Namun efek samping yang muncul tentunya akan sangat merugikan penderita karena pengobatan secara kontinyu juga belum mengatasi akar penyebab kencing manis (Soegondo, 2008).


(24)

Untuk menurunkan prevalensi kejadian diabetes mellituss maka dilakukanlah berbagai usaha yang salah satunya upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo,2005).

Tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan diabetes mellitus inistratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang (Notoatmodjo,2005)

Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya Sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap pasien tentang penyakit diabetes mellitus.

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik


(25)

melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dsb) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007)

Leaflet merupakan salah satu merupakan media promosi kesehatan yang fungsinya untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat.media leaflet memiliki keunggulan yang berisi kalimat singkat, padat dan mudah dimengerti beserta gambar-gambar yang dapat menarik minat untuk membacanya. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut.Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan pusat pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah yang dimanfaatkan masyarakat di daerah. RSUD seharusnya menjadi pusat pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh termasuk memberikan pelayanan promosi kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus . Namun, dalam kenyataannya RSUD belum bisa memberikan pelayanan yang baik, hal ini dapat dilihat banyaknya keluhan pasien


(26)

karena kurang mendapatkan informasi yang cukup baik terkait dengan penyakit diabetes mellitus sehingga tidak jarang mereka tidak datang berkunjung kembali untuk mendapatkan pengobatan (Haryati, 2004).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.R. M Djoelham Binjai merupakan orgnisasi pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan.RSUD Dr. R. M. Djoelham sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B, dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasien masyarakat didukung dengan fasilitas yang secara umum sudah cukup memenuhi standar fasilitas peralatan RSUD Kelas B. Dari data kunjungan pasien yang rawat inap di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai menunjukkan peningkatan kunjungan pasien diabetes melliitus dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sebanyak 284 orang meningkat menjadi 410 pada tahun 2013 dan di tahun 2014 meningkat menjadi 474 orang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk wawancara kepada 5 pasien diabetes mellitus bahwa mereka banyak ketika ditanya tentang diabetes mellitus ternyata 2 orang diantaranya tidak paham tentang penyakit diabetes mellitus bahkan terdapat 2 orang yang sudah 4 kali melalukan pengobatan diabetes mellitus ternyata masih kurang memahami perawatan penyakit diabetes mellitus dan hanya 1 orang yang bisa menyebutkan tentang perawatan diabetes mellitus. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis diketahui bahwa hanya sedikitditemukan poster yang ada tentang diabetes mellitus di sekitar poliklinik diabetes mellitus dan leaflet maupun brosur yang diberkan kepada pasien diabetes mellitus hanya sebahagian saja, padahal seluruhnya menyatakan membutuhkan


(27)

informasi dan edukasi tentang diabetes mellitus karena mereka menyatakan butuh informasi tentang diabetes mellitus.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui bagaimana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan penyakit diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian : bagaimanakah pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

1.3 TujuanPenelitian

Untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

1.4 ManfaatPenelitian


(28)

1) Sebagai khasanah pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait tentang Promosi kesehatan menggunakan leaflet dalam meningkatkan pemanfaatan pelayanan di rumah sakit.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan promosi kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai. 3) Sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Promosi Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media) maka dapat dibagi menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:

1) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer(selebaran), flipchart( lembar balik, rubrik, poster, foto.

a) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara


(30)

pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010). c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk

topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun


(31)

psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada. Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan (Notoatmodjo, 2010). d) Flipchart ( lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya didalam setiap lembaran buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut(Fitriani, 2011). Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. Setiap tahapan memiliki satu gambar yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu nomor maka lembaran bergambar tersebut dibalikkan begitu sampai seterusnya hingga akhir Sekumpulan lembaran balik merupakan suatu pelajaran atau informasi yang lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk segera digunakan seperlunya. Kelebihan lembar balik adalah gambar yang jelas dan dapat dilihat secara bersama-sama, menarik dan mudah dimengerti, (Sulaiman, 1985). .

e) Rubrik adalah tulisan dalam surat kabat atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan kesehatan(Fitriani, 2011).

f) Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang berbentuk cetakan, yang berisi berbagai informasi mengenai suatu produk, layanan,


(32)

program dan sebagainya. Brosur berisi pesan yang selalu tunggal, dibuat untuk menginformasikan, mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi orang. ( Anynomous)

2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.

a. Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau cerdas cermat dan sebagainya (Fitriani, 2011).

b. Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya (Fitriani, 2011).

c. Film atau video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan pesan bersifat fakta maupun fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun instruksional(Fitriani, 2011). Film atau video menjadi alat bantu belajar yang sangat baik, video dan film dapat mengatasi kekurangan keterampilan dalam membaca dan penguasaan bahasa, mengatasi keterbatasanpengelihatan, video dan film sangat baik untuk menerangkan suatu proses dengan menggunakan pengulangan gerakan secara lambat demi memperjelas uraian dan ilustrasi, memikat perhatian, merangsang dan memotivasi kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk menyajikan teori dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan ( Sadiman, 2006).


(33)

3) Media papan seperti billboard.

a. Media papan disini mencakup berbagai pesan yang ditulis pada kain, papan yang ditempel pada kendaraan umum ( mobil dan bus) (Fitriani, 2011).

2.2 Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatanpendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,


(34)

politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan peraturan, surat keputusan.

2.3 Perilaku Kesehatan 2.3.1. Pengertian

Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa perilaku (Adnani, 2011).

Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2012. Seorang ahli Psikologi merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi


(35)

denganadanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme Respon.

Ada dua respon yang dikenal yaitu :

a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup, menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang timbulnya respons -respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus ujian, dsb) . Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak lulus ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.

b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon d iikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik (dari respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya petugas itu mendapat reward atau hadiah.

2.3.2. Bentuk Perilaku

Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang terhadaprangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu: a. Bentuk pasif ( respons internal ): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain.


(36)

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata (over behaviour).

Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkanadalah: a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (conditioning)

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight) c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model 2.3.3. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:

a. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan akan berubah karena pengalaman.

b. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.

c. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah karenadisposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan

external.(Walgito, 2003).

2.4 Diabetes Melitus


(37)

Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari. Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100 mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL. Diabetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).

Pada penderita diabetes mellitus, urine atau air seninya terasa manis, karena mengandung gula (glukosa). Menurut Margatan (1995) faktor keturunan memegang peranan untuk timbulnya diabetes mellitus, yang berarti anggota keluarga dari penderita diabetes mellituslebih besar kemungkinannya untuk memperoleh penyakit ini. Mathur (1996) menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang mempunyai karakteristik kenaikan kadar gula (glukosa) darah yang terjadi akibat kelainan produksi dan kerja (action) insulin, atau ke dua-duanya. Menurut Subekti yang dikutip oleh Soewondo penyakit diabetes mellitus atau


(38)

kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas berfungsi membantu tubuh mendapatkan energy dari makanan. Sebagian makanan yang dimakan akan diubah menjadi glukosa. Glukosa beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah. Tubuh menyimpan glukosa didalam sel-sel (sel otot, jantung, lemak, hati dll) untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi.

Penyakit diabetes dapat dengan mudah diketahui dengan cara memeriksa kadar gula darah, namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang dirasakan bukanlah hal yang mengganggu ppasien, bahkan kadangkala menunjukan gejala yang tidak khas sehingga penyakit ini sering kali diketahui secara kebetulan ketika berobat ke dokter untuk suatu penyakit lain (soegondo, 2008).

2.4.2 Jenis-jenis Diabetes Melitus

Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu : 1.Diabetes mellitus tipe I

Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tergantung insulin.


(39)

2.Diabetes melitus tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan. Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.

Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal., sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.

Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel ”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi 160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.

3.Diabetes Gestasional (kehamilan)

Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali setelah persalinan.


(40)

4.Diabetes mellitus tipe lain

Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit pada kelenjar tersebut.

Perbedaan diabetes mellitus tipe I dengan diabetes mellitustipe II menurut Soegondo (2008) adalah sebagai berikut:

1. Diabetes Mellitustipe I

a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.

b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.

d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.

2. Diabetes Mellitus tipe II

a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.


(41)

b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.

c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 % penderita mengalami obesitas.

d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga. 2.4.3 Penyebab Diabetes Melitus

Margatan (1995) menyatakan bahwa penderita diabetes mellitusbiasanya dikarenakan kelenjar pankreas atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak cukup memprodusir hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga pembakaran karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna. Beberapa faktor yang sering menyuburkan dan bisa menjadi pencetus adalah (1) Kurang gerak, (2) Makan secara berlebihan, (3) Kehamilan, (4) Kekurangan hormone insulin, dan (5) Hormon insulin yang terpacu berlebihan.

Adapun penyebab diabetes mellitus ada 3 macam, yaitu: (1) Gaya hidup, (2) Kondisi kesehatan, dan (3) Gen atau keturunan, sedangkan pendapat lain yang dikemukakan oleh Soegondo (2008) penyebab diabetes lainnya adalah: (1) Kadar kortikosteroid yang tinggi, (2) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan, (3) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas, dan (4) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.4.4 Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus

Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik atau latihan jasmani, makan terlalu banyak makanan yang mengandung lemak dan


(42)

gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan. Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes (Soegondo, 2008).

Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :

 Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek dengan diabetes

 Berumur 45 tahun atau lebih

 Berat badan lebih atau obesitas

 Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal (prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)

 Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85

 Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200 mg/dL

 Pernah mengalami diabetes gestasional

 Melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram. 2.4.5 Patofisiologis

Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel.


(43)

Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glikosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe II (Soewondo,2008).

2.4.6 Gejala Dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Melitus

Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut Imam Subekti yang dikutip oleh (Soewondo,2008) adalah sebagai berikut:

1. Keluhan klasik

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Rasa lelah yang terjadi


(44)

karena katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel yang menggunakan glukosa sebagai energi.

b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.

c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu malam, sehingga mengganggu tidur.


(45)

b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali, agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering dirasakan.

e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron dan system yang berperan.

2.4.7 Komplikasi

Menurut soegondo (2008) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi seperti berikut :

a. Komplikasi Akut

1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

2. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang berlebihan.


(46)

3. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.

b. Komplikasi kronis 1. Mikroangiopati

Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes, umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan)

Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus, nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.

Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.

2. Makroangiopati

 Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada diabetes mellitus sendiri tidak meningkatan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL


(47)

pada diabetes mellitussangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan oksidasi.

 Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.

 Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).

2.4.8 Perawatan Diabetes Melitus

Menurut Soewondo (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut :

1. Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan berlangsung seumur hidup. Kenberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya peningkatan motivasi.


(48)

2. Pengobatan dengan insulin

Jika anda seorang dengan diabetes mellitus tipe I, maka insulinlah penyelamat anda. Jika anda penderita diabetes mellitus tipe II maka tahap akhir anda akan membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya masih menggunakan suntikan.

Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pankreas sapi, babi, salmon dan binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakreti E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti insulin manusia (Soegondo, 2008).

Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana yang dapat mengukur kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :

a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya. Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan, waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan insuli sesaat sebelum makan.

b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang membutuhkan 30 menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang efeknya setelah 6-8 jam.


(49)

c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.

d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam.

e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin 70% dan regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang buruk.

Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun belum terjadi gejala-gejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.

3. Pengobatan dengan obat oral

Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan dengan oral.

a. Obat insulin sekretagok b. Obat insulin biguanid c. Obat golongan glitazone

d. Obat golongan alpha glukosidae e. Obat golongan inkretin


(50)

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat. Kadangk ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.

4. Diet Diabetes

Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes melainkan meal planning (Soegondo, 2008). Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Dietesan atau rang yang ahli dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda lakukan, apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa yang diminum dan kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh mungkin mengikuti kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik di teruskan dan yang kurang baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan.

Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.


(51)

Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan tenaga (energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih banyak glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (soegondo, 2008).

Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akana bertahan melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya ke dalam jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.

Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap. Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat menyebabkan cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga selama 30-60 menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak energy daripada bila duduk dan tidur (Soegondo, 2008).


(52)

2.5 Kerangka Teori

Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus -organisme-respon. Skinner membedakan dua respon, yaitu :

1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya.

Berdasarkan teori diatas penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan suatu teori untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap (respon)


(53)

pada penderita diabetes melitus (organisme) setelah diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur(stimulus).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas yang menggunakan teori S-O-R maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh media leaflet dan media brosur dalam peningkatan pengetahuan dan sikap dalam perawatan penderita diabetes mellitus.

BAB III Promosi Kesehatan

dengan Media Leaflet dan Media Brosur

- Pengetahuan pasien tentang perawatan diabetes mellitus - Sikap pasien

tentang perawatan diabetes mellitus


(54)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

O1 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di RSUD RM Djoelham Binjai sebelum diberikan media leafleat.

X1 adalah pemberian leafleat kepada pasien diabetes mellitus.

O2 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di RSUD RM Djoelham Binjai setelah diberikan media leafleat.

O3adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di RSUD RM Djoelham Binjai sebelum diberikan brosur.

X2 adalah pemberian brosur kepada pasien diabetes mellitus.

O1 X1 O2


(55)

O4adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitusdi RSUD RM Djoelham Binjai setelah diberikan brosur.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Alasan pemilihan lokasi ini karena pasien rawat jalan baru semakin meningkat sedangkan untuk pasien diabetes yang lama tidak melakukan rawat jalan yang rutin. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Mei 2015 sampai dengan selesai yang dimulai dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran kepustakaan, penentuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh pasien diabetes secara pemeriksaan klinis yang ada di RSUD RM Djoelham Binjai. Adapun jumlah populasi berjumlah 474 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (Lemeshow, 2008):


(56)

N =38,9 ORANG =40 ORANG

Keterangan : n = Jumlah Sample N = Jumlah Populasi

Z = Taraf Kepercayaan 95% ( 1.96 ) P = Taraf Proporsi ( 0,5 )

D = tingkat Presisi ( 0,1 )

Berdasarkan perhitungan diatas sampel dalam penelitian adalah sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria yang ditentukan dalam penelitian. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah :

1. Menderita diabetes berdasarkanhasilpemeriksaanklinis 2. Bersediamenjadiresponden


(57)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang berisi sejumlah pertanyaan yang diisi langsung sendiri oleh responden pada saat dibagikan. Ketentuan ini berlaku pada saat dilakukan pre dan post test dilakukan untuk kedua kelompok.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rumah sakit , data demografi dan geografi wilayah penelitian , studi kepustakaan (literatur), dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Prosedur Pelaksanaan Pada Kelompok Intervensi

Intervensi Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:

Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu: 1. Tahap Persiapan

a. Di tahapan ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian. Kemudian melakukan pengumpulan data awal yang diperkirakan akan diperoleh dari berbagai sumber data yang terpercaya seperti RSUD Djoelham Binjai.


(58)

b. Setelah mendapat izin dari lokasi penelitian, peneliti melakukan koordinsi dengan RSUDDjoelham Binjai untuk menentukan lokasi pelaksanaan penyuluhan kesehatan.

c. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen penelitian termasuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan dan sikap pasien tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Djoelham Binjai terhadap 40 orang.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan tentang perawatan diabetes mellitus dilakukan bertempat di ruangan RSUD RM Djoelham Binjai. Sebelum pelaksanaan kegiatan peneliti sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas RSUD untuk mengetahui identitas masyarakat yang akan mengikuti penyuluhan kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus, sehingga pembagian kedua kelompok responden diupayakan tidak membedakan tingkat pendidikan.

3.4.4 Validitas Dan Reliabilitas

3.1.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat.

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang diperoleh


(59)

benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total variabel dengan nilai correcteditemtotal correlation pada analisis reliability statistics. Jika nilai item corretedcorrelation> rtabel (0,361), maka nilai dinyatakan valid.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yait menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika nilai r Cronbach’s Alpha> rtabel (0,361), maka dinyatakan reliabel(Rianto, 2011). Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 pasien diabetes mellitus yang ditemui di Rumah sakit Bangkatan Binjai karena memiliki pasien diabetes mellitus dengan karakteristik pasien yang sama.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

1. Variabel bebas yaitu pemberian promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet kepada penderita diabetes melitus.

2. Varaibel terikat yaitu perubahan pengetahuan dan sikap peserta sebelum dan sesudah promosi kesehatan.

3.5.2 Defenisi Operasional


(60)

1. Efektivitas adalah tingkat kemampuan media dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang perawatan diabetes mellitus.

2. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan tentang perawatan diabetes mellitus.

3. Sikap adalah tanggapan atau pandangan reponden yang dinyatakan dalam pernyataan tentang perawatan diabetes mellitus.

4. Leaflet yaitu media berupa gambar yang berisikan materi/pesan tentang perawatan diabetes mellitus.

5. Brosur yaitu media berupa selembaran yang berisikan materi/pesan tentang perawatan diabetes mellitus.

3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor.

No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan Menjawab Kuesioner 10 pertanyaan:

- Benar diberi skor 1 - Salah diberi skor 0

Skor Rasio

2 Sikap Menjawab kuesioner 10 pertanyaan positif:

- Sangat setuju diberi skor 4 - Setuju diberi skor 3 - Tidak setuju diberi skor 2 - Sangat tidak setuju diberi

skor 1

pertanyaan negatif:

- Sangat setuju diberi skor 1


(61)

1. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala rasio dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban benar dan salah dimana responden bebas memilih jawaban yang disediakan, kemudian diberi bobot Benar (skor 1) dan Salah (skor 0), jumlah skor maksimal 10.

2. Sikap

Pengukuran variable sikap didasarkan pada skala likert dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban, jika jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1 untuk pertanyaan positif, sedangakan untuk pertanyaan negatif jika jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3 dan sangat tidak setuju diberi skor 4, jumlah skor maksimal 40.

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisis ini dilakukan untuk melihat karakteristik responden dan distribusi frekuensi variabel dependen.

- Setuju diberi skor 2 - Tidak setuju diberi skor 3 - Sangat tidak setuju diberi


(62)

Dalam uji univariat juga melihat berdistribusi normal sebaran data dalam penelitian. Untuk mengetahui distribusi normal digunakan uji Kolmogorov smirnov, adapun syarat dikatakan normal apabila nilai signifikan atau p> α (0,05) dan sebaliknya. Kemudian setelah dilakukan uji normalitas dapat dilanjutkan ke analisis bivariate untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan promkes melalui media leafleat dan media brosur.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh pemberian promkes melalui media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD. Adapun uji yang digunakan sesuai dengan distribusi data apabila data berdistribusi normal maka uji statistic dilakukan menggunakan uji paired t test, Sedangkan bila distribusi data tidak berdistribusi normal uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan atau signifikan sebesar 95% sehingga dikatakan ada pengaruhnya apabila nilai signifikan atau P< 0,05 dan tidak ada pengaruh apabila sebaliknya.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai 4.1.1 Kedudukan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai berawal dari sebuah gedung yang memberikan pelayanan kesehatan dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada sejak zaman Kesultanan. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD Kelas D yang merupakan Rumah Sakit Pembantu, dengan RSU Tanjung Pura sebagai Rumah Sakit Induk. Sebagai rumah sakit pembantu, RSU Binjai hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, sedangkan pelayanan spesialistik dilaksanakan di Rumah Sakit Induk.

Dengan tersedianya 4 pelayanan spesialistik dasar tersebut, RSU Binjai telah memenuhi standar pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. Klasifikasi Kelas C ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 303/Menkes/SK/IV/1987 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Binjai sebagai Rumah Sakit Kelas C. Dengan penetapan kelas ini, pimpinan RSU Binjai disebut dengan Direktur. Dengan luas lahan untuk rumah sakit sebesar 3.921 m2.

4.1.2 Jumlah Dan Jenis Pelayanan

Berdasarkan klasifikasi tersebut, RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai termasuk dalam klasifikasi Rumah Sakit Umum Kelas B. Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang disediakan pada rumah sakit klasifikasi kelas B yaitu 4 (empat) spesialis


(64)

dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

Pelayanan spesialis dasar yang disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu:

1. Pelayanan spesialistik penyakit dalam

2. Pelayanan spesialistik kandungan dan kebidanan 3. Pelayanan spesialistik bedah

4. Pelayanan spesialistik kesehatan anak

Pelayanan spesialis penunjang medik yang disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai yaitu:

1. Pelayanan spesialistik patologi klinik 2. Pelayanan spesialistik radiologi 3. Pelayanan spesialistik anasthesi

Pelayanan spesialis lain yang disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai meliputi:

1. Pelayanan spesialistik kejiwaan

2. Pelayanan spesialistik telinga, hidung dan tenggorokan 3. Pelayanan spesialistik mata

4. Pelayanan spesialistik kulit dan kelamin 5. Pelayanan spesialistik paru

6. Pelayanan spesialistik neurologi


(1)

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

0a ,00 ,00

39b 20,00 780,00 1c

40 Negativ e Ranks

Positiv e Ranks Ties

Total STOT_POST

- STOT_PRE

N Mean Rank Sum of Ranks

STOT_POST < STOT_PRE a.

STOT_POST > STOT_PRE b.

STOT_POST = STOT_PRE c.

Test Statisticsb

-5,451a ,000 Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

STOT_POST -STOT_PRE

Based on negativ e ranks. a.

Wilcoxon Signed Ranks Test b.

Descriptive Statistics

40 2,40 1,661 0 6

40 5,60 2,687 0 12

40 1,50 ,506 1 2

PENGETAHUAN SIKAP

media


(2)

Leaflet

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

20 19,38 387,50

20 21,63 432,50

40

20 20,88 417,50

20 20,13 402,50

40 media

leaf leat brosur Total leaf leat brosur Total PENGETAHUAN

SI KAP

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

177,500 192,500 387,500 402,500

-,618 -,204

,536 ,838

,547a ,841a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

PENGET

AHUAN SI KAP

Not corrected f or ties. a.

Grouping Variable: media b.

Descriptive Stati stics

20 5,35 2,084 1 9

20 7,60 ,940 6 9

PTOT_PRE PTOT_POST

N Mean Std. Dev iat ion Minimum Maximum

Ranks

0a ,00 ,00

16b 8,50 136,00

4c 20 Negativ e Ranks

Positiv e Ranks Ties

Total PTOT_POST

- PTOT_PRE

N Mean Rank Sum of Ranks

PTOT_POST < PTOT_PRE a.

PTOT_POST > PTOT_PRE b.

PTOT_POST = PTOT_PRE c.


(3)

T-Test

NPar Tests

Test Statisticsb

-3,536a ,000 Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

PTOT_POST -PTOT_PRE

Based on negativ e ranks. a.

Wilcoxon Signed Ranks Test b.

Paired Samples Statistics

5,35 20 2,084 ,466

7,60 20 ,940 ,210

PTOT_PRE PTOT_POST Pair

1

Mean N Std. Dev iat ion

Std. Error Mean

Paired Samples Correl ations

20 ,612 ,004

PTOT_PRE & PTOT_POST Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-2,250 1,682 ,376 -3,037 -1,463 -5,983 19 ,000

PTOT_PRE -PTOT_POST Pair

1

Mean Std. Dev iation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interv al of the

Dif f erence Paired Diff erences


(4)

Wilcoxon Signed Ranks Test

T-Test

Descriptive Stati stics

20 24,10 1,619 22 28

20 29,85 1,843 26 33

STOT_PRE STOT_POST

N Mean Std. Dev iat ion Minimum Maximum

Ranks

0a ,00 ,00

20b 10,50 210,00

0c 20 Negativ e Ranks

Positiv e Ranks Ties

Total STOT_POST

- STOT_PRE

N Mean Rank Sum of Ranks

STOT_POST < STOT_PRE a.

STOT_POST > STOT_PRE b.

STOT_POST = STOT_PRE c.

Test Statisticsb

-3,928a ,000 Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

STOT_POST -STOT_PRE

Based on negativ e ranks. a.

Wilcoxon Signed Ranks Test b.

Paired Samples Statistics

24,10 20 1,619 ,362 29,85 20 1,843 ,412 STOT_PRE

STOT_POST Pair

1

Mean N Std. Dev iat ion

Std. Error Mean


(5)

Brosur

Wilcoxon Signed Ranks Test

Paired Samples Correl ations

20 -,012 ,959

STOT_PRE & STOT_POST Pair

1

N Correlation Sig.

Descriptive Stati stics

20 4,95 2,188 1 9

20 24,40 1,465 22 27

20 7,50 1,000 6 10

20 29,85 2,796 24 35

PTOT_PRE STOT_PRE PTOT_POST STOT_POST

N Mean Std. Dev iat ion Minimum Maximum

Ranks

0a ,00 ,00

17b 9,00 153,00

3c 20

0d ,00 ,00

19e 10,00 190,00

1f 20 Negativ e Ranks

Positiv e Ranks Ties

Total

Negativ e Ranks Positiv e Ranks Ties

Total PTOT_POST

- PTOT_PRE

STOT_POST - STOT_PRE

N Mean Rank Sum of Ranks

PTOT_POST < PTOT_PRE a.

PTOT_POST > PTOT_PRE b.

PTOT_POST = PTOT_PRE c.

STOT_POST < STOT_PRE d.

STOT_POST > STOT_PRE e.

STOT_POST = STOT_PRE f .

Paired Samples Test

-5,750 2,468 ,552 -6,905 -4,595 -10,418 19 ,000 STOT_PRE

-STOT_POST Pair

1

Mean Std. Dev iat ion

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Conf idence

Interv al of the Dif f erence Paired Dif f erences


(6)

T-Test

Test Statisticsb

-3,640a -3,830a

,000 ,000

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

PTOT_POST -PTOT_PRE

STOT_POST -STOT_PRE

Based on negativ e ranks. a.

Wilcoxon Signed Ranks Test b.

Paired Samples Statistics

4,95 20 2,188 ,489 7,50 20 1,000 ,224 24,40 20 1,465 ,328 29,85 20 2,796 ,625 PTOT_PRE

PTOT_POST Pair

1

STOT_PRE STOT_POST Pair

2

Mean N Std. Dev iat ion

Std. Error Mean

Paired Samples Correl ations

20 ,686 ,001

20 ,157 ,509 PTOT_PRE &

PTOT_POST Pair

1

STOT_PRE & STOT_POST Pair

2

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-2,550

1,669

,373

-3,331

-1,769

-6,831

19

,000

-5,450

2,946

,659

-6,829

-4,071

-8,272

19

,000

PTOT_PRE

-PTOT_POST

Pair

1

STOT_PRE

-STOT_POST

Pair

2

Mean

Std. Dev iation

Std. Error

Mean

Lower

Upper

95% Confidence

Interv al of the

Dif f erence

Paired Diff erences


Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

0 4 136

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 17

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 9

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 25

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

0 0 18

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

0 1 16

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

0 0 2

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

0 0 7