Peran Lembaga Ombudsman Republik Indonesia

BAB V ANALISIS DATA

A. Peran Lembaga Ombudsman Republik Indonesia

1. Fungsi Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Pada dasarnya fungsi dari Lembaga Ombudsman Republik Indonesia yaitu melakukan pengawasan terhadap proses penyelenggaraan pelayanan umum oleh penyelenggara negara. Yang mana hal tersebut dilakukan untuk mendorong terwujudnya good governance di Indonesia. Berangkat dari Undang-Undang Pelayanan Publik No.25 tahun 2009 pasal 39 ayat 3 yang menyatakan bahwa masyarakat dapat memebentuk lembaga pengawasan pelayanan publik, maka berarti masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap peyelengaraan pemerintahan. Melalui pengawasan tersebut, maka para individu terutama masyarakat golongan rendah dan miskin, secara terus menerus tidak menjadi korban penyalahgunaan wewenang, untuk itu dalam hal ini keberadaan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia dinilai menjadi wadah maupun tempat bagi masyarakat untuk mengawasi penyelenggaraan pemerintahan. Pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman adalah pengawasan yang riel, yaitu pengawasan untuk memperoleh pelayanan sebaik-baiknya dari aparatur pemerintah. Universitas Sumatera Utara Dalam meningkatkan fungsinya sebagai pengawas penyelenggaraan pelayanan publik, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia melakukan berbagai usaha diantaranya yaitu melalui program sosialisasi. Program sosialisasi ini dilakukan kepada masyarakat dan yang terpenting adalah sosialisasi kepada aparatur penyelenggara negara yang menjadi objek pengawasan dari Lembaga Ombudsman Republik Indonesia. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan Lembaga Ombudsman kepada lapisan masyarakat dan pemerintah. Sosialisasi kepada masyarakat diantaranya dilakukan melalui penyebara browser, membuat iklan layanan masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik, penyelenggaraan seminara terbuka yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan stake holders lainnya, pemebentukan klinik pengaduan, serta pembuatan website Ombudsman. Sedangakan sosialisasi kepada aparatur pemerintah diantaranya dilakukan dengan pendekatan secara langsung melalui seminar khusus yang dilakukan di Instansi-instansi tertentu di mana Lembaga Ombudsman menjadi juru bicaranya. Dalam berbagai sosialisasi tersebut, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan mengenai kewenangan, peran, tugas, dan fungsinya dalam mengupayakan secara berkesinambungan kemudahan pelayanan yang efektif dan berkualitas oleh institusi pemerintah kepada masyarakat serta memprioritaskan pelayanan yang lebih peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat, juga akan Universitas Sumatera Utara penyimpangan-penyimpangan administrasi yang dapat dilaporkan serta bagaimana prosedur penanganannya. Berbagai sosialisasi yang dilakukan Lembaga Ombudsman tersebut sangatlah efektif. Masyarakat bisa mengetahui bahwa mereka memiliki wadah pengaduan atas ketidakadilan yang mereka terima dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Apalagi dengan hadirnya klinik Ombudsman di berbagai daerah, itu akan lebih memudahkan masyarakat untuk melakukan pengaduan. Selain itu melalui sosialisasi ini para aparatur penyelenggara negara menjadi tahu akan keberadaan Lembaga Ombudsman yang akan mengawasi setiap kinerja yang mereka hasilkan, dan selanjutnya mereka akan berfikir dua kali jika hendak melakukan pelanggaran. Sementara bagi Ombudsman sendiri, sosialisasi yang dilakukan tersebut akan memepermudah Ombudsman dalam melakukan penyelidikan atas suatu perkara karena para aparatur penyelenggara negara sudah terlebih dahulu mengenal fungsi, tugas, dan juga kewenangan Ombudsman. 2. Tugas Pokok Lembaga Ombudsman Republik Indonesia. Sesuai Undang-undang Ombudsman No.37 tahun 2008, Lembaga Ombudsman memiliki delapan tugas pokok seperti yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, Lembaga Ombudsman mengadakan berbagai program pengembangan institusi diantaranya yaitu Universitas Sumatera Utara melalui program pelatihan bagi para staf Ombudsman. Pelatihan tersebut antara lain pelatihan di bidang kesehatan, perpajakan dan imigrasi, pertanahan, pelatihan bahasa asing, pelatihan komputer, pelatihan Manajemen, pelatihan Sistem Teknologi Informasi, pelatihan mediasi, pelatihan sensitifitas gender, hingga pelatihan terkait teknik-teknik investigasi yang bekerjasama dengan Ombudsman Luar Negeri. Dengan bermodal pengetahuan yang didapatkan melalui pelatihan tersebut, maka para anggota Ombudsman akan lebih mudah dalam menyelidiki perkara pelanggaran yang dilaporkan masyarakat dan tidak akan mudah tertipu jika saat penyelidikan ada oknum yang berusaha menyembunyikan fakta. Dan berdasarkan data yang diperoleh baik dari data primer melalui keterangan para informan maupun data skunder , maka secara keseluruhan berbagai program tersebut dapat dilaksanakan dengan baik walau kadang ada sedikit kendala dan harus mengalami penundaan. Dari keseluruhan tugas pokok Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, tugas utama Lembaga Ombudsman sebagai pengawas dalam pelaksanaan pelayanan umum adalah menerima laporan dari masyarakat hingga pada proses tindak lanjut atas laporan dari masyarakat tersebut. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, nilai plus yang ditawarkan oleh Lembaga Ombudsman yaitu berupa kemudahan akses bagi masyarakat dalam menyampaikan laporan. Selain dapat menyampaikan laporan dengan datang langsung ke kantor Ombudsman maupun kantor perwakilan, masyarakat juga bisa membuat laporan melalui telepon, Universitas Sumatera Utara melalui surat, dan bahkan juga bisa melalui email. Selain itu, dalam menyampaikan laporan, masyarakat sama sekali tidak dikenakan biaya sedikitpun dan ini dianggap sangat memudahkan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat kecil yang selalu menjadi korban ketidakadilan dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh akibat kemampuan finansialnya yang lemah. Dari data selama kurun waktu 5 tahun yang diambil oleh peneliti, yaitu dari tahun 2003 hingga 2007, terlihat bahwa substansi laporan dari masyarakat kepada Lembaga Ombudsma Republik Indonesia relatif sama dan tidak ada peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 372 laporan pada tahun 2003, 363 laporan pada tahun 2004, 1010 laporan pada tahun 2005, 791 laporan pada tahun 2006, dan sebanyak 865 laporan pada tahun 2007. Namun meskipun begitu, jumlah laporan yang diterima Ombudsman tidak pernah berada di bawah jumlah angka laporan pada tahun 2003, dan dengan ini dapat dilihat bahwa masyarakat masih cukup menaruh kepercayaan terhadap keberadaan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia. Dari keseluruhan laporan masyarakat yang diterima, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia selalu mampu menyelesaikan kasusnya diatas 50. Sedangkan kasus yang belum bisa diselesaikan atau masih dalam proses setiap tahunnya hanya berkisar sebanyak 10. Sedangkan sekitar 40 kasus yang tidak bisa diselesaikan , tidak lain disebabkan oleh karena tidak berada pada ruang laingkup kewenangan Lembaga Ombudsman dan juga ada yang tidak memenuhi syarat administrasi Universitas Sumatera Utara karena data-data yang diberikan kurang lengkap. Jadi denga kata lain, dapat juga dinilai bahwa dari keseluruhan laporan masyarakat yang memang berada dalam kewenangan Ombudsman, hamper sebanyak 90 dapat diselesaikan oleh Ombudsman. Dari keseluruhan data tersebut, maka upaya-upaya Lembaga Ombudsman dalam menindaklanjuti laporan masyarakat dapat dikatakan cukup maksimal. Selain menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia ternyata juga melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Lembaga Ombudsman selalu berupaya memantau kondisi pelayanan publik baik melalui media cetak dan media elektronik maupun pengamatan secara secara langsung di lapangan, dan selanjutnya melakukan investigasi jika ditmukan praktek maladministrasi. Hal ini berarti bahwa Lembaga Ombudsman tidak hanya bekerja atas permintaan masyarakat tapi juga tanggap akan situasi dan kondisi pelayanan publik dengan kesadaran sendiri. Dan untuk memaksimalkan fungsi dan tugasnya, Lembaga Ombudsman juga membentuk koordinasi dan kerjasama serta memebangun jaringan kerja dengan lembaga-lembaga lainnya. Berbagai bentuk koordinasi yang dilakukan diantaranya adalah koordinasi dengan lembaga terkait anggotanya menjadi terlapor atas suatu pengaduan dari masyarakat. Lembaga Ombudsman melakukan koordinasi dengan Universitas Sumatera Utara lembaga terkait mengenai oemberian sanksi terhadap aparaturnya yang menjadi terlapor dan memang sudah terbukti bersalah. Selain melakukan koordinasi, Lembaga Ombudsman juga melakukan kerjasama dengan lembaga lain baik nasional maupun internasional. Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan jaringan kerja bagi Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, dengan demikian maka Lembaga Ombudsman Republik Indonesia akan mendapatkan dukungan kekuatan dalam mremaksimalkan fungsi dan tugasnya. Kerjasama secara nasional yang dilakukan oleh Lembaga Ombudsman diantaranya adalah kerjasama dengan Lembaga Kepolisian, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lain. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan membuat seminar, pembahasan kasus-kasus menarik, rapat dengar pendapat dengan berbagai stake holders, dan lain-lain. Sedangkan kerjasama Internasional yang dilakukan oleh Lembaga Ombudsman Republik Indonesia selama ini antara lain yaitu kerjasama dengan Lembaga Ombudsman dari berbagai negara lainnya. Kerjasama tersebut dalam bentuk konferensi,study banding, seminar, dan berbagai bentuk pelatihan bagi para anggota dan staf Ombudsman. Melalui kerjasama internasional tersebut, maka akan semakin mengukuhkan keberadaan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Lembaga Ommbudsman Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia sudah memperoleh pengakuan secara global dalam lingkup institusi Ombudsman Internasional. 3. Wewenang Lembaga Ombudsman Republik Indonesia. Wewenang yang kuat sesungguhnya merupakan suatu kekuatan bagi Lembaga Ombudsman Republik Indonesia untuk melakukan suatu tindakan hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku guna menegakkan kebenaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik sehingga dapat tercipta good governance. Dan dengan Undang-undang No.37 tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia, maka ini semakin memperkuat legislasi keberadaan Ombudsman di mata Lembaga Negara lainnya. Sesuai dengan Undang-undang No.37 tahun 2008 tersebut, kewenangan yang dimiliki Lembaga Ombudsman Republik Indonesia antara lain berkaitan mulai dari pemeriksaan atas terlapor hingga pada pembuatan rekomendasi. Dari uraian kewenangan tersebut, maka dapat dilihat bahwa sesungguhnya ukuran keberhasilan kinerja Lembaga Ombudsman Republik Indonesia ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud diantaranya adalah kinerja Lembaga Ombudsman Republik Indonesia dalam proses penanganan laporan sampai pada tahapan memberikan pendapatrekomendasi yang berbobot Universitas Sumatera Utara kepada instansi yang berwenang. Dan dalam hal ini sudah diuraikan pada halaman sebelumnya pada poin tugas pokok Ombudsman. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan respon atau tanggapan instansi terlapor atas klarifikasirekomendasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Ombudsman. Besar atau kecilnya respon yang diberikan instansi publik atas Rekomendasi yang dikeluarkan oleh Ombudsman bergantung pada dua hal. Yang pertama yaitu keinginan kuat dari pejabatinstansi terlapor untuk memperbaiki kondisi atau masalah yan disuarakan oleh masyarakat melalui Lembaga Ombudsman serta keinginan memperbaiki kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Lalu hal kedua dan yang paling penting adalah bergantung pada kuat atau tidaknya wewenang yang dimiliki oleh Lembaga Ombudsman yang membuat para pejabatinstansi terlapor mau tidak mau harus memenuhi rekomendasi dari Ombudsman. Oleh karena itu, keberadaan Undang-undang No.37 tahun 2008 dapat dikatakan sebagai penguat legislasi keberadaan Ombudsman sehingga para pejabatinstansi terdorong untuk memberikan tanggapan atas setiap rekomendasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Ombudsman. Pada tahun 2003, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia telah mengeluarkan sebanyak 219 rekomendasi sebagai bentuk tindak lanjut atas laporan dari masyarakat. Dan dari 219 rekomendasi tersebut, 131 diantaranya atau sebanyak 58 mendapat tindak lanjut atau tanggapan dari pejabatinstansi terlapor. Pada tahun 2004, Lembaga Ombudsman Universitas Sumatera Utara telah mengeluarkan sebanyak 185 rekomendasi, dan jumlah tanggapan yang didapat dari instansi terlapor adalah sebanyak 78 tanggapan atau sebanyak 42,16. Dan pada tahun 2005, rekomendasi yang dikeluarkan Lembaga Ombudsman adalah sebanyak 510 rekomendasi, dan jumlah tanggapan yang diberikan oleh terlapor adalah sebanyak 564 , lebih banyak dari jumlah rekomendasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Ombudsman. Hal ini dikarenakan instansi yang hanya mendapat teguran berupa pemeberitahuan dari Lembaga Ombudsman juga menjawab laporan dengan memerintahkan melakukan penelitian dan perbaikan di instansinya. Selanjutnya pada tahun 2006, rekomendasi yang dikeluarkan Lembaga Ombudsman adalah sebanyak 434 rekomendasi, dan mendapat tanggapan dari instansi terlapor sebanyak 371 tanggapan atau sekitar 85. Sedangkan pada tahun 2007, Lembaga Ombudsman mengeluarkan sebanyak 442 rekomendasi dan 234 diantaranya atau sebanyak 52,94 mendapat tindak lanjut atau tanggapan dari terlapor. Dari data di atas , dapat dilihat bahwa respon atau tanggapan instansi terlapor atas rekomendasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Ombudsman Republik Indonesia cukup tinggi. Jika ditotal seluruhnya, jumlah tanggapan atas rekomendasi Ombudsman rata-rata mencapai 63,5. Selain kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang No.37 tahun 2008, legislasi atas wewenang Lembaga Ombudsman saat ini juga Universitas Sumatera Utara semakin diperkuat dengan hadirnya Undang-Undang pelayanan publik baru yaitu Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dimana dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa Penyelenggara Negara wajib mengelola pengaduan yang berasal dari Lemabaga Ombudsman serta wajib menindaklanjuti hasil pengelolaan atas pengaduan tersebut Undang-Undang Pelayanan Publik No.25 Tahun 2009 pasal 36 ayat 2 dan 3 . Undang-Undang pelayanan publik tersebut juga mengatur adanya pemberian sanksi kepada instansipejabat yang tidak menjalankan rekomendasi dari pihak Lembaga Ombudsman. Sanksi-sanksi yang diancamkan dalam Undang-Undang Pelayanan Publik tersebut antara lain adalah sanksi penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun, sanksi berupa pembebasan dari jabatan, serta sanksi pembekuan misi danatau izin yang diterbitkan oleh Instansi Pemerintah Undang-Undang Pelayanan Publik No.25 Tahun 2009 pasal 54 ayat 5,7, dan 10 .

B. Kualitas Pelayanan Publik