Pengertian Hukum KontrakPerjanjian Analisis Hukum Kontrak Dalam Transaksi E-Commerce Di Indonesia

sebuah perusahaan dapat dengan mudah dan cepat menemukan lebih banyak costumer, pemasok terbaik, dan mitra bisnis yang pantas suitable. Keuntungan bagi konsumen dengan adanya e-commerce adalah : a melalui e-commerce konsumen dapat bertransaksi selama 24 jam dan dapat dilakukan dimanapun juga, b e-commerce menyediakan banyak pilihan bagi konsumen. Mereka dapat memiliki banyak vendor dari produk lainnya. Keuntungan bagi masyarakat, e- commerce dapat memfasilitasi kepentingan-kepentingan publik.

2. Pengertian Hukum KontrakPerjanjian

Apabila dilihat pada prinsipnya kontrak adalah serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam kontrak. Kontrak adalah janji promises. Atas dasar itu, Subekti mendefenisikan kontrak sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melakanakan sesuatu. 24 Janji sendiri merupakan pernyataan yang dibuat oleh seseorang kepada orang lain yang menyatakan sesuatu keadaan tertentu dari affair exit, atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu. Orang terikat pada janjinya sendiri, yakni janji yang diberikan kepada pihak lain dalam perjanjian. Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang harus dipenuhi. 25 Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal tersebut 24 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intremasa, 1984, hlm. 36. 25 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 146. Universitas Sumatera Utara secara jelas terlihat dalam judul Bab II buku III KUH Perdata, yakni “Perikatan yang lahir dari Kontrak Persetujuan”. Apabila kita melihat di dalam pasal 1320 KUH Perdata juga mensyaratkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian atau kontrak harus memenuhi empat syarat : a. Sepakat bagi mereka mengikat diri Kata sepakat di dalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya dan kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. 26 Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak yang disetujui overeenstemende wilsverklaring antara pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan offerte. Pernyataan pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi. 27 Dengan demikian, penawaran dan akseptasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan lahirnya perjanjian. KUH Perdata Indonesia dan bahkan KUH Perdata Negara Belanda baru sendiri tidak menjelaskan atau tidak memberikan patokan sejauh mana suatu penawaran danatau akseptasi itu mengikat. Mengingat tidak adanya defenisi penawaran tersebut, Rutten mendefenisikan penawaran sebagai suatu usul untuk menutup perjanjian yang ditujukan kepada pihak lawan janjinya, usul mana telah dirumuskan sedemikian rupa, 26 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 164. 27 Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hlm. 24. Universitas Sumatera Utara sehingga penerimaan usul itu langsung menimbulkan perjanjian. 28 Pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum kesesuaian kehendak antara dua saja belum melahirkan perjanjian, karena kehendak itu harus dinyatakan, harus nyata bagi pihak yang lain. Apabila pihak yang lain tersebut telah menyatakan menerima atau menyetujuinya maka timbullah kata sepakat. b. Cakap untuk membuat suatu perikatan Pasal 1329 KUHPerdata, menyatakan bahwa setiap orang cakap untuk membuat suatu perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. 29 Dalam perkembangan Mahkamah Agung melalui putusan No. 447Sip 1976 tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian adalah 18 tahun, bukan 21 tahun. Jadi KUH Perdata telah memberikan kebebasan berkontrak kepada pihak- pihak membuat kontrak secara tertulis maupun secara lisan, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Oleh karena itu kontrak tidak harus dibuat secara tertulis. Hukum kontrak menganut beberapa prinsip: pertama, prinsip konsesualisme, bahwa kontrak dinyatakan telah lahir apabila telah ada 28 J. Satrio, Op.Cit, hlm. 166. 29 Dalam pasal 1330 KUH Perdata dinyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni : 1. Orang-orang belum dewasa, 2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan, dan 3. Orang-orang yang perempuan. Universitas Sumatera Utara kesepakatan diantara para pihak. 30 Kedua, kebebasan berkontrak, artinya para pihak di beri kebebasan untuk bentuk dan isi suatu kontrak itu. Ketiga, azas kekuatan mengingatnya kontrak. Dengan adanya kata sepakat tersebut menimbulkan kekuatan mengikatnya kontrak. 31 Dalam prinsip ini terkandung bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak secara sah mengikat kedua belah pihak layaknya undang-undang. Dengan perkataan lain apa yang disepakati kedua belah pihak menjadi undang-undang bagi para pihak. Kebebasan berkontrak dan kekuatan mengikatnya kontrak antara lain dibatasi oleh itikad baik. 32 Asas itikad baik ini menghendaki bahwa suatu perjanjian dilaksanakan secara jujur, yakni dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Asas ini adalah salah satu sendi terpenting dari hukum perjanjian. Itikad baik tersebut tidak hanya mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari masyarakat. Itikad baik ini akhirnya mencerminkan standar keadilan atau kepatuhan masyarakat. Dengan makna yang demikian itu menjadikan itikad baik sebagai suatu universal social force yang mengatur hubungan sosial antar mereka, yakni setiap warga negara harus memiliki kewajiban untuk bertindak dengan itikad baik terhadap semua warga negara. 33 30 Ridwan Khairandy, Kewenangan Hukum untuk Melakukan Intervensi terhadap Kewajiban Kontraktual Berdasarkan Itikad Baik, Jurnal Hukum, No. 15 Vol. 7-2000, hlm. 94. 31 Ibid., hlm. 96. 32 Ibid., hlm. 98. 33 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca Sarjana, 2003, hlm. 138. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman terhadap pengertian dari konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan batasan-batasan defenisi operasional sebagai berikut : 1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik electronic mail, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 34 2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, danatau media elektronik lainnya. 35 3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, danatau menyebarkan informasi. 36 4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, danatau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, 34 Pasal 1 Angka 1, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 35 Pasal 1 Angka 2, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 36 Pasal 1 Angka 3, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. Universitas Sumatera Utara tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 37 5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, danatau menyebarkan Informasi Elektronik. 38 6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, danatau masyarakat. 39 7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka. 40 8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang. 41 9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. 42 37 Pasal 1 Angka 4, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 38 Pasal 1 Angka 5, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 39 Pasal 1 Angka 6, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 40 Pasal 1 Angka 7, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 41 Pasal 1 Angka 8, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 42 Pasal 1 Angka 9, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. Universitas Sumatera Utara 10. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik. 43 11. Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik. 44 12. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. 45 13. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan Tanda Tangan Elektronik. 46 14. Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan. 47 15. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan. 48 43 Pasal 1 Angka 10, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 44 Pasal 1 Angka 11, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 45 Pasal 1 Angka 12, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 46 Pasal 1 Angka 13, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 47 Pasal 1 Angka 14, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 48 Pasal 1 Angka 15, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. Universitas Sumatera Utara 16. Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik lainnya. 49 17. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik. 50 18. Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik. 51 19. Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dari Pengirim. 52 20. Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, danatau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. 53

G. Metode Penelitian

Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat 49 Pasal 1 Angka 16, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 50 Pasal 1 Angka 17, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 51 Pasal 1 Angka 18, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 52 Pasal 1 Angka 19, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. 53 Pasal 1 Angka 20, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843. Universitas Sumatera Utara ditentukan oleh metode yang digunakan dalam penelitian. Dapat dikutip pendapat Soeryono Soekanto mengenai penelitian hukum, sebagai berikut : Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan di dalam gejala yang bersangkutan. 54

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian