1. Kecuali diatur secara lain oleh originator dan addresse, saat suatu data
massage dikirim dispatch adalah pada saat ia memasuki suatu sistem informasi di luar kontrol dari originator atau orang lain yang mengirimkan
data tersebut untuk kepentingan originator. 2.
Kecuali diatur secara lain antara originator dan addresse, waktu diterimanya suatu data massages ditentukan sebagai berikut: kalau seorang addresse sudah
menentukan suatu informasi sebagai tujuan dikirimnya data massage, saat diterimanya adalah:
a Pada saat data massage tersebut memasuki sistem informasi tertentu
designated system information yang dituju, atau b
Apabila suatu data message dikirimkan ke suatu informasi yang bukanlah suatu sistem informasi tertentu designated system information, maka
waktunya adalah pada pesan tersebut diterima oleh addresse.
4. Lahirnya Kesepakatan Di Dalam Transaksi E-Commerce
Pada prinsipnya, menurut KUHPedata, bentuk suatu perjanjian adalah bebas, tidak terikat pada bentuk tertentu. Untuk pengaturan e-commerce
menerapkan KUHPerdata secara analogi, dimana terhadap ketentuan-ketentuan dari e-commerce diterapkan ketentuan KUHPerdata yang menyebutkan bahwa
suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih pasal 1313
KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
Untuk sahnya suatu kontrakpk maka harus melihat kepada syarat-syarat yang diatur di dalam pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan bahwa syarat
sahnya suatu perjanjian adalah sebagai berikut: a.
Kesepakatan para pihak; b.
Kecakapan untuk membuat perjanjian; c.
Suatu hal tertentu; dan d.
Suatu sebab yang halal Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama kesepakatan dan unsur
kedua kecakapan maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga suatu hal tertentu dan unsur ke empat suatu
sebab yang halal maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum. Pada azasnya, suatu perjanjian telah dinyatakan lahir pada saat
tercapainya suatu kesepakatan atau persetujuan diantara dua belah pihak mengenai suatu hal pokok yang menjadi objek perjanjian. Sepakat disini diartikan
suatu persesuaian paham pendapat dan keinginan diantara dua belah pihak. Dalam konteks itu terjadi pertemuan kehendak diantara dua belah pihak untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perjanjian. Demikian juga kaitannya dengan kontrak perjanjian yang dibuat secara
elektronik. Dalam masyarakat konvensional, suatu perjanjian cukup disandarkan pada adanya persesuaian kehendak tadi. Pertemuan kehendak cukup dengan
kehadiran dari kedua belah pihak untuk menyepakati apa yang diperjanjikan. Persesuaian kehendak tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dalam masyarakat modern yang telah memanfaatkan teknologi dalam kegiatan usahanya persesuaian kehendak tersebut tidak harus
mensyaratkan adanya pertemuan langsung atau persesuaian tersebut tidak harus dibuat secara tertulis. Persesuaian kehendak tadi bisa dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga tidak dibutuhkan kehadiran secara fisik untuk menyampaikan kehendak dalam suatu perjanjian.
Berarti ada pergesaran norma dalam masyarakat dalam mengartikan persesuaian kehendak. Dalam masyarakat konvensional tentunya mensyaratkan
kata sepakat persesuaian kehendak harus dilakukan dengan pertemuan langsung dalam menyatakan suatu kehendak. Tidak demikian halnya dalam masyarakat
yang telah memanfaatkan teknologi. Penekanan dalam mencari persesuaian kehendak diantara kedua belah pihak di dasarkan pada apa yang dinyatakan
pernyataan salah satu pihak, kemudian pernyataan tersebut ”disetujui” oleh pihak lainnya. Pernyataan dari kedua belah pihak tadi kemudian dijadikan dasar
bahwa telah ada persesuaian antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. J. Satrio menyebutkan ada beberapa cara mengemukakan kehendak
tersebut, yakni :
99
a Secara tegas
b Secara tertulis dengan akta otentik dan dengan akta di bawah tangan
c Secara lisan dengan tanda
d Secara diam-diam
99
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku II. Bandung: Citra Adittya Bakti, 2000, hlm. 146.
Universitas Sumatera Utara
Sekalipun undang-undang tidak secara tegas mengatakan, tetapi dari ketentuan yang ada, antara lain pasal 1320 jo pasal 1338 KUHPerdata, dapat
disimpulkan bahwa pada asasnya, kecuali ditentukan lain, undang-undang tidak menentukan cara orang menyatakan kehendak.
Jadi jika dikemudian hari terdapat perselisihan antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan oleh salah satu pihak maka pernyataan
itulah yang dijadikan sandaran bagi pihak lainnya untuk menuntut prestasi pelaksanaan perjanjian. Kata sepakat yang diperlukan untuk melahirkan suatu
perjanjian yang diamanatkan di dalam pasal 1320 Burgelijk Wet Boek KUHPerdata dianggap telah tercapai apabila pernyataan salah satu pihak
diterima oleh pihak lainnya. Contoh pernyataan kehendak yang dinyatakan dengan tanda-tanda dapat
dilihat dalam proses pelelangan, orang dapat menyatakan persetujuan atau ketidak setujuannya hanya dengan melakukan gerakan tubuh baik melalui tangan
ataupun kepala. Berkaitan dengan kesepakatan dan lahirnya perjanjian. Mariam Darus
Badrulzaman mengemukakan beberapa teori mengenai lahirnya perjanjian tersebut :
100
1 Teori kehendak wilstheorie mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada
saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat.
100
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
2 Teori pengiriman verzendtheorie, mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi
pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.
3 Teori kepercayaan vertrowenstheorie, mengajarkan bahwa kesepakatan itu
terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.
Dalam transaksi elektronik e-transaction, terdapat pola untuk mencapai pernyataan ”sepakat”. Metode atau pola yang digunakan adalah, melalui ”single
click”, ”double click” hingga ”three click”. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pada prinsipnya, pernyataan ”sepakat” dari salah
pihak atas pernyataan dari pihak lainnya telah terwakili melalui tiga pola tersebut. Ringkasan, suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada saat salah satu
pihak menyatakan sepakat menyepakati pokok perjanjian yang dinyatakan oleh pihak lainnya. Pernyataan tersebutlah yang dijadikan dasar kesepakatan
pernyataan kehendak dari kedua belah pihak. Belum adanya peraturan khusus mengenai transaksi elektronik tidak
menyebabkan perjanjian yang dibuat secara elektronik tersebut dimintakan pembatalan. Karena secara nyata tidak terdapat perubahan subtantif dalam
transaksi yang dilakukan secara elektronik. Namun perlu juga diperhatikan ketentuan mengenai klausula baku dalam suatu perjanjian, dan bagaimana
kaitannya dengan aspek perlindungan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
5. Syarat Syahnya Transaksi E-Commerce