39 Inggris dengan variabel motivasi dan penguasaan kosa kata. Affandi dan Aningsih
menerapkan model pembelajaran Word Square pada mata pelajaran IPA dengan variabel hasil belajar siswa. Pertiwi menerapkan model pembelajaran Word
Square pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan variabel hasil belajar siswa. Ratnasari menerapkan model pembelajaran Word Square pada mata pelajaran
PKn dengan variabel aktivitas dan hasil belajar siswa. Widiartini menerapkan model pembelajaran Word Square pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
variabel keterampilan menyimak cerita. Rahmatika, Suratman, dan Kurnia menerapkan model pembelajaran Word Square pada mata pelajaran IPS dengan
variabel motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa, serta aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Proses pembelajarannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat usia siswa. Model Word Square mengajak siswa untuk bermain sambil belajar, sehingga proses pembelajarannya menjadi lebih
menyenangkan. Model Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah, sehingga model ini tepat jika diterapkan dalam pembelajaran IPS kelas
III SD Negeri 1 Pepedan, karena sesuai dengan karakteristik siswa yang masih suka bermain dan masih membutuhkan penjelasan dari guru.
Dalam penelitian ini, peneliti menguji keefektifan model Word Square pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
40 Peneliti akan membandingkan hasil belajar antara dua kelas yang diberi perlakuan
berbeda tersebut. Dengan perbedaan hasil belajar yang ditunjukkan itu, diharapkan dapat memberi masukan bagi guru sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan proses pembelajaran IPS. Gambaran kerangka berpikir dapat dilihat pada Bagan 2.1 berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono 2013: 99, “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.” Berdasarkan kajian teori, penelitian terdahulu, dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Menggunakan pembelajaran konvensional.
Menggunakan model Word Square.
Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa
Dibandingkan
1 Perbedaan antara hasil belajar menggunakan model Word
Square dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan
Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri 1 Pepedan. 2
Apakah hasil belajar menggunakan model Word Square lebih baik daripada hasil belajar menggunakan model
konvensional pada mata pelajaran IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri
1 Pepedan.
Pembelajaran IPS Kelas III
41 1
H : Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar menggunakan model Word
Square dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema
Permainan di SD Negeri 1 Pepedan µ
1
= µ
2
. Ha
: Terdapat perbedaan antara hasil belajar menggunakan model Word Square dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran
IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri 1 Pepedan µ
1
≠ µ
2
. 2 H
: Hasil belajar menggunakan model Word Square tidak lebih baik daripada hasil belajar menggunakan model konvensional pada mata pelajaran
IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri 1 Pepedan µ
1
≤ µ
2
. Ha : Hasil belajar menggunakan model Word Square lebih baik daripada
hasil belajar menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas III materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema
Permainan di SD Negeri 1 Pepedan µ
1
µ
2
.
42
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bagian ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, data hasil penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, serta teknik analisis data. Berikut uraiannya.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono 2013:
116, “Quasi experimental design mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random Sugiyono, 2013: 118. Nonequivalent control group design digambarkan seperti berikut:
Keterangan: O
1
dan O
3
= Keadaan awal kelas eksperimen dan kontrol. X
= Perlakuan yang diberikan, yaitu model Word Square. O
2
= Hasil penilaian kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan O
4
= Hasil penilaian kelas kontrol tanpa perlakuan. Sugiyono, 2013: 118.
O
1
X O
2
O
3
O
4