1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan paradigma penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, serta manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Tilaar 1999 dalam Taufiq, dkk 2010: 1.4 sebagai proses menumbuhkembangkan eksistensi siswa yang memasyarakat, membudaya,
dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I
Pasal 1 Ayat 1, menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk
membantu siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang ada, serta memiliki kepribadian dan akhlak yang baik.
Pendidikan juga memiliki tujuan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yang
menyatakan:
2 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, orang tua, masyarakat,
serta pemerintah terutama pihak sekolah bertanggungjawab dalam pelaksanaan pendidikan yang berkesinambungan serta mengacu pada kehidupan manusia masa
kini dan masa depan. Pendidikan yang berada di bawah naungan pemerintah adalah pendidikan formal, sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003
Bab I Pasal 1 Ayat 11 yang menyatakan “Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.” Dalam UU No. 20 Tahun 2003
Bab VI Pasal 17 Ayat 2 meny atakan “Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar
SD dan madrasah ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama SMP dan madrasah tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang
sederajat.” Pendidikan dasar memiliki kurikulum dalam proses pelaksanaan pembelajarannya. “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu” UU No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 19. “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilankejuruan,
dan muatan lokal” UU No. 20 Tahun 2003 Bab X Pasal 37 Ayat 1.
3 Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
memberikan wawasan pengetahuan yang luas kepada siswa mengenai masyarakat lokal maupun global, sehingga mereka mampu hidup bersama-sama dengan
masyarakat lainnya Susanto, 2013: 148. IPS merupakan salah satu materi yang didominasi oleh hafalan. Agar lebih efektif, bidang kajian IPS harus dipelajari
secara kontekstual dengan kehidupan sosial. Hadi 1997 dalam Susanto 2013: 146, menyebutkan bahwa pendidikan IPS memiliki empat tujuan, yaitu
knowledge, skill, attitude, dan value. Knowledge, sebagai tujuan utama pendidikan IPS membantu siswa mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya. Skill,
mecakup keterampilan berpikir thinking skills. Attitude, terdiri atas tingkah laku berpikir intellectual behavior dan tingkah laku sosial social behavior. Value,
yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat, diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintahan.
Agar tujuan pendidikan IPS tercapai dengan baik, dalam proses pembelajaran guru sebaiknya mengoptimalkan interaksinya dengan siswa. Hal ini
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 20 yang menyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.” Interaksi dalam hal ini yaitu keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran IPS biasanya
didominasi oleh metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan pemberian tugas, sehingga proses pembelajaran kurang efektif.
Keadaan tersebut juga terjadi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas III SD Negeri 1 Pepedan Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas III pada tanggal 6 Januari 2015, diperoleh keterangan bahwa
4 dalam proses pembelajaran IPS guru memberikan materi kemudian siswa
mencatatnya. Siswa memahaminya dengan cara menghafalkan materi yang disampaikan oleh guru. Kondisi belajar seperti ini menimbulkan kebosanan pada
siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran inovatif yang mampu melibatkan siswa, agar proses pembelajaran lebih efektif.
Pembelajaran IPS kelas III materi Uang, berdasarkan KTSP menggunakan pendekatan tematik terpadu. Uang merupakan salah satu materi IPS yang
disampaikan kepada siswa kelas III dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi Uang yang dipadukan dengan materi Pengelolaan Uang dalam tema
Permainan. Menurut Hadisubroto 2000 dalam Trianto 2014: 56, bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang diawali dengan pokok
bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau beberapa
bidang studi dengan beragam pengalaman belajar anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran terpadu
model keterhubungan connected dalam satu mata pelajaran. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila pembelajarannya dirancang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa kelas III. Menurut Susanto 2012: 70, anak yang berada di sekolah dasar masih
tergolong rentangan anak usia dini, terutama anak yang berada pada kelas rendah. Masa usia dini merupakan masa yang pendek dan masa yang penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar berkembang secara optimal. Berdasarkan karakteristik
siswa kelas rendah tersebut, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran yang
5 sesuai dengan IPS materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan
yaitu pembelajaran inovatif yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif, menyenangkan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa model. Taniredja, dkk 2013:
55, berpendapat “Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan sesama siswa dalam tugas- tugas yang terstruktur.”
Pembelajaran inovatif yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan menyenangkan adalah model pembelajaran kooperatif Word Square, yang di
dalam pembelajarannya terdapat nuansa bermain. Hal ini diharapkan dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh selama mengikuti pembelajaran
IPS di sekolah. Dengan demikian, materi yang disampaikan akan mudah diterima dan dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar lebih optimal.
Menurut Santoso 2011, “Model Word Square adalah model
pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-
kotak jawaban.” Model tersebut hampir sama dengan teka-teki silang, bedanya jawaban sudah ada dan disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan berisi huruf sebagai pengecoh. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa, namun melatih sikap teliti dan
kritis. Model ini sesuai untuk semua mata pelajaran, tergantung kreativitas guru dalam membuat sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir efektif. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilaksanakan oleh Pertiwi 2013 dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
6 Negeri Semarang dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Lancar
Aksara Jawa melalui Model Word Square Siswa Kelas VA SDN Purwoyoso 03 Semarang”. Penelitian yang lain dilaksanakan oleh Aningsih, dkk 2012 dari
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar
terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus 1 Kecamatan Pupuan”. Penelitian
lain oleh Widiartini, dkk 2014 dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul “Pengaruh Model Word Square terhadap
Keterampilan Menyimak Cerita Kelas V SD Gug us IX Kecamatan Buleleng”.
Hasil yang diperoleh dari beberapa penelitian tersebut menunujukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menggunakan model Word
Square dengan hasil belajar menggunakan model konvensional. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menguji
tentang pembelajaran IPS kelas III menggunakan model Word Square dengan judul “Keefektifan Model Word Square dalam Pembelajaran IPS Materi Uang
Tema Permainan pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Pepedan Purbalingga
”.
1.2 Identifikasi Masalah