Hal ini dikarenakan didalam memproduksi beton perusahan hanya memproduksi berdasarkan pesanan dari pihak konsumen bukan memproduksi beton untuk
mempersiapkan “stock” yang berarti perusahan harus menyelesaikan pesanan beton sesuai kesepakatan waktu kedua belah pihak. Berdasarkan keterangan diatas
kelompok 2 dan kelompok 3 dapat dikategorikan kedalam produktivitas tidak sesuai.
Distribusi produktivitas kerja kolektif dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Kolektif Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Produktivitas
Kerja Kolektif Frekuensi
kelompok Presentase
1 Sesuai
2 50,0
2 Tidak Sesuai
2 50,0
Total 4
100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kategori produktivitas sesuai yaitu 2 kelompok 50,0, sedangkan pada kategori produktivitas tidak
sesuai terdapat 2 kelompok 50,0.
4.4 Hasil Uji Bivariat
4.4.1 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu Tabel 4.18
Tabel Silang Antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan di PT. Wijaya Karya Beton
Medan Tahun 2015.
No Kelelahan
Kerja Produktivitas Kerja Individu
Jumlah
p.
Sesuai Tidak
Sesuai
1 Ringan
12 50,0
2 8,3
14 58,3
0,034
2 Sedang
4 16,7
6 25,0
10 41,7
Total 16
66,7 8
41,7 24
100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa pada kelelahan kerja ringan terdapat 12 orang pekerja 50,0 dengan produktivitas kerja yang
sesuai, sedangkan pada kelelahan kerja sedang hanya terdapat 4 orang pekerja
16,7 dengan produktivitas kerja yang sesuai. Sementara, kelelahan kerja ringan dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai terdapat 2 orang 8,3 dan
pada kelelahan kerja sedang dengan produktivitas yang tidak sesuai terdapat 6 orang 25.
Pada hasil uji
Rank Spearman
antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai koefisien 0,435 dengan nilai negatif dan nilai p = 0,034 dimana p
0,05 yang hai ini berarti ada hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT.
Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.
4.4.2 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif
Hubungan antara dua variabel tidak dapat dilakukan dengan uji statistika karena kedua variabel memiliki ukuran yang berbeda. Kelelahan kerja yang diukur
dengan kuesioner
Internasionel Fatique Research Committe
IFRC merupakan kelelahan kerja individual dan tidak dapat transpormasikan kedalam ukuran
kelompok kolektif sedangkan produktivitas kerja disini merupakan produktivitas kelompok kolektif. Variasi distribusi responden antara kelelahan kerja dengan
produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.19. Gambaran Kelelahan Kerja dan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton
Tahun 2015.
Kelompok Jumlah
Kelelahan Ringan Kelelahan Sedang
Produktivitas Kolektif
N N
I 6
4 66,7
2 33,3
Sesuai II
6 2
33,3 4
66,7 Tidak sesuai
III 6
2 33,3
4 66,7
Tidak Sesuai IV
6 6
100 -
- Sesuai
Total 24
N=14 N=10
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai
ditemukan pada kelompok yang memiliki pekerja yang mengalami kelelahan kerja sedang lebih banyak daripada kelelahan kerja ringan, sedangkan pada
kelompok yang pekerjanya lebih sedikit mengalami kelelahan kerja sedang daripada kelelahan kerja ringan masih menunjukkan produktivitas kerja kolektif
yang sesuai.
69
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di
PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa kelelahan kerja yang dialami pekerja bagian produksi tulangan yaitu pada kelelahan kerja ringan
sebanyak 14 orang 58,3 dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang 41,7. Kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja dikarenakan proses kerja yang
dilakukan merupakan proses kerja fisik, hal ini dapat dilihat dari proses pengerjaan tulangan yang melalui beberapa tahap mulai dari pemotongan besi,
pembentukan ujung besi yang membutuhkan ketelitian, dan proses perakitan tulangan hingga membentuk kerangka besi yang siap dicetak menjadi beton.
Pemotongan besi dilakukan dengan cara mengurai gulungan besi untuk dapat disesuaikan posisinya ke alat pemotongan besi. Pada proses ini pekerja akan
merasa bahu terasa kaku karena dalam pemotongan besi membutuhkan kekuatan dari kedua tangan dan dibantu dengan kekuatan tubuh bagian atas bahu,
punggung. Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tentu akan berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas
tersebut. Semakin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan tersebut berarti kekuatan dan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan semakin
rendah pula Sutalaksana, 2005. Selanjutnya pada proses pembentukan ujung besi dilakukan dengan mesin,
disini pekerja dituntut untuk teliti dalam pengerjaannya karena apabila salah dalam melakukan pembentukan ujung besi akan menimbulkan kecacatan pada