Selanjutnya pada tahun 2000 mulai kembali mengalami kenaikan menjadi 54.683,24 miliar rupiah dan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun
2008 menjadi sebesar 97.860,93 miliar rupiah. Meskipun demikian, apabila dilihat dari pertumbuhannya terlihat bahwa
pertumbuhan PMTDB riil sepanjang periode 1987-2008 cenderung berfluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,31 per tahun. Apabila krisis diabaikan
rata-rata pertumbuhan PMTDB riil sebesar 8,17 per tahun. Sementara itu, jika dibandingkan antara periode sebelum krisis dengan setelah krisis terlihat bahwa
pertumbuhan PMTDB riil pada periode sebelum krisis cenderung lebih tinggi ketimbang pada periode setelah krisis. Pada periode sebelum krisis rata-rata
pertumbuhan PMTDB riil sebesar 10,44 per tahun, sedangkan pada periode setelah krisis sebesar 5,90 per tahun.
Grafik 4.3: Incremental Capital Output Ratio ICOR Indonesia Periode 1987-2008
5.29 4.79
3.98 4.37
4.52 4.77
4.71 4.34
4.22 4.69
7.86 28.75
5.24 6.83
6.03 5.39
5.53 5.16
5.19 5.18
4.66 -1.80
-5.00 0.00
5.00 10.00
15.00 20.00
25.00 30.00
35.00
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Sementara itu apabila dilihat dari segi ICOR Incremental Capital-Output Ratio
, yang merupakan suatu ukuran untuk melihat tingkat efisiensi suatu perekonomian, terlihat bahwa nilai ICOR untuk periode pasca krisis masih lebih
tinggi ketimbang pada periode sebelum krisis. Pada periode setelah krisis 2000- 2008, tanpa memasukkan nilai ICOR tahun 1999 rata-rata nilai ICOR sebesar
5,47, sedangkan pada periode sebelum krisis 1987-1996 rata-rata nilai ICOR sebesar 4,57. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa sebelum krisis
perekonomian masih lebih efisien ketimbang pada masa setelah krisis. Perlu dikemukakan pula, bahwa pada tahun 1998 nilai ICOR menunjukkan
angka negatif, hal ini dikarenakan PDB maupun PMTDB, kedua-duanya terkontraksi secara tajam sehingga mengakibatkan nilai ICOR menjadi negatif.
Kemudian pada tahun 1999 nilai ICOR menunjukkan angka tertinggi, hal ini dikarenakan pertumbuhan PMTDB masih mengalami penurunan yang tajam
akibat krisis, sedangkan PDB mengalami kenaikan yang lambat, sehingga nilai ICOR pada tahun tersebut tinggi.
c Perkembangan Laju Inflasi
Perkembangan laju inflasi Indonesia sepanjang periode 1987-2008 memperlihatkan kecenderungan yang berfluktuasi, dengan laju inflasi rata-rata
sebesar 11,54 per tahun grafik 4.4. Bila periode krisis diabaikan, rata-rata laju inflasi Indonesia sebesar 8,26 per tahun. Meskipun demikian, bila dibandingkan
antara periode sebelum krisis dengan setelah krisis terlihat bahwa laju inflasi setelah krisis lebih berfluktuasi ketimbang sebelum krisis. Jika dilihat secara rata-
rata, laju inflasi pada periode setelah krisis juga lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Pada periode sebelum krisis rata-rata laju inflasi Indonesia sebesar
7,85 per tahun, sedangkan pada periode setelah krisis sebesar 8,68 per tahun. Pada tahun 1987 laju inflasi tercatat sebesar 8,90. Tingginya inflasi pada
tahun ini lebih dikarenakan faktor permintaan, yakni meningkatnya permintaan masyarakat akan barang-barang dan jasa. Hal ini tercermin dari meningkatnya laju
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan menjadi sebesar 3,31 pada tahun 1987. Selain itu, meningkatnya harga minyak
mentah juga turut memberikan kontribusi terhadap tingginya inflasi pada tahun ini.
Grafik 4.4: Perkembangan Laju Inflasi Indonesia 1987-2008
8.90 5.47 5.97