rata persentase penduduk miskin relatif lebih tinggi ketimbang sebelum krisis. Pada periode setelah krisis rata-rata persentase penduduk miskin sebesar 17,97,
sedangkan pada periode sebelum krisis sebesar 14,38.
Grafik 4.17: Persentase Tingkat Pengangguran di Indonesia 1987-2008
2.81 2.66
2.71 2.76
5.06 7.24
4.89 4.68
5.46 6.08
8.10 9.06
9.86 10.26
9.11 8.39
9.50 10.28
6.36 2.59
2.51 2.55
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
10.00 11.00
12.00
19871988198919901991199219931994199519961997 19981999200020012002200320042005200620072008
Ti ngk
a t P
e nga
nggur a
n
Sumber: BPS
Sementara itu ditinjau dari tingkat pengangguran grafik 4.17, terlihat
bahwa tingkat pengangguran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, terutama pada periode setelah krisis. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat
pengangguran di Indonesia sepanjang periode 1987-2008 sebesar 6,04. Apabila dibandingkan antara periode setelah krisis dengan sebelum krisis, terlihat bahwa
tingkat pengangguran pada periode setelah krisis cenderung lebih tinggi ketimbang sebelum krisis. Pada periode sebelum krisis rata-rata tingkat
pengangguran di Indonesia sebesar 3,58, sedangkan pada periode setelah krisis sebesar 8,70. Tingginya tingkat pengangguran ini menandakan bahwa
penciptaan lapangan kerja baru yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi belum mampu menyerap sepenuhnya penambahan angkatan kerja.
b Angkatan Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi. Sebagai input produksi, tenaga kerja lebih penting dibandingkan input-input produksi
lainnya seperti bahan baku, tanah, mesin-mesin, dan peralatan, hal ini dikarenakan tenaga kerjalah yang menggerakkan seluruh input-input tersebut untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dari segi perekonomian secara keseluruhan, tenaga kerja juga merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan output baik
dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.
Grafik 4.18: Jumlah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja di Indonesia Periode 1987-2008
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jum lah A
ngka tan K
e rj
a J
ut a Ji
w a
-1.00 0.00
1.00 2.00
3.00 4.00
5.00
P e
rt um
buhan A
ngkat an K
e rj
a
Angkatan Kerja Juta Jiwa Pertumbuhan Angkatan Kerja
Sumber: Statistik Indonesia, BPS
Ditinjau dari segi kuantitas, perkembangan angkatan kerja di Indonesia sepanjang periode 1987-2008 cenderung mengalami peningkatan dari 72,24 juta
jiwa pada tahun 1987 meningkat menjadi sebesar 111,94 juta jiwa pada akhir tahun 2008. Meningkatnya jumlah angkatan kerja tersebut merupakan hal yang
wajar sebagai konsekuensi dari meningkatnya populasi penduduk Indonesia. Meskipun demikian, apabila ditinjau dari segi pertumbuhannya terlihat bahwa
pertumbuhan angkatan kerja Indonesia sepanjang periode 1987-2008 cenderung berfluktuasi dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2,15 per tahun. Apabila
dibandingkan antara periode sebelum dengan setelah krisis, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan sebelum krisis cenderung lebih tinggi dibanding setelah krisis. Pada
periode sebelum krisis, rata-rata pertumbuhan angkatan kerja Indonesia sebesar 2,53 per tahun, sedangkan pada periode setelah krisis sebesar 1,91 per tahun.
Grafik 4.19: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Periode 1987-2008
56.6 56.6
56.6 68.6
65.7
57.3 57.4
57.3 57.4
58.3 58.0
66.9 67.2
67.8 67.8
67.5 68.0
66.2 67.0
67.2
57.3 57.1
50.00 55.00
60.00 65.00
70.00 75.00
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T P
AK
Apabila ditinjau dari tingkat partisipasinya grafik 4.19, terlihat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK Indonesia cenderung meningkat dari
57,4 pada tahun 1987 menjadi sebesar 67,2 pada akhir tahun 2008. Sedangkan bila ditinjau dari rata-ratanya, sepanjang periode 1987-2008 rata-rata tingkat
partisipasi angkatan kerja Indonesia adalah sebesar 62,27 per tahun.
Tabel 4.7: Rata-rata Persentase Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Periode Tidak
Sekolah TidakBelum
Tamat SD Tamat
SD Tamat
SMP Tamat
SLTA Kejuruan
Tamat DI
DII Tamat
D3 Tamat
S1 Total
1987-2008 9.64 19.29 35.93
14.46 16.69 0.67 1.23 2.15 100 1987-1996 13.39
24.84 35.82 10.57 12.87 0.42 0.89 1.21 100
1999-2008 6.03 13.70 36.13
18.46 20.25 0.97 1.57 3.08 100 1997-1998 8.95
19.50 35.54 13.86 18.05 0.70 1.17 2.22 100
Sumber: Statistik Indonesia, BPS Diolah
Sementara itu ditinjau dari tingkat pendidikannya, sebagaimana ditunjukkan
pada tabel 4.7, terlihat bahwa proporsi angkatan kerja Indonesia sepanjang periode 1987-2008 mayoritas masih didominasi oleh angkatan kerja yang
berpendidikan rendah, dimana proporsi angkatan kerja yang hanya tamat SDsederajat menduduki proporsi terbesar pertama yakni sebesar 35,93 dan
yang tidakbelum tamat SDsederajat menduduki proporsi kedua yakni 19,29. Sedangkan angkatan kerja yang tamat SLTA dan kejuruan proporsinya menempati
urutan ketiga yakni sebesar 16,69. Sebaliknya angkatan kerja yang berpendidikan tinggi proporsinya masih relatif kecil, untuk angkatan kerja yang tamat D1 D2
sebesar 0,67, tamat D3 sebesar 1,23, dan yang tamat S1 sebesar 2,15.
c Rata-rata Tahun Sekolah Schooling Years
Ketersediaan tenaga kerja akan lebih meningkatkan produktivitas output apabila dipandang tidak hanya dari segi kuantitasnya saja, melainkan juga dari
segi kualitas atau mutunya. Kualitas atau keahlian tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui investasi dalam mutu modal manusia human capital, khususnya melalui
pendidikan. Dengan demikian, salah satu indikator yang dapat dijadikan proxy untuk mengukur mutu modal manusia adalah tingkat pendidikan yang dalam hal
ini diukur melalui rata-rata lama tahun sekolah schooling years.
Grafik 4.20: Rata-rata Lama Tahun Sekolah Schooling Years Angkatan Kerja Indonesia
5.26 5.88