bertindak di luar fungsi utamanya sehingga menimbulkan pengeluaran yang berlebih-lebihan hal tersebut akan berdampak sebaliknya, yakni berdampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya efek negatif dari pajak, distorsi penyimpangan program pemerintah, serta tidak
efisiennya pengeluaran pemerintah tersebut. g “Dampak Fluktuasi Nilai Tukar terhadap Output dan Harga: Perbandingan
Dua Rezim Nilai Tukar”, Jardine A. Husman, 2007 Penelitian yang dilakukan Jardine bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap output dan harga pada dua rezim nilai tukar. Selain itu, juga mengevaluasi seberapa jauh
dampak tersebut dibandingkan dengan pengaruh kebijakan moneter, fiskal, dan kejutan harga minyak internasional. Data yang digunakan berupa data
time series kwartalan untuk periode 1990.1-2006.2. Terkait dengan pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan output, penelitian tersebut memberikan
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Fluktuasi nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap output hanya pada periode free floating sedangkan pada periode managed floating tidak.
2. Pengaruh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap output cenderung melalui
jalur permintaan ketimbang jalur penawaran.
2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori, dan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka pemikiran umum
sebagai berikut:
Kebijakan Moneter: • JUB M2
• Suku Bunga SBI Kebijakan Fiskal:
• Pengeluaran Pemerintah • Tingkat Harga Inflasi
• Nilai Tukar RpUS
Faktor-faktor Lain:
• Krisis 19971998 • Pergantian Presiden
• Input-input Produksi tenaga kerja modal
dan TFP Supply Shock:
• Crude Oil Price OPEC • Nilai Tukar RpUS
Penawaran Agregat
Interaksi AD dan AS
Output PDB atau
Pertumbuhan Ekonomi
Permintaan Agregat
Penawaran Agregat
Permintaan Agregat
Gambar 2.10: Kerangka Umum Pemikiran
Kerangka pemikiran umum pada gambar 2.10 di atas memberikan penjelasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi output maupun pertumbuhan
ekonomi. Output ataupun pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sisi permintaan, sisi penawaran, maupun faktor lainnya yang
dapat mempengaruhi sisi permintaan dan penawaran. Kerangka pemikiran di atas dapat dibuat menjadi lebih spesifik sehingga menunjukkan kerangka pemikiran
model pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan jangka pendek.
Output
Lo ng Run Agre
gat Supply
TFP
faktor eksogen atau diluar model
Human Kapital Labor
Kapital Gambar 2.11: Kerangka Pemikiran
Model Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
Gambar 2.11 menunjukkan kerangka pemikiran model pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model pertumbuhan ekonomi neo-klasik menekankan
pada sisi penawaran agregat jangka panjang long run agregat supply, yakni menekankan pada input-input produksi. Salah satu pelopor teori pertumbuhan Neo
Klasik, yakni Robert M. Solow mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi output antara lain: kapital, labor, dan TFP atau technological
progress yang bersifat eksogen. Kemudian, Mankiw, Romer, dan Weil
mengembangkan model Solow tersebut dengan menambahkan faktor human capital
ke dalam spesifikasi fungsi model Solow. Sementara itu, gambar 2.12. menunjukkan kerangka pemikiran model
pertumbuhan ekonomi jangka pendek business cycle model. Berfluktuasinya pertumbuhan ekonomi jangka pendek disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan dalam permintaan agregat, penawaran agregat jangka pendek, maupun perubahan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi baik sisi permintaan maupun
penawaran. Dari sisi permintaan agregat, faktor yang menyebabkan berfluktuasinya
pertumbuhan ekonomi antara lain: kebijakan fiskal berupa perubahan pengeluaran pemerintah, kebijakan moneter berupa perubahan jumlah uang beredar dan tingkat
suku bunga, laju inflasi, dan kejutan nilai tukar pada sisi permintaan. Dari sisi penawaran agregat jangka pendek, berfluktuasi pertumbuhan ekonomi antara lain
disebabkan oleh perubahan harga minyak mentah internasional dan kejutan nilai tukar pada sisi penawaran. Sedangkan perubahan faktor-faktor lain berupa
terjadinya krisis serta pergantian presiden.
Gambar 2.12: Kerangka Pemikiran Model Pertumbuhan Ekonomi Jangka Pendek Business Cycle Model
Hubungan antara krisis dan pergantian presiden dengan permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek dapat mempunyai hubungan yang
saling timbal balik, ibarat dua sisi mata uang. Perubahan dalam permintaan
Kebijakan Moneter: • JUB M2
• Suku Bunga SBI Kebijakan Fiskal:
• Pengeluaran Pemerintah
Nilai Tukar RpUS
Faktor-faktor Lain: • Krisis Ekonomi 19971998
• Pergantian Presiden
Crude Oil Price OPEC Permintaan Agregat
Short Run Agregat Supply
Nilai Tukar RpUS Tingkat Harga Inflasi
Pertumbuhan Ekonomi
agregat dan penawaran agregat dapat saja menimbulkan terjadinya krisis dan gejolak politik pergantian Presiden, sebaliknya terjadinya krisis dan pergantian
Presiden dapat berdampak pada kondisi perekonomian permintaan agregat, penawaran agregat jangka pendek, serta pertumbuhan ekonomi.
2.6 Hipotesis