100 Cop
Cop Cop
Cop
1 -
t 1
- t
t
× −
= Δ
Keterangan: ΔCop = Perubahan harga minyak mentah OPEC
Cop
t
= Harga minyak mentah OPEC pada tahun t Cop
t-1
= Harga minyak mentah OPEC pada tahun t-1 8.
Dummy krisis 19971998 Yang dimaksud dengan krisis 19971998 adalah krisis krisis mata
uang, finansial, ekonomi, dan krisis sosial dan politik di Indonesia yang terjadi pada periode tahun 1997-1998. Variabel krisis 19971998
dinyatakan dengan dummy variabel, yang diberi nilai 1 apabila terjadi krisis dan nilai 0 apabila tidak terjadi krisis.
9. Dummy Pergantian Presiden
Presiden adalah kepala negara bagi negara yang berbentuk republik. Yang dimaksud dengan pergantian presiden adalah pergantian
Presiden Republik Indonesia. Variabel pergantian presiden dinyatakan dengan dummy variabel, yang diberi nilai 1 apabila terjadi pergantian
presiden dan nilai 0 apabila tidak terdapat pergantian presiden.
3.5 Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data runtut waktu time series selama periode 1987-2008. Data sekunder
merupakan data yang sudah berupa publikasi yang diterbitkan oleh lembaga- lembaga atau instansi-instansi tertentu. Terkait dengan penelitian ini, data
sekunder diperoleh antara lain dari Laporan Perekonomian Indonesia BI, Badan Pusat Statistik BPS, Statistik Ekonomi dan Keuangan SEKI, Laporan Tahunan
OPEC, serta sumber-sumber lainnya. Khusus untuk data variabel human kapital diperoleh dengan melakukan
perhitungan tersendiri dengan menggunakan schooling years tabel 3.1, dimana tiap-tiap tingkat pendidikan disetarakan dengan jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk menempuh tingkat pendidikan tersebut Barro, 2000.
Tabel 3.1: Schooling Years
Tidak Sekolah
TidakBelum Tamat SD
Lulus SD
Lulus SMP
Lulus SLTA
Lulus DI DII
Lulus D3
Lulus S1
Jumlah Tahun
1 3 6
9 12
13.5 15
17
Menurut Barro,
schooling years merupakan indikator yang baik untuk
mewakili human kapital dibandingkan indikator-indikator lainnya seperti tingkat melek huruf, rasio guru-murid, rasio angkatan kerja yang terdaftar pada tingkat
pendidikan pertama maupun menengah, maupun pengeluaran atau investasi pemerintah di bidang pendidikan. Meskipun demikian, lebih lanjut Barro
2000:12 mengemukakan bahwa schooling years ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak memperhitungkan skill dan pengalaman yang diperoleh oleh individu
setelah mereka keluar dari sekolah formal maupun ketika mereka mengikuti sekolah informal.
2. Tidak memperhitungkan skill dan kemampuan yang diperoleh pada saat
sekolah atau dengan kata lain tidak memperhitungkan kualitas sekolah diberbagai negaradaerah yang ada.
Oleh karena itu, guna mengurangi kelemahan pertama, dalam kaitannya dengan konteks negara berkembang seperti halnya Indonesia yang angkatan
kerjanya sebagian besar cenderung didominasi oleh individu-individu yang berpendidikan rendah tidak bersekolah, atau tidak tamat sekolah dasar, atau pun
hanya berpendidikan sekolah dasar, maka nilai schooling years untuk angkatan kerja yang tidak bersekolah diberi skor 1 tahun, sedangkan yang tidakbelum
tamat sekolah dasar diberi skor 3 tahun Tabel 3.1. Dengan kata lain, untuk angkatan kerja yang tidak bersekolah dan belumtidak tamat sekolah dasar
diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuannya melalui pengalaman kerja maupun melalui pendidikan informal.
Sementara itu, untuk data pengeluaran pemerintah APBN dilakukan sedikit penyesuaian format guna menyamakan komponen-komponen pengeluaran
pemerintah sehingga diperoleh total pengeluaran pemerintah dengan komponen- komponen pengeluaran yang sama. Hal ini karena sejak tahun 2000 pemerintah
mengubah format APBN, baik pengeluarannya maupun pembiayaan. Dari sisi komponen pengeluaran pemerintah, perbedaan yang mencolok adalah pada
komponen pengeluaran untuk pembayaran bunga dan cicilan pokok utang. Sebelum tahun 2000 pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dijadikan satu
komponen dan dimasukkan ke dalam kategori pengeluaran rutin. Sedangkan sejak tahun 2000 pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dipisahkan, untuk
pembayaran bunga utang masih dimasukkan ke dalam kategori pengeluaran rutin, sebaliknya pembayaran cicilan pokok utang tidak lagi dimasukkan ke dalam
kategori pengeluaran rutin melainkan dimasukkan ke dalam pembiayaan defisit
pemerintah. Oleh karena itu, untuk kepentingan komparasi dan guna memperoleh pengeluaran total dengan komponen yang sama, maka dilakukan penyesuaian
format dengan kembali memasukkan komponen pembayaran pokok utang ke dalam komponen pengeluaran rutin. lihat lampiran.
3.6 Metode Analisis