25
yang dapat berakibat pada kerugaian bagi pihak investor yang dapat dilihat dari pergerakan harga dan volume saham Chrinoventie,2012.
Sifat risiko litigasi dalam studi akuntansi terbagi menjadi 2 yaitu bersifat ex-ante dan bersifat ex-post. Studi yang bersifat Ex-ante menekankan pada
kondisi perusahaan yang memungkinkan erjadinya tuntutan litigasi. Sementara itu studi Ex-post lebih menekankan pada dampak nyata terjadinya litigasi bagi
perusahaan sehubungan dengan adanya peraturan yang menjadi penekanan karena praktik akuntansinya melanggar peraturan hukum dan peraturan yang berlaku.
Dalam Ulfasari 2014 Pengungkapan ex-post dapat menimbulkan tuduhan atas kelalaian auditor sehingga menimbulkan biaya litigasi atau kehilangan reputasi
auditor. Untuk melindungi reputasinya, auditor meningkatkan upaya audit atau penilaian risiko klien yang akan mengakibatkan kenaikan audit fee.
Frnacis et al. 1994, Johnson et al. 2001, dalam Krishnan dan Lee 2009 menyimpulkan bahwa kapitalisasi pasar, beta saham dan perputaran
volume saham secara positif berhubungan dengan profitabilitas terjadinya tuntutan hukum menjadi faktor pemicu litigasi. Dikarenakan luasnya konsekuensi
dari risiko tersebut, maka perusahaan dituntut seminimal mungkin mengurangi peluang risiko litigasi. Yaitu dengan cara meningkatkan fugsi monitoring
Adhidewanto,2013.
2.1.10 Litigasi Auditor
Litigasi auditor terjadi pada saat manjemen, pemegang saham, kreditor ataupun pihak ketiga lainnya berusaha untuk menuntut kerugian yang mereka
26
alami alami dengan menghubungkan “kecacatan” dalam laporan keuangan yang diaudit dan menetapkan tanggung jawab atas kerugian kepada auditor
Sheetaraman et al, 2002 Jagan dan Jayanti 1997 mengemukakan bahwa auditor dapat menekan
risiko litigasi dengan berbagai cara, yaitu : dengan meningkatakan kualitas audit dan perencanaan audit, dan menaikkan biaya audit. Selain itu, auditor juga dapat
menekan risiko litigasi dengan cara lebih selektif dalam memilih klien baru terutama yang termasuk dalam kategori high risk.
Menurut Chrisnoventie 2012 dalam meringankan kewajibannya, auditor dapat melakukan 10 langkah. Adapun langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai
berikut: 1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
Disini dimaksudkan agar auditor dapat terhindar dari permasalahan hukum. Apabila klien yang ditangani oleh auditor tidak dapat
dipercaya dalam berbagai hal dan tidak memiliki integritas maka akan besar kemungkinan klien tersebut nantinya akan terkena
masalah hukum. 2. Mempekerjakan dan mengawasi staf yang kompeten dan terlatih
Dengan mempekerjakan pegawai dan staf yang kompeten dan terlatih dimaksudkan untuk memperkecil besarnya risiko. Hal ini
dibutuhkan mengingat tingginya risiko yang dihadapi oleh KAP dalam pengauditan yang dilaksanakannya.
3. Mengikuti standar profesi
27
Sudah seharusnya tenaga profesional mengikuti atura yang berlaku yang sesuai dan tidak kelura dari standar profesinya.
4. Memperthankan Independensi Sebagai tenaga profesional yang menyandang nama akuntan publik
sudah sepatut dan sewajarnya harus mengemukakan independensi. Perbedaan profesi sebagai akuntan publik dengan profesi lainnya
adalah seorang akuntan peublik haruslah bekerja independen bukan sesuai dengan tekanan dan keinginin yang diminta oleh klien.
5. Memahami Usaha klien Pemahaman terhadap usaha klien tentu sangat dibutuhkan untuk
memperlancar pekerjaan seorang auditor. Dalam banyak kasus kurangnya pemahaman terhadap usaha klien acap kali menjadi
faktor yang membuat auditor tidak dapat mengungkapkan kesalahan.
6. Melaksankan audit yang berkualitas Sudah sewajar dan sepatutnya seoarng auditor melaksankan sudit
yang berkualitas. Audit yang baik akan mengurangi kemungkinan adanya kesalahan dalam pelaporan dan akan mengurangi
kemungkinan adanya tuntutan hukum. 7. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai
Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai dimaksudkan untuk membantu dalam mengendalikan dan melaksanakan audit
yang berkualitas
28
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan Kedua surat ini akan sangat bermanfaat saat perkara hukum antara
klien dan auditor. Surat-surat ini juga berfungsi dalam masalah- masalah yang menyangkut dengan pihak ketiga.
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia Tentunya, seasuai dengan kode etik profesi, auditor tidak boleh
membocorkan dan mengungkapakan masalah klien kepada pihak lain,
10. Perlunya asuransi yang memadai Hal ini akan mempermudah KAP. Karena sangat penting bagi KAP
untuk memiliki perlindungan asuransi dalamhal hukum 11. Mencari bantuan hukum
Apabila terjadi tuntutan hukum, auditor harus segara mencari bantuan hukum dari pihak yang berpenglaman.
Litagsi auditor tentunya mengakibatkan kerugian bagi pihak auditor maupun kantor akuntan publik KAP. Untuk menghandari hal tersebut, De
Simmunic 1996 dalam Ulfasari 2014 menjelaskan bahwa : 1. Lingkup auditor dalam portofolio perusahaan kecil dibatasi untuk
menutupi kerugian yang nilainya cukup besar; 2. Lingkungan litigasi dapat berubah dengan cara yang tak
terdugaantara waktu audit dengan biaya audit, waktu gugatan yang diajukan dan kesalahan penilaian;
29
3. Secara sistematis auditor mengalami underprice pada layanan mereka karena ketidakmampuan untuk manila biaya masa depan
yang berpotensi sangat tinggi dalam jumlah mata uang tertentu tetapi memiliki probabilitas yang sangat rendah di masa depan;
4. Selama ini, auditor keliru mengenai keperayaan mereka bahwa tingkat usaha atas dasar kepatuhan akan dinilai berdasarkan GAAS
Generally Accepeted Auditing Standards
2.1.11 Profitabilitas Klien