Materi dalam penelitian ini adalah Globalisasi dengan memilih salah satu Kompetensi Dasar yang terdiri dari indikator-indikator pencapaian yang akan
disajikan kepada siswa kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang.
2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Hamdami, 2011 : 30 Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, H. Karli dan
Yuliariatiningsih, M.S. dalam Hamdani, 2011: 165 berpendapat bahwa pembalajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya Trianto, 2013: 56. Eggen dan Kauchak, dalam Trianto, 2013 : 58 juga berpendapat
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama. Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya.
Arends dalam Trianto, 2013: 65 menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu Berdasarkan uraian tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan
penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing- masing individu dalam kelompok, di mana keberhasilan tersebut sangat berarti
untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. 2.1.5.2.
Manfaat Pembelajaran Kooperatif Zamroni dalam Trianto, 2013 : 57 mengemukakan bahwa manfaat
penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar
kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki
prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat.
Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan
Kelompok Belajar Konvensional Menurut Killen dalam Trianto, 2013 : 58
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas
individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi
umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat
sling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
”mendompleng” keberhasilan
”pemborong”. Kelompok belajar heterogen, baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar
biasanya homogen.
Pimpinan kelompok
dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota
kelompok. Pemimpin
kelompok sering
ditentukan oleh
guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, memercayai orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat
belajar kooperatif
sedang berlangsung
guru terus
melakukan pemantauan
melalui observasi
dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar-anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok
belajar. Guru sering tidak memerhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok- kelompok
belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi yang saling
menghargai. Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
2.1.5.3. Beberapa Variasi Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian
dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu : Make a Match, STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok
Teams Games Tournaments atau TGT, dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share TPS dan Numbered Head Together NHT. Trianto, 2013 :
67 Dapat dilihat bahwa ada beberapa variasi model pembelajaran kooperatif
yang telah kita kenal. Dalam penelitian ini, berdasarkan akar penyebab masalah yang ada, peneliti telah memilih model pembelajaran Make a Match dengan
media audio-visual yang digunakan dalam penelitian pada siswa kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang.
2.1.6. Model Pembelajaran Make a Match