Model Pembelajaran Make a Match

2.1.5.3. Beberapa Variasi Model Pembelajaran Kooperatif Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu : Make a Match, STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok Teams Games Tournaments atau TGT, dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share TPS dan Numbered Head Together NHT. Trianto, 2013 : 67 Dapat dilihat bahwa ada beberapa variasi model pembelajaran kooperatif yang telah kita kenal. Dalam penelitian ini, berdasarkan akar penyebab masalah yang ada, peneliti telah memilih model pembelajaran Make a Match dengan media audio-visual yang digunakan dalam penelitian pada siswa kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang.

2.1.6. Model Pembelajaran Make a Match

2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran Make a Match Model pembelajaran merupakan gambaran tahap-tahap pembelajaran dikelas dari awal sampai akhir yang harus dicermati oleh guru. Model pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang model pembebelajaran Make a Match. Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan Make a Match menurut Curran adalah kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Model ini dikembangkan oleh Curran Depdiknas, 2005. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Dengan menggunakan model ini, siswa akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran, karena pembelajaran tersebut dilakukan sambil bermain sesuai karakteristik siswa yang sangat tertarik dengan permainan sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. 2.1.6.2. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Make a Match Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah yang berbeda yang dilakukan dalan upaya mewujudkan tujuan pembelajaran. Menurut Curran dalam Rusman, 2011: 223 langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konseptopik yang cocok untuk sesi review satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya kartu soalkartu jawaban. 4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 6. Kesimpulan. 2.1.6.3. Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match Kelebihan model pembelajaran Make a Match Huda, 2014 : 253 sebagai berikut: a. Dapat meningatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. d . Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil mencocokkan jawaban dengan pasangannya. e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. 2.1.6.4. Kekurangan model pembelajaran Make a Match: Kekurangan Model Pembelajaran Make a Match Huda, 2014 : 253 sebagai berikut : a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang. b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang malu berpasangan dengan lawan jenisnya. c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan. d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Solusi untuk mengatasi kekurangan penerapan model pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran berkaitan langsung dengan peran guru sebagai fasilitator, dimana dalam penerapan model ini siswa dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pembawa kartu pertanyaan dan pembawa kartu jawaban. Koordinasi siswa dengan siswa dan guru dengan siswa harus terjalin dengan baik untuk memulai pembelajaran secara kondusif. Pengendalian suasana kelas juga menjadi perhatian tersendiri bagi guru, karena kemungkinan akan menimbulkan sedikit masalah, biasanya terjadi pada saat siswa mencari pasangan kartunya. Pada kondisi ini siswa akan berpencar dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan pasangan kartunya. Selain itu manajemen waktu harus dilakukan dengan baik oleh guru sehingga tidak ada waktu yang terbuang, dan apabila terdapat siswa yang tidak menemukan pasangannya maka guru berhak memberikan hukuman, namun hukuman yang bersifat mendidik. Sebaiknya guru tidak menggunakan model pembelajaran Make a Match ini secara terus menerus karena akan menimbulkan kebosanan pada siswa, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang inovatif di kelas.

2.1.7. Media Pembelajaran Audio-Visual

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS III SDN NGIJO 01 KOTA SEMARANG

1 11 240

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN POWERPOINT PADA SISWA KELAS IIIA SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

7 23 244

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 SEMARANG

0 11 293

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PLALANGAN 04 KOTA SEMARANG

0 5 302

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

0 10 290

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL SNOWBALL THROWING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS IVA SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

2 23 490

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

1 15 263

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V A SDN TAMBAKAJI 05 KOTA SEMARANG

0 5 348

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN TAMBAKAJI 02 SEMARANG

26 122 280

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAKAJI 05 SEMARANG

0 17 374