LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Sanjaya, 2014: 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih lanjut Sanjaya, 2014: 66. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 dan 37 menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversikan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi, daerah, dan peserta didik. kurikulum pada tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : a pendidikan agama; 2 pendidikan kewarganegaraan; 3 bahasa; 4 matematika; 5ilmu pengetahuan alam; 6 ilmu pengetahuan sosial; 7 seni dan budaya; 8 pendidikan jasmani dan olahraga; 9 keterampilankejujuran; dan 10 muatan lokal SISDIKNAS, 2005:18-19. Menurut permendiknas No. 22 tahun 2006 dalam Winarno 2014 : 18 Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang fokus pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Upaya pemerintah dalam mewujudkan fungsi Pendidikan Nasional tersebut yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik serta tingkat perkembangan peserta didik. Kompetensi dasar yang ingin dicapai disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta tujuan pembelajaran dari setiap mata pelajaran. Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk: 1 berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2 berpartisipasi secara aktif dan bertanggng jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; 3 berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan 4 berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dalam Winarno 2014 : 19 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006: 271 menjelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut 1 persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, ketertiban dan jaminan keadilan; 2 norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional; 3 hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM; 4 kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara; 5 konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; 6 kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; 7 Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka; dan 8 globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesiadi era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. Tujuan yang tercantum dalam KTSP tersebut sudah mencakup semua konsep sesuai dengan tujuan pendidikan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Namun kenyataan yang ditemui di jenjang pendidikan Sekolah Dasar, masih banyak permasalahan yang timbul berkaitan dengan pembelajaran PKn. Berdasarkan temuan Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan Depdiknas 2007, disebutkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksaaan standar isi mata pelajaran PKn. Guru masih mengalami kesulitan untuk memahami dan memaknai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam implementasi pembelajaran. Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran PKn ditemukan pada siswa kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang. Hal ini terbukti dengan ditemukannya masalah berkaitan dengan keterampilan guru, aktivitas siswa, hasil belajar serta penggunaan media selama pembelajaran berlangsung yaitu pada Materi Globalisasi, Standar Kompetensi 4 Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungan, Kompetensi Dasar 4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan Internasional. Berkaitan dengan keterampilan guru, masalah yang ditemukan yaitu guru kurang terampil dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Di samping itu, untuk memotivasi para siswa dalam pembelajaran PKn, perlu diterapkan penggunaan media-media pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif kreatif serta menumbuhkan semangat para siswa dalam mempelajari PKn. Keterbatasan media yang digunakan guru membuat siswa cenderung merasa cepat bosan belajar di kelas. Dengan keadaan siswa seperti itu tentu juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan beberapa temuan masalah tersebut menunjukkan bahwa guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif secara maksimal serta belum memanfaatkan sumber media yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu faktor dari siswa yaitu siswa kurang antusias dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya interaksi dan kerja sama antar siswa serta kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, sehingga membuat siswa kurang tertarik serta ada beberapa siswa yang ramai di kelas yang mengganggu proses pembelajaran. Keadaan tersebut didukung dengan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil ulangan harian pada semester I tahun ajaran 2014 2015 mata pelajaran PKn pada siswa kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang, sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Data hasil belajar siswa menunjukkan 12 siswa dari 32 siswa 37,5 sudah mencapai KKM dan 20 siswa dari 32 siswa 62,5 memiliki nilai di bawah KKM. Berdasarkan data dokumen nilai terendah siswa adalah 40 dan nilai tertinggi siswa adalah 100 dengan rata-rata kelas 62,19. Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka peneliti bersama kolaborator menetapkan suatu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Peneliti menetapkan pemecahan masalah menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan media audio-visual. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Suprijono, 2012: 54. Rusman 2011: 204 menyatakan empat hal penting yang dalam pembelajaran kooperatif yaitu adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok dan adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif tersebut adalah Make a Match. Make a Match mencari pasangan merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif Cooperative Learning yang mengajak siswa untuk belajar aktif dan bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas. Model ini dikembangkan oleh Curran dalam Rusman, 2011: 223. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran PKn dengan menggunakan model Make a Match akan lebih optimal apabila ditunjang dengan media pembelajaran. Media menurut Arsyad 2013:4 media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Selaras dengan hal tersebut, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media audio-visual. Arsyad 2013:32 menyatakan bahwa media pembelajaran dengan audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman atau simbul-simbul yang serupa. Dengan adanya media audio-visual dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio-visual dapat digunakan untuk : 1 mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; 2 mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; 3 menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa; 4 menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau suatu masalah. Arsyad, 2013:142 Hasil temuan Depdiknas 2007: 25 yaitu kurangnya kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam mencari sumber, memilih dan mengorganisasikan materi sesuai tuntutan kompetensi dasar. Guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang partisipatif dan penilaiannya kurang komprehensif. Hasil penelitian yang menjadi faktor pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Make a Match dengan media Audio-visual adalah penelitian yang dilakukan oleh Djumiati yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Di Kelas VI SDN Banyumanik 03 Semarang ”, menunjukkan bahwa melalui model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match terbukti efektif dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Peningkatan itu ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan. Peningkatan keterampilan guru dari siklus I 48, siklus II 71, dan siklus III 83,3 . Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I 32,4 , siklus II 42,7, dan siklus III 66,5 . Peningkatan hasil belajar pada siklus I rata-rata kelas 64,59, siklus II rata-rata kelas 70,45, dan siklus III 80,40. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarto WA, Hadiyah, dan Amir 2011 yang berjudul “Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn”. Hasil penelitian dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 54,51; siklus pertama 72,42; dan pada siklus kedua naik menjadi 85,93. Untuk siswa tuntas belajar nilai ketuntasan 60 pada tes awal 46,51, tes siklus pertama 86,95, dan pada tes siklus kedua siswa belajar tuntas mencapai 100. Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran PKn melalui penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn dengan meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dengan Media Audio-Visual pada Siswa Kelas IVA SDN Tambakaji 01 Kota Semarang.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS III SDN NGIJO 01 KOTA SEMARANG

1 11 240

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN POWERPOINT PADA SISWA KELAS IIIA SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

7 23 244

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 SEMARANG

0 11 293

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PLALANGAN 04 KOTA SEMARANG

0 5 302

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

0 10 290

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL SNOWBALL THROWING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS IVA SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

2 23 490

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

1 15 263

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V A SDN TAMBAKAJI 05 KOTA SEMARANG

0 5 348

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN TAMBAKAJI 02 SEMARANG

26 122 280

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAKAJI 05 SEMARANG

0 17 374