12
3 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4 Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
2.2 Pendidikan Karakter
2.2.1 Hakikat Karakter
Istilah karakter adalah istilah yang baru digunakan dalam wacana Indonesia akhir-akhir ini. Istilah ini sering dihubungkan dengan istilah akhlak,
etika, moral, atau nilai. Karakter juga sering dikaitkan dengan masalah kepribadian, atau paling tidak ada hubungan yang cukup erat antara karakter
dengan kepribadian seseorang. Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Lickona dalam Marzuki 2012:35 mendefinisikan karakter
sebagai “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so conceived
has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter mulia good character, dalam pandangan Lickona,
meliputi pengetahuan tentang kebaikan moral khowing, lalu menimbulkan komitmen niat terhadap kebaikan moral feeling, dan akhirnya benar - benar
13
melakukan kebaikan moral behavior. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan cognitives, sikap attitudes, dan motivasi
motivations, serta perilaku behaviors dan keterampilan skills. Menurut Budiastuti 2008 menyatakan bahwa jika pengembangan
karakter dilaksanakan secara efektif maka akan meningkatkan prestasi akademik dan perilaku prososial siswa. Dalam proses perkembangan dan
pembentukan karakter seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan nurture dan faktor bawaan nature. Secara psikologis, perilaku
berkarakter merupakan perwujudan dari potensi Intelligence Quotient IQ, Emotional Quotient EQ, Spiritual Quotient SQ, dan Adverse Quotient
AQ yang dimiliki oleh seseorang. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-kultural pada akhirnya dapat di
kelompokkan dalam empat kategori, yakni : a
olah hati spiritual and emotional development; b
olah pikir intellectual development c
olah raga dan kinestetik physical and kinestetic development d
olah rasa dan karsa affective and creativity development. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter
berfungsi 1 mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran
14
baik, dan berperilaku baik. 2 memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. 3 meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia ,Puskurbuk 2010 .Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat
sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. PUSKURBUK2010 menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa :
a Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir
SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.
b Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
c Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa
materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa, artinya nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun
fakta.
15
d Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai
budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku
yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan
rasa senang dan tidak indoktrinatif. Menurut Marzuki 2012 Integrasi pendidikan karakter di dalam
proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perancanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Tahap-tahap ini dapat diuraikan lebih detail berikut ini : 1 Perencanaan, Pada tahap perecanaan yang mula-mula dilakukan
adalah analisi
SKKD, pengembangan
silabus berkarakter,
penyusunan RPP berkarakter dan penyiapan bahan ajar berkarakter. Revisi RPP dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan pembelajaran direvisi diadaptasi, pendekatan metode pembelajaran di ubah agar pendekatanmetode dapat
mengembangkan karakter,langkah pembelajaran juga direvisi,bagian penelitian direvisi, bahan ajar disiapkan.
2 Pelaksanaan Pembelajaran, kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar
peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Guru dituntut untuk menguasai berbagai metode, model atau strategi
16
pembelajaran aktif sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mudah disusun dan dapat dipraktikan dengan baik dan benar.
3 Evaluasi Pembelajaran , Dalam pendidikan karakter,penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar. Dalam penilaian karakter, guru
hendaknya membuat instrument penilaian yang dilengkapi rubik penilaian untuk menghindari penilaian yang subyektif, baik dalam
bentuk instrument penilaian pengamatan maupun skala sikap misalnya skala likert
2.2.2 Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa