Jenis bencana Proses manajemen bencana

2.3.1.6. Kebersamaan

Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara partial atau hanya satu pihak saja, namun harus melibatkan seluruh anggota masyarakat atau komunitas yang ada. Tanpa keterlibatan dan peran serta, program manajemen bencana tidak akan berjalan dengan baik.

2.3.1.7. Kelestarian lingkungan hidup

Banyak sekali benturan akan terjadi dalam menjalankan manajemen bencana dengan aspek lingkungan. Namun untuk mencapai keberhasilan, kelestarian lingkungan harus tetap terjaga dan terpelihara.

2.3.1.8. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Penerapan manajemen bencana hendaknya dilakukan secara ilmiah dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Bencana sangat erat kaitannya dengan berbagai disiplin keilmuan seperti geologi, geografi, lingkungan, ekonomi, budaya, teknologi, dan lainnya. Semua harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

2.3.2. Jenis bencana

Bencana ada bermacam-macam menurut sumber atau penyebabnya menurut Undang-undang No. 24 Pasal 1 2007 bencana diklasifikasikan tiga jenis, yaitu: 1 Bencana alam yaitu yang bersumber dari fenomena alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, meteor, pemanasan global, banjir, topan, dan tsunami. 2 Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

2.3.3. Proses manajemen bencana

Mengelola bencana tidak dilakukan hanya dengan cara dadakan atau insidentil, tetapi harus dilakukan secara terencana dengan manajemen yang baik, jauh sebelum suatu bencana terjadi melalui sesuatu proses yang disebut manajemen bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana pada dasarnya dapat di bagi menjadi tiga tingkatan nasional atau korporat. Untuk tingkat lokasi disebut manajemen insiden incident- management, pada tingkat daerah atau unit disebut manajemen darurat emergency management dan pada tingkat yang lebih tinggi disebut management krisis crisis management Ramli, 2010:28. Sumber: Ramli 2010:18 Gambar 2.4. Pembagian Tingkatan Manajemen Bencana 1 Manajemen Insiden Incident Management, yaitu penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Biasanya dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas-petugas lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penaggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis. 2 Manajemen Darurat Emergency Management, yaitu upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian. Sebagai contoh, terjadi di kota Semarang, maka pada tingkat manajemen bencana dilakukan pada level Provinsi, sedangkan penanggulangannya ada di tingkat Kabupaten. Sedangkan untuk tingkat perusahaan, manajemen bencana berada di tingkat area atau pimpinan pabrik terkait. NasionalKorporat Manajemen Krisis WilayahUnit Manajemen Darurat Lokasi Insiden Manajemen Insiden 3 Manajemen Krisis Crisis Management, manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya tingkat nasional atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana Ramli, 2010:29. Pemerintah secara geografis dapat menentukan wilayah rawan bencana. Pemetaan terhadap wilayah yang rawan dan berpotensi menimbulkan bencana bertujuan untuk menentukan area aman dan area yang berbahaya. Dalam keadaan di lapangan seringkali terjadi perubahan status bencana mulai dari bahaya, siaga, sampai awas.tiap status memiliki konsekwensi tersendiri dan penaganan yang berbeda. Penetapan status dan tingkat bencana menggunakan indikator berupa jumlah korban, kerugian materil, kerusakan sarana dan prasarana, luasan wilayah yang tertimpa bencana, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

2.3.4. Tahapan manajemen bencana