Respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten Tahun 2013

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh :

Diniyati Arifin

NIM: 1110053100020

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Sebagai icon penting kementerian agama, penyelenggaraan ibadah haji kerap menjadi sorotan tajam mata masyarakat Indonesia dan seluruh belahan dunia. Masyarakat yang tengah berkembang ini hanya menganggap bahwa keberhasilan kinerja para petugas haji kerap hanya diukur dari sejauh mana kementerian ini sukses menyelenggarakan pengelolaan ibadah tahunan tersebut. Oleh karena itu, opini tersebut selalu akan menjadi tolak ukur kementerian agama untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon petugas haji, khususnya petugas yang menyertai jamaah haji. Kinerja petugas haji sangat diperhitungkan demi kelancaran dan kenyamanan ibadah jamaah haji, terlebih seorang ketua kloter. Kinerja ketua kloter yang profesional akan menentukan keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji sesuai amanat undang-undang perhajian no. 13 tahun 2008. Komunikasi aktif, terampil, dan bijak dalam segala hal sangat di tuntut dari seorang ketua kloter.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kerja petugas haji khususnya TPHI atau ketua kelompok terbang 32 dan respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kloter 32 provinsi Banten. Bagaimana respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013 terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32.

Untuk penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yang mana hasil data tersebut diperoleh dari angket yang disebarkan oleh penulis kepada responden, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber dan responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, angket, dan dokumentasi. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan literatur yang terkait dengan judul penelitian.

Dari hasil penelitian penulis, menunjukan bahwa suatu respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten yang diterima, untuk kriteria sangat puas sebesar 17,1% responden, puas sebesar 29,9% responden, cukup puas sebesar 37,1% responden, tidak puas sebesar 13,9% dan sangat tidak puas sebesar 2,1%. Jadi, mayoritas respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten merasa puas dengan prosentase sebesar 29,9% responden.


(6)

ii

Alhamdulillahi Raabbil ‘alamin, tidak ada kata terindah terucap dari lisan maupun terbesit dalam hati penulis selain rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga jari jemari ini mampu menuangkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang tinggi akan peradaban dan budi pekerti yang luhur.

Suka dan cita mengiringi pembuatan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas ikut serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Dengan kerendahan hati dan rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan Bid. Akademik Suparto, M.Ed, Ph.D, Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Jumroni, M. Si, Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan Dr. H. Sunandar, M. Ag.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah membantu dalam menyelesaikan studi di Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.


(7)

iii

yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tim Penguji Skripsi dalam sidang Munaqasyah, sehingga penulis mendapatkan masukan dan saran demi kebaikan skripsi penulis.

5. Seluruh Dosen FakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan, bermanfaat dan berguna untuk penulis serta mengamalkannya kembali

6. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mencari referensi berupa buku-buku yang menunjang dalam skripsi ini.

7. Papah dan Mamahku tercinta, Drs. H. Zaenal Arifin, MM., M. Sc dan Hj. Titi Suniti, S. Ag yang telah menjaga dengan kesabaran, membesarkan dengan cinta dan kasih sayang, mendidik dengan pengorbanan yang tidak mengharapkan balik jasa dari buaian hingga saat ini, serta do`a-do`anya dengan harapan penulis menjadi manusia yang berguna untuk masyarakat, negara, dan agama Islam. Dan Kepada adik-adikku tersayang, Uswatun Khasanah, Ulfa Khairunnisa, dan Syifa Rakhmatul Ummah yang selalu memberi semangat juga keceriaan. Serta sepupuku Nurul Pratiwi dan segenap


(8)

iv

dalam penulisan skripsi ini. Serta keluarga besar baruku, jamaah haji kloter 32 provinsi Banten yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian sehingga selesainya skripsi ini.

9. Fuad Fauzi, S.E, suamiku tercinta yang selalu menemani dan membantu penulis dalam suka duka selama penulisan skripsi ini. Yang selalu memberikan warna indah disetiap hari-hari penulis, cinta, limpahan do’a, motivasi, dan bimbingan yang tak ternilai. Semoga kamu selalu menjadi bagian terindah dalam hidup penulis.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah angkatan 2010 yang penulis banggakan yang tidak dapat disebutkansatu persatu, juga untuk teman-teman KKN GARUDA 2013, terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang tak pernah putus kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.


(9)

v

dan lebihnya penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 03 Juli 2014


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Respon ... 10

1. Definisi Respon ... 10

2. Komponen Respon ... 13

3. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon ... 15

B. Kinerja ... 16

1. Definisi Kinerja ... 16

2. Profesionalitas Kinerja ... 19

C. Jamaah Haji dan Kelompok Terbang ... 21

1. Pengertian Jamaah Haji ……… 21

2. KelompokTerbang ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Sumber Data ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 33

H. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV DESKRIPSI JAMAAH HAJI KELOMPOK TERBANG 32 A. Profil Jamaah Haji Kelompok Terbang 32 JKG ... 37

B. Uraian Tugas Tim Pemandu Haji Indonesia ... 39

C. Rencana Perjalanan Haji ... 51


(11)

vii

A. Kesimpulan ……… 67

B. Saran ……….. 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 4.1 : Kasus-kasus Haji di Kloter 32 JKG ... 52 Tabel 5.1: Prosentase penilaian responden terhadap kinerja ketua kelompok

terbang 32 Provinsi Banten 2013 ………... 55

Tabel 5.2 : Prosentase penilaian responden terhadap penguasaan materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun2013 ... 57

Tabel 5.3 : Prosentasi penilaian responden terhadap pelayanan informasi ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ... 58 Tabel 5.4 : Prosentase penilaian responden terhadap pelaksanaan program haji

ketuakelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun2013 ... 59 Tabel 5.5 : Prosentase penilaian responden terhadap kemampuan kerja ketua

kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ... 60 Tabel 5.6 : Prosentase penilaian responden terhadap ketepatan dan kecepatan kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ... 62 Tabel 5.7 : Prosentase penilaian responden terhadap inisiatif kerja ketua kelompok

terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ………..…... 63 Tabel 5.8 : Prosentase penilaian responden terhadap pengetahuan dan integritas

pelaksanaan bimbingan ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ………... 64 Tabel 5.9 : Prosentase penilaian responden terhadap Komunikasi kerja ketua kelompok


(13)

ix

Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Kelompok Terbang ... 24

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Penyelenggara Ibadah Haji ... 25

Gambar 2.4 : Struktur Organisasi Penyelenggara Ibadah Haji Pusat ... 27


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hikmah disyariatkan ibadah haji antara lain yaitu merupakan menifestasi ketundukkan kepada Allah SWT. Menunaikan kewajiban haji ini adalah rukun Islam kelima bagi umat Islam yang memiliki kemampuan (istito’ah)mengerjakannya. Melaksanakan haji pun merupakan ungkapan syukur atas nikmat harta dan kesehatan dari Allah SWT. Pemahaman tersebut didasarkan pada al-Qur’an surat Ali Imran yang menyebutkan:

“Disana terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia; dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron [3]: 97)

Berkaitan dengan batasan atau kriteria istitho’ah (mampu) itu adalah segala sesuatu yang menjadikannya bisa melakukan rukun haji dengan sempurna, tanpa ada hambatan apapun. Tanpa hambatan disini maksudnya adalah adanya rasa aman selama perjalanan, nafkah keluarga yang ditinggalkan selama haji cukup dan terutama merasa terbina dan terpandu oleh para petugas haji khususnya.


(15)

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan salah satu icon penting kementerian agama. Masyarakat yang tengah berkembang ini hanya menganggap bahwa keberhasilan kinerja kementerian agama kerap hanya diukur dari sejauh mana kementerian ini sukses menyelenggarakan pengelolaan ibadah tahunan tersebut. Apabila tidak sukses, maka dapat dipastikan ratusan jari telunjuk menuding kementerian agama. Bahkan, celakanya ketika penyelenggaraan ibadah haji terlaksana dengan sukses, masyarakat malah kurang memberikan apresiasi dan penilaian sebagaimana penilaian manakala penyelenggaraan ibadah haji dianggap gagal, tetapi justru menganggap biasa-biasa saja.1

Oleh karena itu, opini tersebut selalu akan menjadi tolak ukur kementerian agama untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon petugas haji, khususnya petugas yang menyertai jamaah haji.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji mengamanatkan perlunya penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji secara terus menerus agar penyelenggaraan haji dapat berjalan aman, tertib dan lancar dengan menjunjung tinggi asas keadilan, transparansi, profesionalitas dan akuntabilitas.2

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan dan terwujudnya amanat undang-undang tersebut adalah melalui penyempurnaan sistem rekrutmen petugas haji Indonesia (Nomor : D/78 Tahun 2013). Secara

1

Mundzir Suparta, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia: Penyelenggaraan Haji dalam Perspektif Pengawasan (Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012), hlm. 209.

2

Strategi Pencitraan Penyelenggaraan Ibadah Haji (Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012), hlm. 1-2.


(16)

prinsip keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia bertumpu pada profesionalisme petugas haji, oleh karenanya untuk menghasilkan petugas yang berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah perlu melakukan analisis kebutuhan pelayanan dan jabatan yang akurat, seleksi administrasi dan kesehatan yang ketat serta tes kompetensi.

Organisasi terkecil dalam penyelenggaraan ibadah haji adalah kelompok terbang (kloter), yaitu sekelompok jamaah haji yang jumlahnya sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat yang digunakan. Dalam setiap kloter ditunjuk petugas operasional yang menyertai jamaah haji sejak di asrama haji atau embarkasi, di Arab Saudi sampai kembali ke tanah air yang terdiri dari unsur Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) yang juga berfungsi sebagai ketua kelompok terbang, Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).3 Dalam pelaksanaannya juga dibantu oleh petugas daerah yaitu Tim Petugas Haji Daerah (TPHD), Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) serta ketua rombongan dan ketua regu.

Dengan demikian, Petugas haji merupakan ujung tombak dalam kualitas layanan yang diberikan kementerian agama terhadap jamaah haji di tanah suci Makkah dan Madinah. Untuk itu baik buruknya layanan tergantung sejauh mana kompetensi petugas yang mendampingi jamaah haji sehingga jamaah haji dapat merasakan kepuasan dalam beribadah.

3

Achmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus Dan Telaah Implementasi Knowlegde Worker (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001) hal. 62.


(17)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Respon Jamaah HajiTerhadap Kinerja Ketua Kelompok Terbang 32 Provinsi Banten Tahun 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada kinerja ketua kelompok terbang 32 yang mempengaruhi respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013:

1. Masih kurangnya pendekatan emosional antara ketua kelompok terbang 32 terhadap jamaah hajinya selama proses haji berlangsung.

2. Kurangnya koordinasi antar ketua kelompok terbang ketika proses pemberangkatan ke Mina.

3. Masih kurangnya peran aktif ketua kelompok terbang 32 dalam memandu jamaahnya.

4. Masih terdapat kekeliruan para jamaah haji dalam mengakses kevalidan

informasi dari ketua kelompok terbang 32.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka untuk memudahkan penelitian penulis memfokuskan pada respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang (kloter) 32, khususnya dalam penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah haji Indonesia tahun 2013 provinsi Banten.


(18)

Dari latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013 terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kinerja ketua kelompok terbang 32 tingkat provinsi Banten dalam melayani jamaah hajinya.

b. Untuk mengetahui respon jamaah haji kloter 32 selama pelaksanaan ibadah haji tahun 2013 terhadap ketua kelompok terbangnya.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi dua aspek positif, yaitu:

1. Aspek Teoritis a. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai kinerja dan tugas kelompok terbang dalam melayani dan membimbing jamaah haji


(19)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan mengenai pokok permasalahan yang terjadi pada kegiatan operasional penyelenggaraan ibadah haji serta manfaat yang dapat diambil jamaah haji dalam melaksanakan rukun dan wajib haji sesuai dengan syariat agama.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan informasi tambahan atas pemecahan masalah yang berhubungan dengan kinerja petugas haji yang menyertai jamaah haji khususnya ketua kloter.

2. Aspek Praktis

a. Petugas Haji Yang Menyertai Jamaah Haji

Menjadi masukan yang positif bagi para petugas haji yang bersangkutan untuk lebih mengefektifkan tugas dan tanggungjawab serta pengawasan yang lebih intensif terhadap calon jamaah haji. b. Jamaah Haji

Jamaah haji dapat memperoleh berbagai informasi yang relavan dan berguna dalam melaksanakan ibadah haji, baik menyangkut persiapan di tanah air, pelaksanaan di tanah suci, dan menjaga kemakburan haji.


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis mengadakan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir serupa dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain:

1) Ali Hassan, “Respon Jamaah Haji Tahun 2010 Terhadap Pelayanan PT. Arofah Satya Prakarsa Tour Jakarta”. Skripsi mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah 2011 ini berisi tentang tanggapan jamaah haji mengenai pelayanan yang diberikan PT. Arofah Satya Prakarsa untuk memenuhi kepuasan jamaah selama di tanah suci.

2) Firdaus, “Respon Jamaah Haji Tahun 2013 Terhadap Bimbingan Manasik

Haji KBIH Darunnisa Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan”. Skripsi

mahasiswa jurusan Manajemen Haji dan Umrah 2013 ini berisi tentang pelaksanaan bimbingan manasik hajiyang mempengaruhi respon jamaah haji KBIH Darunnisa.

Meskipun judul yang penulis teliti tidak jauh berbeda dengan kedua skripsi tersebut, namun yang membedakan dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan terhadap kinerja petugas haji Indonesia khususnya bagi ketua kloter 32 dalam memandu jamaah hajinya sehingga respon yang baik maupun tidak baik pun timbul dari pelayanan yang diberikan ketua kloter selama perjalanan ibadah haji.


(21)

F. Sistematika Penulisan

Dalam rangka menjabarkan berbagai pola kinerja ketua kloter dalam memandu dan melayani jamaah hajinya, maka disusun sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari lima bab.

Bab I Pendahuluan

Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Berisikan teori-teori yang mendasari sub bab diantaranya: pengertian respon dan komponennya,pengertian jamaah haji, kualitas kinerja yang terdiri dari pengertian kinerja dan profesionalitas kinerja, jamaah haji dan kelompok terbang yang terdiri dari definisijamaah haji, pengertian kelompok terbang dan klasifikasi petugas yang menyertai jamaah haji yang disertai dengan gambar bagan-bagan panitia penyelenggaraan ibadah haji.

Bab III Metodologi Penelitian

Yang terdiri dari metode penelitian, subyek dan obyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.


(22)

Berisi tentang profil jamaah haji kloter 32 JKG, uraian tugas TPHI, rute perjalanan haji, kasus-kasus haji di kloter 32.

Bab VAnalisis Respon Jamaah Haji Terhadap Kinerja Ketua Kloter 32 Hasil analisis penelitian dari respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kloter 32 provinsi Banten tahun 2013.

Bab VIPenutup

Yang terdiri dari kesimpulan dan saran sebagai sumbangan penulis untukmelengkapi kekurangan yang ada disertai dengan harapan-harapan.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Respon

1. Definisi Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap meruapakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu.Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap.Respon diungkapkan oleh Swatha dan Handoko mendefinisikan respon sebagai predisposisi (keadaaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon dapat diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi dan jawaban.Marbun dalam kamus politik, menyatakan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban.


(24)

Beberapa tokoh mendefinisikan respon secara berbeda-beda seperti definisi dari tokoh seperti Soejono Soekanto dan Young. Soejono Soekanto, menyebut kata respon dengan kata response yaitu perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya. Ia mendefinisikan respon seperti dalam kutipan berikut ini4:

“Interaksi dengan perorangan atau kelompok masyarakat, terlihat dari adanya aksi dan reaksi serta mengandung rangsangan dan respons”.

Sedangkan menurut Young respon adalah tanggapan seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya, yang terjadi setelah memberikan persepsi terhadapnya.Persepsi menunjukkan adanya aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek-objek baik fisik maupun sosial.

Prof. Dr. Ma’rifat dalam bukunya: Sikap Manusia, perubahan serta pengukurannya. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

4Soejono Soekanto, 1975. hal. 58-60 artikel di akses pada 4 Februari 2014 dari http://junsu.blog.fisip.uns.ac.id/2013/06/20/definisi-responsmenurut-para-ahli/. 15:58 WIB.


(25)

Gambar 2.1 Teori S-O-R5

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus. Menurut Gulo, respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut.

Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang.Respon seseorang bisa berbentuk baik atau buruk, positif atau negatif.Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

5 Onong Uchjana Effendy,

Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2003) cet,3 h. 254

Stimulus

Organisme:

•perhatian

•Pengertian

•Penerimaan Response


(26)

2. Komponen Respon

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon terdiri dari tiga komponen yaitu:

a. Kognisi (Pengetahuan)

Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta bagaimana dengan kesadaran itu ia bereaksi terhadap lingkungannya. Setiap perilaku sadar yang dilakukan oleh manusia didahului oleh proses pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku. Setelah seseorang mendapatkan pengetahuan maka yang terjadi adalah seseorang tadi akan menentukan sikap.

b. Afeksi (Sikap)

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam mengahadapi objek, ide, situasi dan nilai.Sikap seseorang timbul dari adanya pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil dari belajar seseorang terhadap objek atau lingkungan sekitarnya.Sikap bersifat evaluatif yang mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai dan kebutuhan.


(27)

Sayogo dan Fujiwati, mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu objek berupa manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya terhadap objek tersebut.

c. Konasi

Atau secara sosiologis disebut dengan tindakan. Aspek konatif kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan implus untuk berbuat. Konasiberupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak.

Menurut Freud konasi merupakan wujud dari kognisi dan afeksi dalam bentuk tingkah laku. Pada perkembangan kepribadiannya, Freud memandang bahwa tahun-tahun permulaan masa kanak-kanak merupakan dasar pembentukkan kepribadian. Segala sesuatu yang ada dalam pikirannya ia wujudkan dalam bentuk perilaku yang nyata.

Studi tentang respon bisa dilihat dalam perilaku individu atau kelompok.Perilaku merupakan keadaan jiwa atau berfikir dan sebagainya dari seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan terhadap situasi di luar subjek tersebut.Respon ada dua jenis yaitu respon aktif yang disertai oleh tindakan individu akibat adanya rangsangan, kedua adalah respon pasif yaitu rangsangan yang tidak disertai oleh tindakan.


(28)

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa respon merupakan suatu reaksi atas stimulus yang mana dalam berinteraksi antara pelakunya dengan mendapatkan rangsangan dari suatu perilaku yang memicu individu atau kelompok untuk bersikap baik itu dengan tindakan atau tanpa tindakan.

3. Faktor-faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan. Karena tidak semua individu dapat melakukan stimulusdengan baik, sebab tergantung dari individu itu sendiri dalam menanggapi stimulus.Stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung kepada dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh esistensi kedua unsur tersebut.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang yang menyebutnya dengan faktor stimulus.6

Manusia memiliki alat indera yang sesuai dengan fungsinya, oleh karena itu harus terus diperhatikan dengan cara menggali segala

6


(29)

sesuatu yang ada disekitarnya. Allah telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat indranya dalam menggali

lingkungan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat indra itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.7

B. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Whitmore secara sederhana mengemukakan, kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian yang menurut Whitemore merupakan pengertian menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil. Oleh karena itu, Whitemore mengemukakan pengertian kinerja yang dianggapnya representatif, maka tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang.8

Berdasarkan pengertian diatas, kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi orang itu sendiri, selalu standar-standar yang melampaui apa yang diminta atau diharapkan orang lain. Dengan demikian, menurut Whitemore kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata.9

7

Ibid, h.6 8

Hamzah B. Uno & Dr. Nina L., Teori Kinerja Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 59-60.

9 Hamzah B. Uno & Dr. Nina L., Teori Kinerja Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 60.


(30)

Bertolak dari pandangan Whitemore diatas, kinerja menuntut adanya pengekspresian potensi seseorang dan tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. Jika tidak, maka hal ini tidak akan menjadi potensi seseorang, tetapi sebagian akan menjadi milik orang lain. Oleh karena itu, pengarahan dari pimpinan suatu organisasi akan menjadi penting dalam rangka mengoptimalkan potensi seseorang. Pengarahan pimpinan misalnya dalam bentuk memerintah, menuntut, memberikan instruksi, membujuk dengan ancaman-ancaman yang jelas atau tersembunyi, tidak bisa menghasilkan kinerja optimum yangn tahan lama, walaupun mungkin bawahan bisa menjalankan pekerjaan itu.

Pandangan lain dikemukakan King, yang menjelaskan kinerja adalah aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya. Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterpretasikan bahwa kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya. Berbeda dengan King, ahli lain Galton dan Simon, memandang bahwa kinerja

atau “performance” merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi (m), kemampuan (k) dan persepsi (p) pada diri seseorang.10

Memang banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Semuanya mempunyai visi yang sedikit berbeda, tetapi secara prinsip mereka setuju bahwa kinerja mengarah pada suatu upaya dalam rangka mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Maier sebagaimana yang dikutip

oleh As’ad, mengatakan bahwa kinerja merupakan kesuksesan seseorang

10


(31)

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Senada dengan hal tersebut, Lawler dan

Porter seperti dikutip oleh As’ad, berpendapat bahwa kinerja merupakan “succesfull role achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatannya. Pengertian ini menjelaskan, kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Pandangan lain dikemukakan oleh McDaniel, yang memandang kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya.11 Berdasarkan pandangan ini, dapat ditegaskan bahwa kinerja merupakan penjumlahan antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang.

Istilah kinerja terjemahan dari performance. Karena itu, istilah kinerja juga sama dengan istilah perfomansi. Selanjutnya, Simamora menyatakan, kinerja adalah keadaan atau tingkat perilaku seseorang yang harus dicapai dengan persyaratan tertentu. Sementara itu, dengan kalimat yang senada, Bernandin dan Russel seperti yang dikutip oleh Gomes, menyatakan istilah kinerja dengan perfomansi adalah sejumlah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Selanjutnya, Suprihanto menyatakan kinerja dengan istilah prestasi kerja, yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target, atau kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama.12

11

McDaniel, Theory: Strain Under Load, (2000), hal. 2.diakses dalam http://www.accel-team.com/motivation/index.html

12


(32)

Berdasarkan pembahasan diatas, maka kinerja dapat disimpulkan sebagai perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan.

2. Profesionalitas Kinerja

Dalam membahas pengertian kinerja profesional, ada dua kata kunci yang harus dijelaskan, yaitu kata kinerja dan profesional. Istilah kinerja dikutip dari bahasa Inggris, perfomance atau jobperfomance, sebagaimana dikemukakan juga oleh para ahli dalam berbagai literatur manajemen sumber daya manusia.

Kinerja memiliki posisi penting dalam manajemen dan organisasi. Karena, keberhasilan dalam melakukan pekerjaan sangat ditentukan oleh kinerja. Hal ini berarti, jika seseorang bekerja dalam organisasi, kinerjanya merupakan serangkaian perilaku dan kegiatan secara individual sesuai dengan harapan atau tujuan organisasi. Bahkan, Hodgetts dan Kuratko menegaskan bahwa kinerja berkait dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaannya.

Kinerja dapat dilihat langsung dalam kehidupan sehari-hari sebagai kegiatan profesional. Dalam hal ini, berdasarkan perbandingan kinerja dan kualifikasinya, seseorang dapat dikelompokkan ke dalam kategori, sebagai berikut:13

13


(33)

a. Penggerak (dynamo)

Seseorang bertindak seolah-olah masih berada dalam posisi di tengah-tengah saat meniti karier (bukan saat melakukan pekerjaan) ke atas. Selalu punya rencana strategi personal yang terus dilakukan dan dipenuhi. Orang ini selalu bekerja untuk mempelajari sesuatu yang baru dan continue mengasah kemampuan serta keahliannya.

b. Penjelajah (cruisers)

Bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, sehingga sebagai konsekuensinya jauh dari stres dan sangat menikmati kehidupan pekerjaannya. Sesekali penjelajah dapat pula mengerjakan sesuatu dengan baik, meski sebenarnya tak terkait dengan kemampuan yang digunakannya dalam keseharian pekerjaan.

c. Pecundang (loosers)

Dalam dunia profesi, seseorang biasa dikatakan pecundang jika tidak mempunyai keahlian, meski hanya standar dasar.

Orang-orang profesional adalah orang-orang yang diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya komitmen moral, bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Semua itu membuat istilah profesional identik dengan mutu, komitmen, tanggung jawab dan bayaran yang tinggi.


(34)

C. Jamaah Haji dan Kelompok Terbang 1. Jamaah Haji

Secara bahasa, jamaah berasal dari bahasa arab“jama’a” yang memiliki arti berkumpul. Sedangkan jamaah menurut istilah dapat diartikan sebagai sekelompok orang banyak dan dikatakan juga sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan tujuan yang sama.14

Dalam ensiklopedi Islam, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Secara etimologi bahasa Arab dimana kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’, haji adalah menuju ke Baitullah dan tempat-tampat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.Yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu dalam definisi di atas, selain Ka’bah dan Mas’a

(tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina.Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari

Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.Sedangkan amal

ibadah tertentu ialah tawaf, sa’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar

jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.15

14http//:www.ahlisunnahwaljama’ah.com, diakses pada tanggal 4 Februari 2014. 15

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010) hal. 87


(35)

Sedangkan jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.16

2. Kelompok Terbang

Kelompok Terbang (kloter) adalah pengelompokkan jamaah ibadah haji berdasarkan jadwal keberangkatan penerbangan ke Arab Saudi.Sedangkan petugas kloter merupakan petugas operasional ibadah haji yang menyertai jamaah dalam kelompok terbang.17

Petugas Haji Indonesia adalah petugas yang diangkat oleh menteri agama yang bertanggung jawab melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan kepada jamaah haji, baik petugas yang menyertai jamaah haji (kloter) ataupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).

Adapun gugus tugas kloter terdiri dari Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) selaku ketua kloter dibantu oleh satu orang Tim Pembimbing ibadah Haji Indonesia (TPIHI) dan tiga orang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), juga dibantu oleh TPHD, TKHD, serta Ketua Rombongan dan Ketua Regu.18

1. Petugas Haji Yang Menyertai Jamaah Haji

a) TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang administrasi dan manajerial (ketua kloter).

16

http://www.daftarhajiumroh.com/faq/, diakses pada tanggal 4 Februari 2014. 17

http://perjalananumroh.com.

18


(36)

b) TPIHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang bimbingan ibadah (pembimbing ibadah).

c) TKHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang pelayanan kesehatan baik dokter, perawat atau petugas kesehatan lainnya seperti ahli gizi, ahli rekam medik, tenaga farmasi ataupun seni tarian.

d) TPHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota atau Bupati untuk melayani daerah masing masing dalam bidang pelayanan umum dan ibadah.

e) TKHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota atau Bupati untuk melayani daerah masing masing dalam bidang kesehatan.19

f) Ketua Regu adalah petugas yang dipilih dari jamaah haji untuk memimpin sepuluh orang anggota.

g) Ketua Rombongan adalah petugas yang dipilih dari jamaah haji untuk memimpin 4 (empat) regu dan ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, berdasarkan rekomendasi Kepala Kantor kementerian Agama Kabupaten/Kota.20

19

http://www.petugashaji.com/2013/02/html. 11:01. 13-02-2014. 20

Anggito Abimanyu. Buku Pintar Penyelenggaraan Ibadah Haji.(Jakarta:Dirjen PHU, 2012) h. 1.


(37)

Berikut adalah struktur penyelenggaraan ibadah haji dan struktur petugas kloter21 :

Gambar 2.2

STRUKTUR ORGANISASI KLOTER

Bagan 2.2

21

Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.

TPHI

TKHI

KARU

JEMAAH HAJI (TPHD DAN TKHD)

KAROM

TPIHI


(38)

Gambar 2.3

STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (Permanen Sistem)

PUSAT

Arab Saudi

Tingkat Provinsi

Tingkat Kabupaten/Kota

Sumber:Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.

KEMENTERIAN AGAMA RI Lembaga/Intansi Terkait Kementerian Terkait Direktorat Jenderal Penyelenggaran

Haji dan Umrah Sekretariat

 Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah

 Direktorat Pelayanan Haji

 Direktorat Pengelolaan Dana Haji

Lembaga/Instansi Terkait Bendahara BPIH

 Kepala Staf

 Sekretaris Koordinator Provinsi Bendahara BPIH Sektor Luar Negeri Kepala Kantor Misi Haji Indonesia

 Koordinator Untuk Arab Saudi

 Koordinator Harian

Koordinator Kabupaten/Ko

ta

Lembaga/Instansi Terkait

 Kepala Staf


(39)

Mekanisme pengelompokkan bimbingan calon jamaah haji diatur berdasarkan pertimbangan domisili jamaah dan keluarga. Setiap 11 orang calon jamaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (44 orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. Penugasan pembimbing diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.22

Dalam pelaksanaannya petugas yang menyertai jamaah diberikan buku panduan dan monitoring pelaksanaan tugas sekaligus menjadi bahan laporan kinerja.Sedangkan PPIH pusat, embarkasi, dan Arab Saudi pengendalian dilakukan oleh pimpinan masing-masing sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pada akhir operasional penyelenggaraan ibadah haji, PPIH pusat, embarkasi, dan Arab Saudi menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai bahan rapat kerja evaluasi nasional penyelenggaraan ibadah haji.23

Adapun struktur dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji pusat sebagai berikut:

22

http://perjalananumroh.com.

23


(40)

Gambar 2.4

STRUKTUR ORGANISASI

PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) PUSAT

Sumber: Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.

SEKSI PENERANGAN SEKSI MEDIA CENTER

HAJI (MCH)

SEKSI HUMAS

SEKSI KEAMANAN SEKSI KESEHATAN

SEKSI PELAPORAN DAN EVALUASI SEKSI PENGUMPULAN

DAN PENGELOLAAN SEKSI MONITORING

BID. KESEHATAN DAN KEAMANAN BID. HUMAS. DAN

PENERANGAN BID. PENGENDALIAN

OPERASIONAL

SEKSI TATA USAHA SEKSI PERLENGKAPAN

DAN TEKNIK SEKSI KEUANGAN SEKSI URUSAN DALAM SEKRETARIS WK. SEKRETARIS Ketua WK. Ketua 1 WK. Ketua 2 WK. Ketua 3

Penanggung Jawab PENGARAH


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah peneliti tidak membuat perbandingan variabel pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.24 Sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan kualitatif. Hal tersebut sejalan dengan Kaplan yang dikutip oleh Neuman bahwa pada umumnya penelitian sosial menggunakan kombinasi analisis logika yang dikonstruksikan (kuantitatif) dan logika dalam praktek (kualitatif), walaupun proporsi dari masing-masing tipe logika tersebut bervariasi. Penelitian menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti dan untuk memperkuat analisis penelitian.

24

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D, 2011.hal. 8.


(42)

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi. Mereka adalah ketua kloter 32, ketua rombongan dan para jamaah haji kloter 32 provinsi Banten tahun 2013.

Obyek penelitian ini adalah respon jamaah haji terhadap pelayanan dari ketua kloter 32 provinsi Banten dengan mengukur kualitas kinerjanya.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan dan penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Arab Saudi dan Indonesia (kloter 32 tingkat provinsi Banten). Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada saat penulis menunaikan ibadah haji pada kloter 32 provinsi Banten (40 hari), terhitung dari tanggal 03 Oktober-12 November tahun 1434 H/2013 M. dan penulis melanjutkan penelitian pada kloter bersangkutan dimulai daripertengahan bulan Februari sampai awal bulan April 2014.

D. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah berjumlah 449 jamaah dari 10 rombongan haji kloter 32 JKG provinsi Banten pada tahun 2013. b) Sedangkan model sampel yang diambil adalahpurposive sampling,yaitu


(43)

pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan dengan mempertimbangkan dalam pemilihan jamaahnya yang lebih menguasai dan memahami tentang haji di kloter 32 pada setiap rombongannya.25 Oleh karena itu penulis mengambil sampel sebanyak 50 orang dari 10 rombonganjamaah haji kloter 32 provinsi Banten.

c) Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Slovin dengan

rumus :

Dimana, n = jumlah sampel

N = populasi

e = persentase kesalahan yang ditolerir (14%)

=

=

46 responden, namun penulis

menambahkan 4 responden. Jadi, sampel penelitian menjadi 50 responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan metode survei, yaitupenelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang tepat. Pengumpulan data ini dengan mengambil sampel dari objek populasi tetapi dapat mencerminkan populasi dengan memperhatikan keseimbangan antara jumlah variable, akurasi, tenaga, waktu dan biaya.26

25

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cet. 14. (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 85.

26


(44)

Tabel 3.1

Operasional Variabel Peneltian

Variabel Dimensi Indikator

Respon Jamaah Haji

A. Kognitif B. Afektif C. Konatif

A. Pengetahuan 1. Kecerdasan 2. Keterampilan B. Perasaan

1. Suka/Senang 2. Percaya Diri C. Kecenderungan

1. Berandai-andai 2. Tindakan 3. Kebiasaan Kinerja Ketua

Kloter 32

A. Kualitas Kerja

B. Kecepatan/Ketepatan Kerja

A.

1. Mengguasaimateri manasik haji.

2. Pelayanan informasi yang mudah.

3. Pelaksanaan ibadah haji dan umroh sesuai program yang direncanakan.

B.

1. Kecakapan dan kemampuan untuk cepat tanggap terhadap kritikan dan keluhan yang disampaikan oleh jamaah. 2. Ketepatan dalam


(45)

C. Inisiatif dalam Kerja

D. Kemampuan Kerja

E. Komunikasi

berkompeten. C.

1. Keterampilan dalam pengambilan solusi.

D.

1. Pengetahuan dan kecakapan petugasdalam melaksanakan tugas dan fungsinya di tanah air dan di tanah suci.

E.

1. Petugas menggunakan komunikasi Persuasif kepada jamaah haji.

F. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan data primer dan sekunder yaitu:

1. Data Primer

Dalam teknik pencatatan yang digunakan adalah dengan cara merekam menggunakan tape recorder lalu mencatat kembali hasil wawancara sesuai apa adanya. Data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber respondennya berupa angket/kuesioner. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu dari pihak petugas


(46)

haji (ketua kloter, ketua rombongan) dan sampel jamaah haji kloter 32 provinsi Banten.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mempelajari dokumen, literatur, majalah, makalah, dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data tersebut diambil untuk mengetahui informasi lain mengenai kinerja ketua kloter 32 tentang tugas dan tanggungjawabnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi secara langsung ketika pelaksanaan ibadah haji tahun 2013 di tanah suci, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan Respon Jamaah Haji Terhadap Kinerja Ketua Kelompok Terbang 32. Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis telah melakukan observasi selama proses haji berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk


(47)

tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

Untuk mendapatkan data-data yang valid dan sah, penulis melakukan wawancara pribadi kepada Bpk. Drs. H. Tutun Hs, MA (selaku ketua kloter), ketua rombongan empat kloter 32, Bpk. H. Zaenal Arifin, MM., M. Sc dan sampel dari jumlah populasi jamaah haji tahin 2013 kloter 32 provinsi Banten.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan angket, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat menjangkau banyak responden. Secara garis besar ada dua cara penggunaan kuesioner, yaitu disebarkan kemudian diisi oleh responden dan dapat digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden.27Pengumpulan data juga dilakukan dengan via telepon.

4. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar dan lain-lain.

H. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif. Maksudnya adalah untuk

27Dr. Etta M. Sangadji & Dr. Sopiah.

Metodologi Penelitian:Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010.h.47.


(48)

menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kloter 32 provinsi Banten.

Pada metode ini penulis menggunakan skala 5 tingkat (likert) yang terdiri dari :

Sangat Puas (SP), Puas (P), Cukup Puas (CP), Tidak Puas (TP), dan Sangat Tidak Puas (STP).

Kelima penilaian tersebut kemudian diberi bobot sebagai berikut: 1. SP jawaban Sangat Puas diberi bobot nilai 5

2. P jawabanPuas diberi bobot nilai 4

3. CP jawaban Cukup Puas diberi bobot nilai 3 4. TP jawaban Tidak Puas diberi bobot nilai 2

5. STP jawaban Sangat Tidak Puas diberi bobot nilai 1

Pengertian dari deskriptif kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklarifikasikan, mentabulasikan, dan dilakukan perhitungan secara statistik.

Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yang diwakili oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan kinerja ketua kelompok terbang 32 provinsi Banten tahun 2013. Dan Y merupakan respon jamaah haji.

Adapun teknis analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara: 1. Rekapitulasi Data

- Skor jawaban responden x jumlah item x jumlah responden28

28

Dr. Riduwan dan Dr. H. Sunarto, M. Si. Pengantar Statistik. Bandung: Alfabeta, 2013.h.29.


(49)

2. Rumus Frekuensi Relative

Adalah perhitungan rasio atau bilangan persen.

Rumus: P = x 100%

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi

n = Jumlah Responden29

29


(50)

BAB IV

DESKRIPSI JAMAAH HAJI KELOMPOK TERBANG 32 PROVINSI BANTEN

A. Profil Jamaah Haji Kelompok Terbang 32 JKG

Sebelum penulis melaporkan hasil penelitian dan upaya pemecahan masalah yang muncul dalam kelompok terbang 32 JKG provinsi Banten tahun 2013, berikut deskripsi umum Kloter 32 JKG :.30

1. Jumlah Petugas : 5 (lima) orang,(L=4 dan P=1); 1.1. TPHI : Drs. H. Tutun HS, MA

1.2. TPIHI : Drs. H. Akhmad Fauzi, M. Pd 1.3. Dokter Kloter : dr. Saeful Rahman

1.4. Paramedis 1 : Saufi Firmansyah 1.5. Paramedis 2 : Anik Sutriasih

2. Jumlah Jamaah : 449 Orang,(L=206 dan P=243) 3. Jumlah Jamaah dan Petugas : 454 Orang, (L=210 dan P=244) 4. Asal Jamaah : Kota Tangerang Provinsi Banten

30


(51)

5. Jumlah Rombongan : 10 Rombongan 6. Jumlah Regu : 40 Regu

7. Jumlah KBIH di Kloter 32 JKG : 7 KBIH yaitu;

7.1. Asy-Syifa : dipimpin oleh H. Marsid Umar Miun = 47 orang 7.2. Shofa Marwa : dipimpin oleh H. Sutardi MuhammadSuja = 47

orang

7.3. Nurul Hidayah : dipimpin oleh Dr. H. Isra Hidayat = 53 orang 7.4. Al-Yasir : dipimpin oleh KH. Abdul Ghoni = 37 orang 7.5. An-Nur : dipimpin oleh H. Fathurrahman = 53 orang

7.6. Multazam : dipimpin oleh H. Muh. Sudarmono Trimah = 67 orang

7.7. Gunung Djati : dipimpin oleh H. Djoko Purwanto Mulyono =73 orang

8. Jamaah Mandiri : 72 Orang

di Rombongan 1 = 47 orang di Rombongan 5 = 25 orang. 9. Jamaah Wafat : Nihil

10. Jamaah Tanazul Reguler : 1 orang

11. Tarwiyah : 58 orang dengan pernyataan materi cukup 12. Nafar Awal : 87 orang

13. Nafar Tsani : 367 orang

14. Jumlah Jamaah Akhir : 453 orang, (L=209 dan P=244)

15. Masuk Asrama Pondok Gede : Rabu, 2 Oktober 2013, Jam 07.00 WIB.


(52)

16. Berangkat dari Halim PK : Kamis, 3 Oktober 2013, Jam 02.00 WIB. 17. Nomor Penerbangan : GA-7216 Garuda Indonesia

18. Tiba Di Bandara Jeddah : Kamis, 3 Oktober 2013, Jam 07.00 WAS. 19. Berangkat dari Bandara Madinah: Selasa, 12 November 2013, Jam 07.45

WAS.

20. Nomor Penerbangan : GA-7516 Garudan Indonesia

21. Tiba di Halim PK Jakarta : Selasa, 12 November 2013, Jam 21.20 WIB.

B. Uraian Tugas Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)

1. Di Daerah Asal

a. Masa pembinaan Jamaah Haji di Daerah

1) Memeperkenalkan diri kepada karu/karom dan PPIH Daerah dalam acara manasik haji.

2) Berperan aktif dalam pembinaan manasik dan rencana pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi.

3) Berintegrasi dengan seluruh petugas Kloter 32 JKG dan menyusun rencana kerja.

4) Bagi jamaah haji gelombang II diingatkan agar menyiapkan pakaian ihram di tas tentengan.

5) Memberikan informasi dan penyuluhan tentang hak-hak jamaah haji, diantaranya uang bekal selama di Arab Saudi sebesar SR. 1.500, setiap jamaah haji menempati pemondokkan sesuai hasil


(53)

qur’ah, mendapat jatah makan selama di Arafah Mina, di Hotel

Transit, di terminal Hijrah Madinah dst.

6) Menjelaskan tugas dan fungsi ketua regu dan rombongan serta mengadakan konsolidasi dengan karu dan karom.

2. Di Asrama Embarkasi

a. Melapor kepada PPIH Embarkasi dalam hal ini seksi pendayagunaan petugas dan minta penjelasan seperlunya.

b. Membantu kelancaran sebelum keberangkatan jamaah haji; penerimaan jamaah, penimbang barang, pemeriksaan kesehatan, penempatan di kamar.

c. Mengingatkan jamaah haji tentang kelengkapan dokumen haji (SPMA, bukti setor BPIH warna biru), pelaksanaan ibadah dan lain-lain.

d. Meminta daftar manifest Kloter 32 JKG ke Bagian Dokumen Asrama Pondok Gede.

e. Memberitahukan Karu/Karom tentang jadwal pemantapan Karu/Karom.

f. Memantau pelayanan katering bagi jamaah haji.

g. Rapat koordinasi pembagian kerja petugas Kloter 32 JKG, termasuk Karu/Karom.

h. Mengajak jamaah haji untuk mengikuti ceramah-ceramah dan bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh PPIH Embarkasi.


(54)

i. Membantu kelancaran kegiatan pemantapan ketua regu dan ketua rombongan oleh PPIH Embarkasi.

j. Membantu kelancaran pembagian paspor, uang bekal (living cost), gelang identitas dan uang honor Karu/Karom.

k. Menghubungi PPIH Embarkasi Cq. Bidang pemberangkatan untuk mengetahui kepastian jadwal keberangkatan.

l. Mengingatkan jamaah haji agar dokumen, uang dan barang bawaannya jangan sampai ada yang tertinggal. Paspor diletakkan di tas paspor dan digantung di leher.

3. Di Bandara Halim Perdanakusuma (Pemberangkatan)

a. Menertibkan jamaah haji sewaktu naik pesawat.

b. Memebantu jamaah haji untuk mendapatkan tempat duduk.

c. Membantu jamaah haji menempatkan barang bawaan pada tempatnya.

4. Di Pesawat

a. Memperkenalkan diri kepada awak pesawat (puser). b. Memimpin do’a keberangkatan.

c. Mencocokkan manifest jamaah haji dengan jumlah jamaah haji yang riil berangkat.

d. Berkoordinasi dengan TKHI untuk mengelompokkan jamaah haji resiko tinggi dan sakit.

e. Memberi penyuluhan kepada jamaah haji agar selalu mematuhi tata tertib selama dalam penerbangan.


(55)

f. Mengingatkan waktu shalat dan menjelaskan tata cara bertayammum di pesawat.

g. Bersama petugas kloter (TKHI, TPHD, TKHD, Karu dan Karom)

menyobek lampiran paspor lembar “D” untuk diserahkan kepada petugas sektor di bandara King Abdul Aziz Jeddah/ Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz Madinah.

5. Di Bandara Jeddah

a. Mengingatkan kembali kepada jamaah haji supaya menyiapkan paspor untuk diperiksa oleh petugas imigrasi Arab Saudi.

b. Mengingatkan agar menyiapkan kunci kopernya masing-masing guna memudahkan pemeriksaan barang bawaan.

c. Mengingatkan jamaah haji tentang pemeriksaan paspor di Bandara King Abdul Aziz Jeddah/Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz Madinah.

d. Memberikan penerangan kepada jamaah haji tentang proses yang akan dilakukan selama berada di bandara dan tujuan perjalanan selanjutnya. e. Mengatur jamaah ketika masuk ruang tunggu pria-wanita dipisah. f. Melaporkan kedatangan kepada petugas sektor Bandara Jeddah dan

menyerahkan laporan kedatangan disertai sobekan lembar “D” dari DAPIH.

g. Mengumpulkan paspor dan menyerahkan kepada petugas sektor melalui ketua regu dan ketua rombongan.


(56)

h. Menginformasikan kepada jamaah haji tentang fasilitas di bandara seperti kamar mandi, cara mempergunakan kran air, musholla, arah kiblat, bank, pos dan lain-lain.

i. Mengingatkan jamaah haji untuk segera mandi, berpakaian ihram dan shalat sunnat ihram bagi jamaah haji gelombang II.

6. Di Makkah

a. Membantu petugas sektor dalam penyerahan kembali paspor yang sudah terkumpul kepada jamaah haji.

b. Mengadakan koordinasi dengan seksi pemberangkatan dan ketua Regu/ketua Rombongan untuk mempersiapkan keberangkatan ke Madinah/Makkah termasuk mengatur kemungkinan pemecahan rombongan mengingat kepasitas bus yangn berbeda-beda.

c. Memberikan pengumuman mengenai waktu keberangkatan dari Jeddah ke Madinah (gelombang I), ke Makkah (gelombang II).

d. Mengatur pembagian tugas kepada seluruh petugas kloter untuk pengawalan jamaah haji selama perjalanan.

e. Memberikan penjelasan kepada jamaah haji bahwa selama berada di Arab Saudi paspor disimpan oleh Muassasah.

f. Mengatur pengelompokkan jamaah haji sesuai dengan bus yang tersedia.

g. Mengatur jamaah haji menuju bus yang telah ditentukan sesuai kelompoknya, bersama petugas seksi pemberangkatan.


(57)

h. Mengingatkan jamaah haji untuk berniat ihram bagi jamaah haji gelombang II.

i. Mengingatkan karu/karom untuk membimbing pembacaan talbiyah di bus selama perjalanan dari Jeddah ke Makkah, bagi jamaah haji gelombang II.

7. Di Arafah

a. Pada saat kedatangan

1) Membantu penempatan jamaah haji kloternya ke kemah maktab. 2) Mengadakan koordinasi dengan seluruh petugas kloter yang

berada dalam satu maktab dan petugas PPIH Arab Saudi di Arafah.

3) Menunjukkan fasilitas disekitar padang Arafah dan menegaskan untuk tidak keluar kemah kecuali ada udzur.

4) Membuat dan menyampaikan laporan kepada petugas PPIH Arab Saudi di Arafah tentang keadaan jamaah haji.

5) Memberikan bimbingan kepada jamaah haji tentang wukuf, mabit dan melontar jumrah baik langsung maupun melalui KBIH. 6) Mempersiapkan pelaksanaan wukuf termasuk menetapkan khotib

dan petugas lain serta menyiapkan sarana dan prasarananya. 7) Menghubungi maktab apabila terjadi kekurangan kemah, air dan

perlengkapannya.

b. Pada tanggal 9 Dzulhijjah dan waktu Wukuf


(58)

2) Mengatur pelaksanaan wukuf.

3) Mencatat data kematian bersama dengan TKHI.

4) Mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan TKHI.

c. Persiapan berangkat ke Mina

1) Menyampaikan pengumuman tentang persiapan untuk meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.

2) Mengadakan pengecekan tentang kelengkapan dan jumlah kloternya sebelum meninggalkan Arafah.

3) Mengatur jamaah haji untuk tertib naik bus.

4) Mengingatkan supir supaya berhenti mabit di Muzdalifah. 5) Menghubungi maktab apabila terjadi kekurangan bus.

6) Mengingatkan jamaah haji melalui ketua Rombongan untuk melakukan mabit di Muzdalifah dan mengumpulkan kerikil untuk melontar jumroh sesuai dengan nafar yang diambil masing-masing.

8. Di Muzdalifah

a. Mengawasi jamaah haji yang turun dari bus untuk mabit dan mencari kerikil dan mengingatkan agar tidak ada yang tersesat jalan atau tertinggal dari regu/rombongan.

b. Mengatur dan melanjutkan perjalanan jamaah haji dari Muzdalifah menuju Mina setelah mabit.


(59)

a. Membantu penempatan jamaah haji di kemah-kemah maktab sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

b. Melapor jika terdapat kekurangan baik kemah maupun air.

c. Mengatur jamaah haji kloternya untuk melakukan lontar jumroh Aqobah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan secara rombongan bersama Karu/Karom.

d. Menghimbau jamaah haji untuk tidak melakukan Thawaf Ifadhah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini untuk menjaga kesehatan agar tidak terlalu lelah dan dihimbau kepada jamaah haji agar thawaf Ifadhah dilakukan setelah kembali dari Mina.

10.Di Makkah Sesudah Wukuf

a. Saat datang dari Mina

1) Mengatur kembali penempatan jamaah haji di pemondokkan dan mengecek kembali jumlah jamaah haji kloternya.

2) Melaporkan kepada sektor tentang kondisi jamaah haji setelah selesai pelaksanaan Wukuf.

3) Bersama dengan KBIH memberikan bimbingan thawaf ifadhah,

thawaf wada’ dan pembayaran Dam.

b. Selama di Makkah

1) Mengurus jamaah haji yang harus dipulangkan lebih dini. 2) Mengatur pelaksanaan thawaf ifadhah dan thawaf wada’


(60)

11.Saat Tiba Di Madinah

a. Pada saat tiba di terminal hijrah.

1) Melaporkan kepada petugas sektor di terminal hijrah tentang jumlah dan kondisi jamaah haji kloternya serta bus yang digunakan. Kemudian menandatangani lembar bayan tarhil. 2) Menanyakan kepada petugas sektor di terminal hijah tentang

majmu’ah/group dan gedung yang akan ditempati.

3) Menghimbau kepada jamaah haji untuk tidak meninggalkan bis jauh-jauh dan lama.

b. Pada saat tiba di pemondokkan

1) Membantu kelancaran penempatan jamaah haji di pemondokkan. 2) Memberikan penjelasan kepada jamaah haji tentang penempatan

jamaah haji ada yang mendapatkan kamar tingkat atas dan ada pula di bawah dan menghimbau agar jamaah haji yang sudah tua ditempatkan di kamar lantai dasar.

3) Menyampaikan hal-hal yang diperlukan jamaah haji pada saat selesai penempatan jamaah haji.

4) Mengadakan koordinasi dengan Majmu’ah.

5) Melaporkan kedatangannya kepada ketua sektor yang mewilayahinya tentang jumlah jamaah haji dan petugas dan kloternya.


(61)

6) Mengurus dan menyantuni jamaah haji sakit, sesat jalan, udzur dan wafat.

7) Memberi pengertian kepada jamaah haji yang terpisah gedung atau kloter.

8) Mengatur pembagian tugas kepada seluruh petugas kloter untuk memberikan pelayanan secara adil walaupun terpisah pemondokkan.

9) Meminta kepada jamaah haji agar segera memulai shalat Arba’in di Masjid Nabawi setelah istirahat sejenak.

12.Selama Berada Di Madinah

a. Memberikan penjelasan kepada jamaah haji sebelum meninggalkan pemondokkan untuk shalat berjamaah di Masjid Nabawi.

b. Mengadakan kunjungan bersama TPIHI, TKHI, TPHD dan TKHD ke kamar-kamar pemondokkan yang ditempati jamaah haji kloternya. c. Mengatur jadwal pelaksanaan ceramah bimbingan ibadah.

d. Membantu jamaah haji yang sesat jalan untuk dikembalikan kepemondokkannya atau menyerahkan kepada petugas sektor.

e. Menghubungi Majmu’ah dan mengumumkan kepada jamaah haji tentang pelaksanaan ziarah.

f. Meyampaikan laporan ke kepala Daerah Kerja Madinah tentang

perhitungan shalat Arba’in jamaah haji kloternya.

g. Menghubungi petugas pembimbing ibadah dari sektor untuk pelaksanaan bimbingan ibadah.


(62)

h. Memberikan bimbingan tentang shalat arba’in, ziarah dan manasik haji secara langsung atau bersama dengan petugas pembimbing ibadah dari sektor/pembimbing KBIH.

i. Mengurus jamah haji yang sakit untuk diantar ke BPHI/RSAS bersama TKHI.

j. Melaporkan jamaah haji yang meninggal kepada Majmu’ah.

k. Menghadiri rapat yang diadakan oleh ketua sektor dan kepala Daker serta mengadakan koordinasi antar petugas Kloter, Sektor, Daker dan

Majmu’ah.

l. Menyampaikan laporan ke Daker tentang perhitungan arba’in dan rencana meninggalkan Madinah.

m. Tiga hari sebelum meninggalkan Madinah bersama para ketua Rombongan dengan membawa surat dari Daker mengecek seluruh paspor jamaah haji kloternya di Muassasah dan menanyakan kepastian keberangkatannya.

n. Mengingatkan jamaah haji untuk menyiapkan barang bawaannya dan menyelesaikan keluhan jamaah haji kemudian dilaporkan kepada Sektor/Daker.

o. Mengumumkan kepada jamaah haji tentang kepastian waktu untuk meninggalkan Madinah.

p. Memastikan tidak ada barang bawaan jamaah yang tertinggal dalam Bandara Madinah.


(63)

13.Di Pesawat (Pemulangan)

a. Memberikan penerangan di pesawat.

b. Mengecek jumlah jamaah haji dalam pesawat dengan cara mencocokkannya dengan manifest/daftar penumpang.

c. Menyobek lampiran paspor (Lembar Debarkasi) untuk diserahkan kepada PPIH Embarkasi bersama petugas kloter lainnya (TKHI, TPHD, dan TKHD).

d. Mencatat identitas jamaah haji yang menggunakan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP)

e. Mengingatkan jamaah haji agar menyiapakan dokumen paspor dan buku kesehatan, ketika akan mendarat untuk memudahkan pemeriksaan.

14.Di Terminal Debarkasi (Pemulangan)

a. Megingatkan kembali kelengkapan dokumennya untuk memudahkan pemeriksaan.

b. Melaporkan kepada PPIH setempat tentang kondisi jamaah haji dengan menyerahkan buku laporan akhir tugas dan sobekan paspor. c. Memberiakn petunjuk kepada jamaah haji dalam rangka kembali ke

daerah masing-masing.

d. Mengadakan koordinasi dengan petugas daerah yang mengurus kepulangan jamaah haji masing-masing.31

31


(64)

C. Rencana Perjalanan Haji

Menunaikan ibadah haji sangat dibutuhkan manajemen yang baik. Persiapan haji harus terencana dan tersusun sesuai dengan kalender Arab Saudi. Berikut ini adalah rancangan rencana perjalanan ibadah haji tahun 2013.

Gambar 4.1

Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1433 H/2013 M

RPH 1433 H Wukuf

Pemulangan Pemberangkatan

Kloter 1 : 10 September 2013

Wukuf : Senin, 14 Oktober 2013

Kloter Terakhir : 09 Oktober 2013

Kloter 1 : 20 Oktober 2013

Kloter Terakhir : 18 November 2013

1. Masa Operasi pemberangkatan : 30 hari. 2. Masa operasi pemulangan : 30 hari. 3. Gelombang I : 15 hari

4. Gelombang II : 15 hari

5. Masa Tinggal Jemaah Haji di Arab Saudi : 41 hari.


(65)

D. Kasus-kasus Haji di Kloter 32 JKG

Berbagai hal yang tidak diduga dapat terjadi dalam operasional haji. Penanganan dan penyelesaian kasus-kasus pun yang terjadi terhadap jamaah haji selalu diupayakan oleh petugas haji sebagai bentuk pelayanan petugas haji kepada jamaah haji. Adapun bebrapa kasus-kasus yang terjadi selama proses haji berlangsung di dalam kloter 32 JKG sebagai berikut:32

Tabel 4.1

Kasus-kasus Haji Kloter 32

No Tempat Di- Permasalahan Alternatif Solusi Yang Ditempuh 1. Embarkasi Berdasarkan laporan dokter

kloter bahwa jamaah an. Rusmidah binti Muhammad Romli No. Pasport A. 5763335 menderita penyakit gagal ginjal dan dalam satu minggu harus melakukan 2x cuci darah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari pihak KKP bandara Soekarno-Hatta, bahwa calon jamaah

tersebut tidak

diberangkatkan bersama kloter 32 JKG, alasannya resiko tinggi dan dirawat di rumah sakit haji Pondok Gede.

2. Bandara KAA Jeddah

Jamaah calon haji an. Hindun binti Niang Ahmad No. Pasport A. 5594092, terjadi depresi berat/lupa ingatan dan meronta ingin pulang ke tanah air, jamaah tersebut

TPHI bersama dokter kloter (TKHI) melaporkan kepada sektor Jeddah dan kemudian dirujuk ke BPHI Makkah lalu disafari wukufkan dan

dikembalikan ke

32


(66)

tidak didampingi oleh keluarganya.

pemondokkan untuk thawaf ifadhoh dan setelah selesai dikembalikan ke BPHI Makkah.

3. Makkah Pemondokkan jauh dari Masjidil Haram + 2,5 Km. Dan jalan dalam posisi menanjak, banyak jamaah yang sakit, antara lain: penyakit jantung.

TPHI bersama dokter kloter merujuk jamaah tersebut ke sektor kemudian dibawa ke BPHI Makkah dan dirawat sampai disafari wukufkan dan dikembalikan ke pemondokkan untuk thawaf ifadhoh.

4. Prosesi Armuna

1.Di Arafah, salah satu jamaah haji an. Siswoyo Riyono, lebih dari 3x buang air besar, bolak-balik ke WC.

2. Di Muzdalifah, kloter 32 JKG maktab 40 berdiri berdesakan selama + 1 jam setengah untuk mengantri naik bus menuju Mina, dikarenakan kurangnya koordinasi antar ketua kloter.

1. TPHI dan Dokter Kloter berusaha mengobati di kemah tetapi penyakitnya masih saja terus terjadi kemudian dirujuk ke Satop Armuna Arafah.

2. TPHI langsung bertindak cepat sedangkan ketua rombongan membantu menenangkan jamaah haji agar bersabar.


(67)

5. Madinah 1. Kloter 32 JKG mendapatkan hotel yang terpisah, yaitu: Hotel Mawaddah Noor dan Hotel Majid Al-Araq. Kedua hotel ini agak jauh jaraknya + 300 m.

2. Dalam pengecekkan paspor dan DAPIH di Muassasah di Madinah, ditemukan 1 orang jamaah yang tidak ada DAPIH dan boarding pass pesawat untuk kepulangan ke tanah air.

1. TPHI membagi tempat tinggal petugas kloter terutama TKHI dan paramedis dibagi 2 tempat.

2. Lapor ke Daker Madinah kemudian Daker membuat dan memberikan boarding pass dan tiket kepulangan ke tanah air.

6. Pesawat (Pemulangan)

Terdapat 2 orang jamaah haji yang perlu perawatan dan pengawasan dokter kloter karena penyakit jantung dan Hindun N. Karena penyakit stres berat.

TPHI dan Dokter kloter meminta kepada puser agar 2 jamaah tersebut ditempatkan di bangku paling depan bersama dokter kloter dan paramedis agar dapat diawasi kondisinya selama dalam perjalanan.


(68)

BAB V

ANALISIS RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA KETUA KLOTER 32 PROVINSI BANTEN TAHUN 2013

Dalam penelitian ini penulis telah terjun langsung dalam mengamati proses perhajian di kelompok terbang 32 dalam masa haji tahun 1434 H/2013 M. Penulis melihat dan merasakan beberapa permasalahan yang timbul dalam kloter tersebut, dimana hal ini akan berdampak terhadap respon jamaah haji di kelompok terbang 32 pada profesionalitas kinerja ketua kloter tersebut. Adapun respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kloter 32 adalah:

Tabel 5.1

Prosentase penilaian responden terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten 2013

Sangat Puas (%)

Puas (%) Cukup Puas (%)

Tidak Puas (%)

Sangat Tidak Puas

(%)

17,1 29,9 37,1 13,9 2,1

Dari data di atas, didapat suatu respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten yang diterima, untuk kriteria sangat puas sebesar 17,1% responden, puas sebesar 29,9% responden, cukup puas sebesar 37,1% responden, tidak puas sebesar 13,9% dan sangat tidak


(69)

puas sebesar 2,1%. Dari data tersebut terlihat bahwa mayoritas respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten merasa puas dengan prosentase sebesar 29,9% responden.

Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa respon jamaah haji kloter 32 terhadap kinerja TPIH adalah positif (baik). Hal ini terlihat dari interaksi antara jamaah dengan para petugas haji yang akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan jamaah. Maka, jamaah haji cenderung untuk menyukai atau mendekati objek (TPIH). Demikian pula jika dikaitkan dengan ketiga komponen respon, yaitu kognisi (pengetahuan), afeksi (sikap), dan psikomotorik (tindakan). Pengetahuan seseorang (jamaah) berhubungan dengan bagaimana jamaah haji memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta bagaimana kesadaran itu bereaksi terhadap keadaan disekitarnya. Setelah jamaah haji mendapatkan pengetahuan maka yang terjadi adalah para jamaah akan menentukan sikap. Dan sikap jamaah cenderung untuk bertindak. Inilah yang menghasilkan respon (stimulus) jamaah untuk memberikan penilaian kepada kinerja ketua kloternya.

Penilaian tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan oleh ketua kloter dan para anggotanya. Baik itu dari ketanggapan, kerjasama, dan komunikasi yang aktif serta saling berkoordinasi dengan para petugas haji lainnya.

Dibawah ini dijelaskan mengenai respon jamaah haji secara rinci disetiap indikatornya:


(70)

1. Penguasaan Materi Manasik Haji

Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap penguasaan materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2

Prosentase penilaian responden terhadap penguasaan materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013

Sangat Puas (%)

Puas (%) Cukup Puas (%)

Tidak Puas (%)

Sangat Tidak Puas (%)

11,3 28,7 46 14 -

Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji terhadap penguasaan materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 selama sebelum dan berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 11,3% responden menjawab sangat puas, 28,7% responden menjawab puas, 46% responden menjawab cukup puas, 14% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab sangat tidak puas.

Manasik haji merupakan salah satu makanan pokok bagi seluruh calon jamaah haji yang akan menunaikan ibadah haji. Namun, ada yang paling inti dari yang pokok, yaitu petugas haji.Petugas haji yang memiliki skill dan pengetahuan menyeluruh menjadi prioritas dalam penyelenggaraan ibadah haji terlebih pengalaman yang cukup dalam perhajian. Aspek kognisi ini tergambar ketika seseorang, baik petugas haji dan jamaahnya menyadari bahwasannya setiap perilaku yang dilakukannya berawal dari proses


(71)

pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku masing-masing. Hal ini pun yang menghasilkan penilaian responden terhadap sejauh mana penguasaan ilmu manasik yang diajarkan kepada mereka sesuai dengan syariat agama Islam.

2. Pelayanan Informasi

Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap pelayanan informasi ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3

Prosentasepenilaian responden terhadap pelayanan informasi ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 dalam menangani

masalah.

Sangat Puas (%)

Puas (%) Cukup Puas (%)

Tidak Puas (%)

Sangat Tidak Puas (%)

20 31,3 41,7 4 3

Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji terhadap pelayanan informasi dan administrasi ketua kelompok terbang 32 selama berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 20% responden menjawab sangat puas, 31,3% responden menjawab puas, 41,7% responden menjawab cukup puas, 4% responden menjawab tidak puas, dan 3% responden menjawab sangat tidak puas.

Data ini menunjukan bahwa mayoritas responden jamaah haji merespon positif dari apa yang mereka rasakan selama proses perhajian


(72)

berlangsung. Dalam salah satu komponen respon, ini termasuk dalam kategori afeksi atau sikap seseorang yang kemudian menimbulkan sikap yang cenderung bertindak. Hal tersebut tergambar ketika ketua kloter selalu memberikan pelayanan informasi secara menyeluruh, bertujuan agar memudahkan jamaah haji dalam mengakses atau mencari informasi dan jadwal selama di tanah suci. Jamaah pun sangat responsif ketika ketua kloter menempelkan informasi di dinding hotel agar mudah dibaca dan lebih dipahami. Bukan itu saja, jamaah dapat menanyakan langsung ke ketua rombongan dan ketua regu masing-masing kelompok.

3. Pelaksanaan Program Haji

Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4

Prosentase penilaian responden terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013.

Sangat Puas (%)

Puas (%) Cukup Puas (%)

Tidak Puas (%) Sangat Tidak Puas (%)

8 42 40,4 8,8 -

Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbang 32 selama berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 8% responden menjawab sangat puas, 42% responden menjawab puas, 40,4% responden


(73)

menjawab cukup puas, 8,8% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab sangat tidak puas.

Data tersebut menunjukan bahwa respon jamaah haji kloter 32 menjawab sangat puas, puas dan cukup puas terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbang 32 lebih besar dibandingkan jawaban tidak puas dan sangat tidak puas. Oleh karena itu, data ini menunjukan tingkat respon jamaah haji terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbangnya masih cukup tinggi. Program-program haji selama kurang lebih sebulan berjalan dengan lancar, termasuk fasilitas-fasilitas transportasi dari pemerintah yang cukup menampung para jamaah haji Indonesia menunjukkan aspek psikomotorik atau konatif dan atau suatu tindakan yang mencerminkan kesungguhan pemerintah khususnya kementerian agama untuk selalu memperbaiki dan mengevaluasi permasalahan perhajian Indonesia terutama dari segi pelayanan terhadap setiap jamaah haji Indonesia.

4. KemampuanKerja

Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap kemampuan kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5

Prosentase penilaian responden terhadap kemampuan kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 dalam menangani masalah.

Sangat Puas (%)

Puas (%) Cukup Puas (%)

Tidak Puas (%)

Sangat Tidak Puas (%)


(74)

Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji terhadap kemampuan kerja ketua kelompok terbang 32 selama berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 27,7% responden menjawab sangat puas, 23% responden menjawab puas, 39% responden menjawab puas, 10,3% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab sangat tidak puas.

Data tersebut, membuktikan bahwa kemampuan seorang ketua kloter dalam menangani segala tantangan selama memandu jamaah haji dapat dikatakan layak dan masuk kriteria ataupun syarat menjadi seorang petugas haji yang profesional. Kemampuan ini dilihat ketika ketua kloter dapat menangani salah satu jamaah hajinya yang harus di tanazulkan. Kemudian melihat dan membaca permasalahan yang terjadi dengan seluruh alternatif solusi yang sudah direncanakan dan dilakukannya. Bahkan kemampuan seorang ketua untuk selalu berkomunikasi menggunakan bahasa arab dan inggris. Ini merupakan aspek afektif dan kognitif yang ditunjukkan ketua kloter agar apa yang sudah di rencanakan berjalan sesuai dengan harapan. 5. Ketepatan dan Kecepatan Kerja

Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap ketepatan dan kecepatan kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:


(1)

18 Ketua kloter dapat mengurusi jamaah haji yang tanazul 19 Ketua kloter menyelesaikan masalah perhajian dengan baik 20 Ketua kloter mampu dalam membimbing ketua rombongan dan jamaahnya

KETEPATAN DAN KECEPATAN KERJA

21 Ketua kloter tanggap dalam setiap permasalahan 22 Ketua kloter tepat dalam memberikan solusi kepada kelompok hajinya 23 Ketua kloter cepat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya 24 Ketua kloter bisa mengatur jadwal dengan tepat dan baik 25 Ketua kloter bijaksana dalam mengambil keputusan

INISIATIF KERJA

26 Ketua kloter memberikan tausiyah kepada jamaah hajinya 27 Ketua kloter mengontrol jamaah hajinya sambil mendengarkan kebutuhan jamaahnya 28 Ketua kloter lebih memperhatikan kepentingan jamaah daripada pribadi 29 Ketua kloter selalu memiliki strategi strategi di setiap keadaan perhajian

PENGETAHUAN DAN INTEGRITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN

30 Ketua kloter cerdas dan mempunyai rasa tanggungjawab dalam membimbing jamaah 31 Ketua kloter mengutamakan fasilitas demi kenyamanan ibadah jamaah hajinya 32 Ketua kloter mengadakan bimbingan manasik haji bergilir untuk setiap rombongan di hotel 33 Solidaritas dan ketekunan ketua kloter menjadi kunci bagi jamaah 34 Anda merasa nyaman selama proses haji berlangsung

KOMUNIKASI KERJA

35 Ketua kloter ramah dan sopan terhadap jamaahnya. 36 Ketua kloter melakukan komunikasi dengan baik kepada para jamaahnya 37 Ketua kloter sering menyapa jamaah hajinya. 38

Ketua kloter kurang peduli terhadap jamaahnya yang memiliki masalah selama berlangsungnya


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)