Pengaruh Program Family Support Terhadap Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Peduli Autis Kaya Berkah Medan

(1)

LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan Kuesioner Penelitian

PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS

―KAYA BERKAH‖ MEDAN

No.Responden

Dengan hormat,

Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk memenuhi tugas akhir, bersama ini saya menyampaikan kuesioner penelitian saya mengenai ―PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS „KAYA BERKAH‟ MEDAN‖. Adapun hasil penelitian ini saya gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menyelesaikan studi saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP - USU. Saya memohon maaf atas terganggunya waktu saudara dalam pengisian kuesioner ini, namun saya juga mengharapkan saudara berkenan untuk membantu penelitian ini dengan mengisi secara lengkap dan jujur kuesioner yang terlampir.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara yang telah meluangkan waktu untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini.

Peneliti,


(2)

Petunjuk pengisian:

a. Jawablah pertanyaan dengan benar dan jujur

b. Pilihlah jawaban dan berikan tanda (X) pada jawaban yang paling benar menurut saudara

c. Pada bagian uraian,berilah jawaban berdasarkan pengalaman yang saudara dan keluarga alami juga rasakan

d. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung kepada yang menyebarkan kuesioner.

IDENTITAS RESPONDEN* 1. Nama :

2. Usia : 3. Agama : 4. Jenis kelamin : 5. Suku Bangsa : 6. Nama Anak : 7. Usia Anak :

8. Lama Bergabung/Terapi :

*) Identitas ini wajib diisi. Adapun keamanan privasi saudara akan dijamin oleh peneliti.Data digunakan untuk kepentikan akademik dan demi keabsahan hasil penelitian.


(3)

KOMPONEN FAMILY SUPPORT

A. Dukugan Konkret

1. Kami dipersilakan meminjam/menggunakan fasilitas terapi yang tersedia di Pondok Peduli Autis ―Karya Berkah‖ (PPAKB) untuk melatih kecakapan anak kami di luar jam kursus biasa.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak setuju

2. Kami mendapatkan subsidi/keringanan dalam membayar biaya kursus anak kami, sesuai dengan kemampuan ekonomi kami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

3. Kami akan dibebaskan dari seluruh biaya kursus, jika kami mengalami keterbatasan dalam hal ekonomi keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

4. Kami memperoleh bantuan materi dalam bentuk uang/peralatan terapi dari pihak PPAKB jika kami tidak mampu membelinya secara mandiri.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(4)

B. Dukungan Emosional

5. Kami merasa keberadaan anak kami diakui/diterima oleh orang-orang yang berada di lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

6. Kami tidak merasa sendiri dalam mendampingi tumbuh-kembang anak kami, karena kami memperoleh motivasi dari orang-orang yang berada di lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

7. Kami merasa kepercayaan diri kami untuk berbaur dengan orang lain kian meningkat, setelah berada di lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

8. Kami dilibatkan dalam berbagai aktivitas menyenangkan dengan para orang tua siswa lainnya, seperti rekreasi/outing.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(5)

C. Dukungan Informatif

9. Kami memperoleh kesempatan mempelajari cara melatih kecakapan anak kami, melalui bimbingan para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

10.Kami memperoleh pengetahuan baru tentang autisme melalui diskusi bersama para guru/staff maupun sesama orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

11.Kami selalu mendapatkan informasi tentang forum diskusi/seminar-seminar terkait autisme dari para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

D. Dukungan Penghargaan

12.Kami selalu merayakan peringatan Hari Autisme sedunia bersama para guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(6)

13.Kami kerap merayakan hari ulang tahun anak kami atau siswa lainnya bersama para guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

14.Kami akan mendapatkan kartu ucapan atau hadiah saat memperingati hari-hari khusus (seperti hari-hari ibu, dsb) dari para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

KOMPONEN RESILIENSI KELUARGA

A. Keyakinan Keluarga

15.Kami menghadapi kesulitan keluarga bersama-sama dibandingkan secara individual.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

16.Perasaan tertekan saat mengalami kesulitan, kami pandang sebagai hal yang wajar dan dapat dipahami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(7)

17.Keluarga kami menganggap krisis sebagai tantangan yang dapat diatasi dan dikendalikan.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

18.Kami berusaha memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang kami hadapi.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

19.Kami tetap berharap dan yakin bahwa kami dapat mengatasi kesulitan. a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

20.Kami memiliki nilai-nilai penting dan tujuan bersama yang dapat membantu mengatasi masalah.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

21.Kami menggunakan sumber-sumber spiritual seperti keyakinan beragama, berdoa, meditasi, dan atau melalui kegiatan yang terkait dengan alam dan seni.


(8)

c) Tidak Setuju

22.Kami mendapatkan inspirasi untuk memperbarui atau meninjau kembali impian hidup serta pandangan positif terhadap masa depan.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

B. Pola Organisasi

23.Dalam keluarga, kami saling menyemangati untuk membangun kekuatan yang kami miliki.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

24.Kami berusaha menggunakan kesempatan, mengambil tindakan, dan terus berusaha.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

25.Kami fokus pada apapun yang dapat kami lakukan dan berusaha menerima segala sesuatu yang tidak dapat diubah.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(9)

26.Kesulitan kami meningkatkan kepedulian dan keinginan kami untuk membantu orang lain.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

27.Kami semakin dekat dengan para tetangga/masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal kami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

28.Kami semakin giat bekerja demi memastikan keuangan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami yang semakin meningkat.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

C. Proses Komunikasi

29.Kami saling jujur saat menyampaikan pemikiran dan isi hati kepada setiap anggota keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju


(10)

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

31.Kami akan saling memaklumi jika ada anggota keluarga yang menyampaikan keluh-kesahnya.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

32.Kesulitan yang kami hadapi membuat kami semakin memperbaiki komunikasi antar anggota keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

33.Kami selalu menyelesaikan problematika keluarga dengan bermusyawarah a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

34.Kami saling membantu dalam menyelesaikan tugas rumah tangga maupun tugas-tugas lainnya.

a) Setuju

b) Kurang Setuju c) Tidak Setuju

35.Kami selalu mencoba menyelesaikan konflik apapun bersama-sama. a) Setuju


(11)

c) Tidak Setuju

URAIAN

1. Bagaimana kondisi keluarga anda sebelum mengenal Pondok Peduli Autis (PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah keluarga?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……….

2. Bagaimana kondisi keluarga anda setelah bergabung di Pondok Peduli Autis (PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah keluarga?

……… ……… ……… ……… ………


(12)

……… ………

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai program dukungan keluarga (Family Support) yang dijalankan oleh pihak Pondok Peduli Autis (PPA) ‗Kaya Berkah‘, serta manfaat apa yang anda peroleh dari program tersebut?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……….

Demikianlah kuesioner ini saya isi dengan benar dan jujur. Saya mengizinkan jawaban saya digunakan untuk kepentingan akademik.

TTD,


(13)

LAMPIRAN

MASTER DATA VARIABEL X

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 39

3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 41

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40

8 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 39

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

11 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 36

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

18 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 39

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40


(14)

MASTER DATA VARIABEL Y

No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 57

3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

5 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

10 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 58

11 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 53

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

13 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 61

19 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 60

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63


(15)

LAMPIRAN

Titik Persentase Distribusi t (dk = 1 – 40)

Pr df

0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681 10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048


(16)

19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005


(17)

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Nama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ana Safi 1 5.0 5.0 5.0

Angela 1 5.0 5.0 10.0

Anna 1 5.0 5.0 15.0

Chairani 1 5.0 5.0 20.0

Endang 1 5.0 5.0 25.0

Fitri 1 5.0 5.0 30.0

Hairudin 1 5.0 5.0 35.0

Heni Ris 1 5.0 5.0 40.0

Joyadi R 1 5.0 5.0 45.0

Lili Cha 1 5.0 5.0 50.0

Mahyuni 1 5.0 5.0 55.0

Masitah 1 5.0 5.0 60.0

Meilina 1 5.0 5.0 65.0

Nina 1 5.0 5.0 70.0

Nuriatik 1 5.0 5.0 75.0

Siti 1 5.0 5.0 80.0

Sri Ari 1 5.0 5.0 85.0

Syafrina 1 5.0 5.0 90.0

Yenni 1 5.0 5.0 95.0

Yuliani 1 5.0 5.0 100.0


(18)

Correlations

Variabel_X VARIABEL_Y

Variabel_X

Pearson Correlation 1 .670**

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

VARIABEL_Y

Pearson Correlation .670** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.808 35

Correlations

Variabel_X VARIABEL_Y

Variabel_X

Pearson Correlation 1 .670**

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

VARIABEL_Y

Pearson Correlation .670** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .670a .449 .418 1.97184

a. Predictors: (Constant), Variabel_X b. Dependent Variable: VARIABEL_Y


(19)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 56.963 1 56.963 14.650 .001b

Residual 69.987 18 3.888

Total 126.950 19

a. Dependent Variable: VARIABEL_Y b. Predictors: (Constant), Variabel_X

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 15.857 11.815 1.342 .196

Variabel_X 1.110 .290 .670 3.828 .001


(20)

(21)

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, dkk. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Retardasi Mental dengan Mekanisme Koping Keluarga pada Anak Retardasi Mental di SDLB Putra Jaya Malang. Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya, Malang. Andri, Priyatna. (2010). Not A Little Monster! (Memahami, Mengasuh dan Mendidik

Anak Hiperaktif). Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Danuatmaja, Bonny. (2003). Terapi Anak Autis Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT. Refika Aditama.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Orang Tua dengan Anak yang Berkebutuhan Khusus. Diakses tanggal 12/03/2016.

Handojo, Y. (2008). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer. Hidayati, Nurul. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik. INSAN Vol. 13 NO.01, April 2011.

Huzaemah. (2010). Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Jordan. (2001). Autism with severe learning difficulties. Oxford: University of Oxford Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah


(23)

Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Liberty. Yogyakarta.

Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step By Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.

Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok : LPSP3 UI.

Mangusong, F. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok: LPSP3 UI Mawardah,Umi, dkk. (2012). Relationship Between Active Coping With Parenting

Stress In Mother Of Mentally Retarded Child. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14.

McCubin, H,I., Thompson, A.I., & McCubbin, M. (2001). Family Measures: Stress, Coping, and Resiliency. Hawaii: Kamehameha Schools.

Poerwadarminta, WJS. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Poerwanti, Endang & Kustiatun Widianingsih. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus 2. Bandung : PT. Refika Aditama.

Puspitawati, Herien. (2013). Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press.

Putri, Nirmala Amelia. (2013). Tingkat Kebermaknaan Hidup dan Optimisme pada Ibu yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Semarang.

Safaria, (2005). Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Cetakan 1, Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial; Pedoman Prektis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tamher, S. &Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut denganPendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


(24)

Thompson., Neil. (2006). Family support as reflective practice. London: Kingsley Publishers

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008. Pengantar Statistika, edisi kedua, Jakarta, PT Bumi Aksara

Veskarisyanti, Galih A. (2008).12 Terapi Autis Paling Efektif&Hemat. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.

Volkmar, Paul, Klin dan Cohen. (2005). Handbook of Autism and Pervasive Development Disorder. Volume1: Diagnosis, Development, Neurobiology and Behavior, John Weley & Sons Inc.

Walsh, Froma. (2002). A Family Resilience Framework: Innovative Practice Applications. Family Relations; Apr2002, Vol. 51 Issue 2.

Walsh, Froma. (2006). Strengthening Family Resilience (2nd Edition). New York: The Guildford Press.

Yatim, F. (2007). Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jilid2. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Yuwono, Joko. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Jakarta: Alfabeta

Situs Internet:

Autism Care Indonesia. (2012). ―Jumlah Anak Autis Meningkat Pesat‖ dalam (www.ychicenter.org/index.php?option=com_content&view=article&id=110:j umlah-anak-autis-meningkat-pesat) diakses pada 11/03/2016

Bunga Rampai, Seputar Autisme dan Permasalahannya. (2003), dalam (http://www.puterakembara.org) diakses pada 11/03/2016.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi yaitu untuk menguji hubungan antara variabel yang dihipotesiskan atau mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk memperkuat hipotesis tersebut, akan dianalisis secara kuantitatif, sehingga diharapkan dapat menjelaskan hubungan dan pengaruh suatu gejala dengan gejala lain (Faisal, 2007: 21).

Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan.

Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan infromasi yang spesifik (Usman&Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah para keluarga (diwakili oleh orang tua) dari anak autistik yang mengikuti


(26)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB) Medan. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian ini yaitu karena lembaga tersebut menyediakan pelayanan terpadu terkait penanganan anak berkebutuhan khusus, utamanya penanganan anak-anak penyandang sindrom autisme. Lembaga ini juga sudah berdiri sejak tahun 2009 hingga sekarang, dimana dahulunya berkedudukan di Jl.Bhayangkari No.361 B, Kel.Indra Kasih, Kec.Medan Tembung. Selain itu, alasan peneliti memilih PPAKB sebagai lokasi penelitian adalah karena jumlah anak autistik yang terdaftar sebagai siswa di lembaga ini adalah sebanyak 20 orang.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memilki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253). Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak autistik, yang pernah terlibat dalam program family support di Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ Medan, yaitu sebanyak 20 orang tua siswa.


(27)

3.3.2 Sampel

Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total (total sampling) atau sensus. Pengguanaan metode ini berlaku jika anggota populasinya relatif kecil (mudah dijangkau). Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya relative kecil dan relative mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling. Dengan metode tersebut, diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya kesalahna/penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman&Akbar, 2008).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan dataatau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, laporan laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk memperoleh data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta kondisi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:


(28)

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara, merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 211). Dalam penelitian ini wawancara yang dimaksud yaitu untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

c. Penyebaran kuesioner (angket), yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207), yang digunakan untuk memperoleh data primer.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1. Pengukuran Variabel Penelitian

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1 sampai 3 (Sugiono, 2002: 70). Adapun penggunaan skala 1 sampai 3 untuk setiap jawaban responden selanjutnya dibagi kedalam tiga kategori yakni:

 Setuju (S) diberi skor 3

 Kurang Setuju (KS) diberi skor 2  Tidak Setuju (TS) diberi skor 1


(29)

3.5.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan bantuan software SPSS. Selain itu dilakukan pula teknik analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif, dimana jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci.

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun metode pengujian yang digunakan adalah:

a. Analisis Tabel Frekuensi

Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variable kedalam kategori- kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel- tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar untuk analisis selanjutnya. tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri dari frekuensi dan presentasi untuk setiap ketegori (Nasruddin, 2008:9).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Reliabilitas dapat diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis dengan SPSS 20. Jika Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika Alpha Cronbach≤ 0.6 maka dikatakan tidak reliable.


(30)

Korelasi Product Moment merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengukur hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X (Pengaruh Program Family Support) terhadap variabel Y (Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak Autistik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau (-). Angka korelasi berkisar antara -1 sampai dengan 1. Jika angka mendekati 1 maka hubungan kedua variabel semakin kuat. Jika korelasi mendekati -1, maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak ada hubungan (Sugiono, 2002: 121). Dalam penelitian ini, korelasi kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dalam SPSS adalah sebagai berikut:

 Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < probabilitas yang ditetapkan sebesar 0.1 (sig. 2-tailed < α 0.1)

 Terima Ha jika nilai probabilitas yang dihitung > probabilitas yang ditetapkan sebesar 0.1 (sig.2-tailed > α 0.1)

d. Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan salah satu distribusi yang sering digunakan dalam statistik. Distribusi ini sangat penting, karena banyak sekaqli uji statistik yang memerlukan data yang berdistribusi normal. Ciri penting dari distribusi normal adalah:

1. Berbentuk seperti lonceng 2. Simetrik pada nilai tengah μ

3. Sekitar 68% pengamatan berada pada satu standar deviasi dari nilai rata-rata; sekitar 95% pengamatan berada pada dua kali standard deviasi dari


(31)

nilai rata-rata; dan hampir semua pengamatan (99.7%) pengamatan berada pada tiga kali standard deviasi dari nilai rata-rata (Sugiono, 2002: 99).

 Uji Grafik Histogram

Histogram dari data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan ciri bentuknya yang menyerupai lonceng; oleh karenanya kita dapat memeriksa sebuah histogram (diagram dahan daun) untuk melihat kenormalan data. Apabila data dalam bentuk melengkung keatas seperti lonceng menandakan data berdistribusi normal.

 Uji Normalitas P-P Plot

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik yaitu pada normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual. Gambar dari hasil uji normalitas tersebut menggunakan software SPSS akan menunjukkan apakah titik menyebar disekitar garis diagonal, ada yang menyebar diatas garis diagonal dan ada yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi normal.

e. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan software SPSS dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiono, 2002: 163). Model regresi linier sederhana yaitu: Y = a + bx


(32)

Keterangan:

Y = Variabel Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak Autistik X = Variabel Program Family Support

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

f. Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis, digunakan uji T (uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (variabel independen) yaitu x, terhadap variabel terikat (variabel dependen) yaitu y, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 90% (α = 0.1) (Cornelius, 2005: 134).

Kriteria Penilaian:

Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig < α 0.1) Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig > α 0.1).

Selain itu juga dilakukan pembandingan nilai T hitung dan nilai t tabel dengan criteria penerimaan sebagai berikut:

Tolak H0 jika nilai T hitung ≥ t tabel Terima H1 jika nilai T hitung ≤ t tabel


(33)

BAB IV

PROFIL LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Pondok Peduli Autis „Kaya Berkah‟ (PPAKB) Medan

Berawal dari anaknya yang terdiagnosa autistik, Drh.Julina Siregar mendirikan

Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB), di Jl. Bilal Ujung gg. Mesjid Ar-Ridha

No.38 D Pulo Brayan Darat-I, Kec.Medan Timur. Awalnya wanita yang berprofesi sebagai dokter hewan ini berdomisili di Pematang Siantar, namun beliau tidak menemukan lembaga terapi/sejenisnya yang bisa menangani masalah buah hatinya tersebut. Tidak hanya ketiadaan lembaga terapi, tentunya tidak ada pula lembaga pendidikan formal (sekolah), yang bersedia menerima anak beliau, karena memang permasalahan autisme tersebut masih tergolong hal yang baru bagi masyarakat disana, kala itu.

Berbagai upaya telah dilakukan dokter yang ramah ini, hingga akhirnya beliau memperoleh informasi bahwa ada lembaga terapi bagi anak-anak autistik di kota Tebing Tinggi. Maka perjalanan pulang-pergi (PP) Siantar-Tebing pun sempat beliau tempuh, demi menghantarkan anaknya berobat disana. Namun nyatanya, tak banyak perkembangan berarti yang didapatkannya disana. “Jauh-jauh naik bus kesana, tidak dapat tempat duduk, lambat, belajar hanya dalam kelas, anak dikurung, orang tua tidak tahu apa kegiatan dan terapinya bagaimana. Kalau kita tahu caranya, kan ada


(34)

Tahun 2002, dokter Julina menerima kabar bahwa di kota Medan ada sekolah yang bersedia menerima siswa autis. Beliau pun memilih untuk pindah ke Medan, meski harus berpisah sejenak dengan sang suami. Namun ternyata, baik guru maupun siswa di sekolah tersebut, tidak sepenuhnya mampu memahami dan menerima kondisi anaknya yang autistik. Maka beliau mengamini pendapat Dr.Welli Budiman bahwa bounding orang tua lebih dekat dengan anaknya. Dokter Julina menegaskan bahwa “Kalau orang tua bisa kenapa gak orang tuanya yang menangani, walaupun dengan konsekwensi yang besar, harus meluangkan waktu, dan memperluas kesabaran. Karena pada umumnya melalui penanganan langsung dari orang tua, akan berdampak cepat dan lebih baik bagi anak-anak , daripada diterapi oleh orang lain.‖

Lama-kelamaan, banyak seminar dan workshop tentang anak autis. Mengingat bahwa orang tua lebih baik mengurus anaknya, dokter Julina mengorbankan pekerjaan untuk mengikuti workshop dan seminar untuk anaknya. Dengan mempraktekkan pengetahuan yang diperolehnya melalui seminar tersebut, ia membuat sendiri media terapi untuk anaknya dirumah. Banyak perkembangan yang didapatkan anaknya, bisa masuk sekolah formal, hingga kelas III SD, saat itu umur Ahmad Hilmi, anaknya sekitar 7,5 tahun. Semakin tinggi kelasnya guru pun berganti, tidak semua guru bisa menerima anaknya yang akrab dipanggil Ami, bahkan banyak yang memukul karena tidak paham akan kondisinya. Akhirnya Ami pun trauma dengan dunia sekolah, dan untuk sementara ia harus berhenti sekolah dan belajar di rumah.


(35)

4.2 Perspektif PPAKB Terhadap Autisme

Autis bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kita mengerucutkan dahulu apa hakikat kesembuhan tersebut. Belum ada kriteria yang jelas untuk mengukur kesembuhan anak autis. Menurut Kak Trisno, psikiater kejiwaan, anak autis bisa diterapi, ia tidak mengatakan sembuh, namun Drh.Julina Siregar mempunyai pendapat yang berbeda, ―Kriteria sembuh menurut saya jika anak sudah mandiri, disiplin, mengerti aturan sosial, bisa ngomong, mengerti apa yang diperintah, tidak melakukan larangan untuk yang tidak baik utuk tubuhnya, itu menurut saya sudah sembuh.” Banyak juga yang mengatakan bahwa anak usia anak autis yang bisa diterapi dibawah lima tahun, jika diatas lima tahun sudah terlambat. Hal ini ditentang keras oleh Drh.Julina, ia mengatakan bahwa usaha dan do‘a adalah obat yang paling ampuh. ―Ingat bu, pak, masih ada Allah, ikhtiar dengan sempurna, arahkan dan ajarkan anak, kita juga harus mengorbanan waktu, dana. Allah maha mendengar, Allah tidak buta, pasti Allah memberikan yang terbaik untuk kita.” Ia juga menambahkan bahwa kerjasama antara PPAKB dan keluarga sangat bermanfaat. “Karena tidak ada artinya PPAKB mati-matian melakukan terapi, dirumah tidak diulang hasil terapinya dan tidak dijaga

dietnya.” Dokter yang sangat penyayang ini mengingatkan kepada orang tua bahwa jangan dengar vonis yang bisa membuat pesimis.

4.3 Fasilitas di PPAKB

Drh.Julina Siregar memakai rumahnya sebagai pondok yang mengasuh anak autis, hyperactive, down syndrome, lambat belajar, dll. PPAKB ini didirikan atas


(36)

motivasi dedikasi & misi sosial, membantu penyandang autis kurang mampu dengan fasilitas mudah, murah, sederhana tetapi menghasilkan efek terapi berkualitas.

Dengan fasilitas rumah yang sederhana, PPAKB memberikan jenis layanan, seperti:

1. Berupa terapi prilaku modifikasi ABA + Floor time yang fleksibel, terstruktur, terarah & terukur, satu anak satu pembimbing.

2. Remedial Therapy (pengulangan & penguatan pelajaran sekolah bagi anak kesulitan belajar).

3. Stimulasi sensori, okupasi & sosialisasi sambil bermain dengan terapis sebaya (anak normal)

4. Terapi senam otak & pijat kesehatan/kecerdasan.

5. Terapi warna, konsultasi diet&suplement perlebahan bagi anak yang membutuhkan.

6. Menyediakan autistic food & media belajar edukasi yang murah.

7. Bimbingan bagi orang tua/pendamping anak agar mudah mengulang terapi di rumah.

Adapun beberapa metode belajar yang diterapkan oleh PPAKB untuk para siswa autistiknya, antara lain:


(37)

1. Brain gym, senam otak adalah metode yang diterapkan di PPAKB yang diadopsi dari teori Ibu Cece, yang mendirikan lembaga terapi sendirian dengan 1 asisten dengan dua puluhan macam karakter gangguan anak. Sedangkan anak normal saja bagus mengikuti brain gym, apalagi anak autis. Terinspirasi dari itu, PPAKB menerapkan dengan konsisten Brain Gym, dan hasilnya semua anak yang mendapatkan Brain Gym mendapatkan perkembangan.

2. Patterning, didapatkan dari pelatihan dan membaca buku dr.Domans, dokter yang menangani cidera otak, termasuk anak autis. Metode ini baik untuk anak yang tidak bisa jalan dan motorik lemah. Gerakan ini semacam senam fisik yang dibantu digerakkan para guru PPAKB yang berfungsi untuk membantu perkembangan saraf di otak. Manfaatnya adalah anak lebih respon dengan arahan dan pelajaran, khusus untuk mata pelajaran matematika juga lebih mudah dikuasai anak.

3. Terapi pijat baik untuk semua anak yang memiliki gangguan. Hal ini adalah relaksasi untuk melancarkan peredaran darah. Belajar dari Prof.Hembing Wijayakusuma. Ahli obat-obatan herbal yang banyak menangani autis dengan obat herbal dan pijat. Terapi pijat ini baik ntuk anak-anak yang hyperaktif dan lasak.

4. Sensori integrasi, gabungan dari beberapa sensor ke indera anak. Sederhananya, gerak anak sewaktu bermain, anak normal akan merespon stimulasi dari teman-temannya yang menuntutnya untuk saling berinteraksi. Berbeda dengan anak autis, mereka tidak bisa saling memberikan stimulasi, harus ada bantuan dari


(38)

guru dan orang tua. Contohnya saat bermain ayunan, merangkak, meluncur, orang tua dan guru memberikan stimulasi. “Ayo, cepat, lompat, lari, sini..‖ dengan kata lain anak autis harus direcoki.

Aktifitas terapi dilakukan setiap hari senin-jum‘at pukul 08.15 sd 17.00. wib. Jadwal ini juga bisa disesuaikan dengan kesepakatan antara orang tua dan pihak bimbingan. Biaya terapi juga tidak terlalu menguras kantong, untuk uang pangkal Rp350.000 dan ini dapat dicicil. Untuk terapi Rp35.000 /jam dengan pembayaran sistem paket atau harian sesuai kemampuan orang tua dengan keringanan bagi keluarga kurang mampu. Bahkan bagi keluarga kurang mampu gratis dengan persyaratan membawa kartu keluarga dan surat keterangan miskin dari lurah.

4.4 Tim Pengajar dan Siswa

Jumlah tenaga pengajar yang ada di PPAKB yaitu sebanyak tujuh orang. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, baik dari mahasiswi hingga Ibu rumah tangga, yang semuanya telah dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat menjadi pengajar bagi anak autistik. Siswa yang aktif di PPAKB saat ini berjumlah 24 anak. Sebanyak 20 anak terdiagnosa mengalami autistik, sedangkan empat anak lainnya mengalami gangguan belajar (dyslexia) dan gangguan bicara. Mereka juga berasal dari daerah yang cukup jauh, ada yang berasal dari Tarutung, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, dll.


(39)

4.5 Kondisi Siswa Autistik di PPAKB

Belum ada siswa di PPAKB yang siap dan mampu secara maksimal keluar ke sekolah formal. Namun banyak siswa yang mempunyai perkembangan yang sangat baik, mulai dari yang tidak bisa berbicara hingga mampu berbicara, tidak bisa menerima arahan sekarang sudah bisa disuruh, bisa sholat, bisa membacakan dan menghafalkan surat pendek dari Al-Qur‘an. Prestasi adalah kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya. Lagi-lagi Dokter Julina merasakan hikmah dibalik kondisi ia dan suaminya yang dikaruniai seorang anak autistik, ―Karena anak saya seperti ini, ibadah saya semakin membaik, tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah, berbagi dengan orang lain,

sedekah, saling membantu sesama.”

Dokter Julina menganggap pemerintah belum maksimal memperhatikan anak autistik. Juli 2009 pertama kalinya pemerintah pernah mengadakan seminar autis yang digagas oleh Ibu Samsul Arifin. Namun tidak ada perhatian yang begitu khusus. Untuk itu dokter Julina dan orang tua dari anak-anak yang autis membentuk Forum P5 (Penulis Pemberdayaan Perempuan dan Anak) untuk memperjuangkan nasib anak autistik yang butuh pendidikan. Forum P5 ini meminta kepada pemerintah agar membuat Undang-Undang yang memberi ruang untuk anak autistik agar bisa membuat sekolah negeri dari pemerintah untuk anak autistik agar biaya sekolahnya tidak mahal seperti lembaga anak autistik swasta lainnya.

Dengan adanya kepedulian terhadap anak-anak autistik, untuk itu dokter Julina meminta agar sekolah formal mau menerima anak autistik di sekolah normal dan hal ini kuatkan oleh Undang-Undang yang memperbolehkannya. Sebab anak autistik juga harus


(40)

diperkenalkan di sekolah normal. Anak autis akan percaya diri dan mengeksplorasi dirinya jika diterima, dipuji, diberikan ruang oleh guru, teman dan orang tuanya. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa autisme bukanlah penyakit yang menular.


(41)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Keluarga yang memiliki anak autistik merasakan stresssor dan strain yang tinggi dalam kehidupan keluarga, sehingga mempengaruhi pola fungsi keluarga. Selain itu, keluarga juga memiliki kecenderungan distress keluarga yang akan mengindikasikan keluarga mengalami maladaptasi. Di sisi lain, keluarga juga memiliki faktor protektif yang dapat meningkatkan ketahanan (resiliensi) keluarga tersebut, yang bisa berasal dari keluarga itu sendiri (family hardiness dan coping-coherence family), atau berasal dari keluarga besar (relative), maupun dari lingkungan sosial seperti teman dan komunitas.

Sadar akan pentingnya keberadaan lingkungan sosial yang mempengaruhi resiliensi keluarga, maka Pondok Peduli Autis ―Kaya Berkah‖ (PPAKB) sebagai salah satu lembaga pendidikan berkebutuhan khusus di kota Medan, menginisiasi sebuah program khusus yang diperuntukan bagi keluarga (khususnya orang tua) dari anak-anak autistik yang menjadi siswa/klien dari lembaga ini. Program tersebut berisi layanan-layanan Family Support yang sangat membantu orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang putra/putrinya yang berkebutuhan khusus. Sehingga dapat dilihat bahwa pengaruh dari program Family Support terhadap resiliensi keluarga yang memiliki anak autistik, khususnya di lembaga PPAKB, cukup signifikan dalam memberi dampak positif bagi keluarga yang terlibat dalam program ini. Adapun pengaruh tersebut


(42)

selanjutnya dapat dibuktikan melalui hasil olahan data software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20, sebagai berikut.

5.2 Analisis Tabel Frekuensi 5.2.1 Karakteristik Responden

Tabel berikut akan memuat data identitas responden, yakni mencakup usia responden, agama, status responden dalam keluarga, dan lama terapi anak.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

27 1 5.0 5.0 5.0

31 2 10.0 10.0 15.0

32 1 5.0 5.0 20.0

33 2 10.0 10.0 30.0

34 1 5.0 5.0 35.0

35 3 15.0 15.0 50.0

37 1 5.0 5.0 55.0

38 1 5.0 5.0 60.0

39 1 5.0 5.0 65.0

42 1 5.0 5.0 70.0

43 1 5.0 5.0 75.0

44 2 10.0 10.0 85.0

46 1 5.0 5.0 90.0


(43)

59 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia orang tua yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia tiga puluh tahunan, yaitu sebanyak 60%. Sedangkan orang tua yang berusia empat puluh tahunan adalah sebanyak 30%. Selebihnya, 10% dari mereka berusia dua puluh dan lima puluh tahunan.

b. Agama Responden

Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama Agama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Buddha 3 15.0 15.0 15.0

Islam 15 75.0 75.0 90.0

Kristen 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1,2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengikuti program Family Support di PPAKB adalah beragama Islam, yaitu sebanyak 75%. Selanjutnya diikuti oleh responden beragama Buddha sebanyak 15% dan Kristen sebanyak 10%.


(44)

c. Status Responden Dalam Keluarga

Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Dalam Keluarga Status Responden Dalam Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ayah 2 10.0 10.0 10.0

Ibu 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan ibu, yaitu sebanyak 90%, sedangkan ayah hanya sebanyak 10%.

d. Lama Terapi Anak

Tabel 5.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi Anak LamaTerapi Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 Thn 12 60.0 60.0 60.0

2 Thn 4 20.0 20.0 80.0

3 Thn 1 5.0 5.0 85.0

4 Thn 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


(45)

Berdasarkan tabel 5.2.1.4 dapat dilihat bahwa orang tua yang terlibat dalam program Family Support, sekurangnya telah menjalankan terapi di PPAKB selama satu tahun, yakni sebanyak 60%. Sedangkan jumlah responden yang anaknya telah diterapi selama dua tahun adalah sebanyak 20%. Sisanya, sebanyak 5% dan 15% dari anak-anak responden yang sudah diterapi selama tiga hingga empat tahun.

5.2.2 Komponen Family Support 5.2.2.1 Dukungan konkret

Tabel 5.2.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Keleluasaan Meminjam/Menggunakan Fasilitas Terapi yang Tersedia di Pondok

Peduli Autis “Kaya Berkah” (PPAKB) Keleluasaan Peminjaman Fasilitas Terapi di PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.1 dapat disimpulkan bahwa para orang tua dari peserta didik PPAKB memiliki keleluasaan dalam memanfaatkan fasilitas terapi yang terdapat di PPAKB. Hal ini ditunjukkan oleh persentase responden yang setuju yaitu sebanyak 90%. Sebagian besar orang tua peserta didik mengaku pernah meminjam alat terapi


(46)

terapi yang telah diajarkan oleh guru di rumah masing-masing. Untuk alat-alat sederhana, seperti biji-bijian untuk melatih saraf sensorik anak autistik, para orang tua tidak meminjamnya dari lembaga, namun mencari/mengumpulkannya sendiri. Tentunya berdasarkan panduan dari guru-guru di lembaga PPAKB.

Di samping itu, ternyata masih ada 10% orang tua peserta didik yang tidak mengetahui tentang kemudahan yang diberikan oleh PPAKB tersebut. Penyebabnya adalah karena salah satu dari mereka belum lama bergabung/mengikutsertakan anaknya di PPAKB, sehingga belum sepenuhnya mengetahui kebijakan lembaga. Mereka, para orang tua yang baru bergabung ini, juga mengaku belum terlalu membutuhkan banyak fasilitas untuk mengulang proses terapi anak mereka di rumah, sehingga belum ada kehendak untuk meminjam fasilitas yang disediakan oleh lembaga.

Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Subsidi/Keringanan Biaya Kursus di PPAKB

Pemberian Subsidi Dalam Membayar Biaya Kursus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 dapat disimpulkan bahwa seluruh (100%) orang tua peserta didik PPAKB menyepakati bahwa lembaga memang sangat membantu mereka dalam meringankan biaya terapi. Kebijakan pemberian subsidi adalah hal yang paling


(47)

utama dipertanyakan para orang tua kepada pihak lembaga. Hampir seluruh orang tua peserta didik mengaku bahwa awalnya mereka ragu-ragu untuk mengikutsertakan anaknya di lembaga terapi autistik karena khawatir dengan biaya terapi yang sangat mahal. Namun kekhawatiran mereka hilang karena sejak awal pihak PPAKB sudah mengutarakan tentang kebijakan ini guna meyakinkan orang tua untuk membiarkan anaknya diterapi oleh PPAKB.

Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pembebasan Biaya Bagi Keluarga yang Memiliki Keterbatasan Ekonomi oleh

PPAKB

Pembebasan Biaya Kursus Bagi Keluarga Tidak Mampu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 3 15.0 15.0 15.0

Setuju 17 85.0 85.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Dari tabel 5.2.2.1.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 85% orang tua peserta didik PPAKB menyepakati tentang adanya pembebasan biaya (gratis) terapi bagi anak-anak yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Kemudahan ini dapat diperoleh tentunya jika keluarga yang dimaksud telah memenuhi beberapa syarat, salah satunya memperroleh surat rekomendasi dari tokoh masyarakat sekitar daerah


(48)

domisilinya, yang menyatakan bahwa anak tersebut layak diberikan terapi secara cuma-cuma.

Namun di sisi lain, masih ada 15% orang tua peserta didik yang tidak menyepakati/mengakui adanya kebijakan tersebut. Pasalnya mereka berdalih tidak pernah mendapatkan pembebasan biaya dari pihak lembaga, meskipun mereka merasa termasuk dalam kategori keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menanggapi pernyataan para orang tua yang tidak bersepakat ini, pihak administrasi PPAKB, ibu Aisyah Siregar, mengklarifikasi bahwa orang tua dari peserta didik yang tidak memperoleh pembebasan biaya terapi ini belumlah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pihak lembaga, yakni tidak mengantongi surat rekomendasi dari tokoh masyarakat di tempat mereka berdomisili.

Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Materi Terapi (Alat Pendukung) Bagi Keluarga yang Tidak Mampu

Pemberian Bantuan Materi/AlatTerapi Oleh PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Melalui tabel 5.2.2.1.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 10% dari total orang tua anak autistik di PPAKB merasa kurang setuju jika pihak PPAKB harus (secara khusus)


(49)

memberikan materi/alat pendukung terapi bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Dikarenakan terbatasnya jumlah materi/alat pendukung yang terdapat di PPAKB itu sendiri, sehingga belum memungkinkan jika harus dipindah-tangankan.

Meski demikian, sebanyak 90% responden lainnya mengaku setuju akan hal ini, sebab mereka memiliki rasa empati yang sangat besar terhadap anak autistik yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menyetujui tindakan ini, asalkan tidak mengurangi kualitas pelayanan bagi anak mereka masing-masing.

5.2.2.2 Dukungan Emosional

Tabel 5.2.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengakuan/Penerimaan Anak Autistik Oleh Orang-Orang di Lingkungan PPAKB

Pengakuan Terhadap Keberadaan Anak Autistik di PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.2.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 90% orang tua peserta didik PPAKB menyetujui bahwa benar keberadaan anak-anak autistik mereka


(50)

memang sangat diterima dan dihargai oleh orang-orang yang berada di lingkungan sekitar PPAKB. Hal ini terjadi dikarenakan pihak PPAKB mengimbau para orang tua peserta didik untuk sering menyertakan anak autistik mereka ketika melakukan aktivitas di ruang publik. Sehingga dapat menumbuhkan kesadaran lebih pada masyarakat di lingkungan sekitar terkait keberadaan anak autistik ini beserta cara menyikapinya.

Sedangkan 10% sisanya mengaku kurang setuju, dan beranggapan bahwa penerimaan lingkungan terhadap keberadaan anak-anak mereka sudah cukup terasa, namun masih membutuhkan proses yang panjang untuk dapat diterima sepenuhnya.

Tabel 5.2.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Motivasi Dalam Mendampingi Tumbuh Kembang Anak Autistik dari Orang-Orang di Lingkungan

PPAKB

Pemberian Motivasi Untuk Orang Tua Anak Autistik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.2.2 di atas secara gamblang menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memperoleh motivasi dalam mengasuh anak autistik yang mereka miliki. Motivasi yang diperoleh dari orang-orang di lingkungan PPAKB ini menjadikan para


(51)

orang tua tetap bersemangat dan tidak mudah putus asa dalam mendampingi tumbuh-kembang anak-anak spesial mereka.

Tabel 5.2.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Kepercayaan Diri Untuk Berbaur Dengan orang Lain Setelah Berada di Lingkungn PPAKB

Dukungan Untuk Berbaur Dengan Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.2.3 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 95% orang tua peserta didik PPAKB semakin percaya diri untuk melakukan meningkatkan aktivitas mereka di ruang publik, atau dengan kata lain mulai membaur dengan lingkungan sosialnya. Hal ini terjadi karena pihak PPAKB selalui mengimbau para orang tua peserta didik untuk membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab selain meningkatkan kesadaran lingkungan akan keberadaan keluarga dengan anak autistik, berbaur dengan lingkungan sosial juga menghindarkan keluarga yang memiliki anak autistik dari perasaan terisolasi/terabaikan. Meski demikian, dari 20 orang responden masih terdapat 5% keluarga yang merasa belum terlalu percaya diri untuk membaur dengan lingkungan sosialnya.


(52)

Tabel 5.2.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Rekreasi/Outing Bersama Orang Tua Siswa Lainnya di PPAKB

Pengadaan Rekreasi Bersama Guru dan Orang Tua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4 di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan outing/rekreasi bersama merupakan agenda yang diikuti oleh seluruh (100%) keluarga yang memiliki anak autistik di PPAKB. Pihak administrasi PPAKB, ibu Aisyah, menyatakan bahwa agenda ini rutin dilaksanakan setidaknya sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa kekeluargaan antara sesama orang tua peserta didik dan guru-guru di PPAKB, sehingga dapat terus saling mendukung satu sama lain.

5.2.2.3 Dukungan Informatif

Tabel 5.2.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kesempatan Belajar Cara Melatih Kecakapan Anak Autistik Melalui Para Guru/Staff PPAKB

Kesempatan Mempelajari Cara Melatih Anak Melalui Bimbingan Guru

PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(53)

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.3.1 menunjukkan bahwa 100% orang tua peserta didik di PPAKB setuju atas adanya kesempatan belajar dari para guru untuk melatih anak-anak mereka. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Fitri (orang tua peserta didik), beliau mengaku bahwa guru PPAKB rutin menyediakan layanan konsultasi mengenai tata cara melatih anak autistik secara mandiri di rumah. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan life skill anak-anak mereka dan membantu meringankan tugas guru di sekolah.

Tabel 5.2.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi Terbaru Tentang Autisme Melalui Diskusi Bersama Para Guru/Staff dan Orang Tua Siswa

PPAKB

Mendapatkan Pengetahuan Baru Tentang Autisme Melalui Diskusi

Bersama Guru PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0


(54)

Tabel 5.2.2.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi dari Pihak PPAKB Tentang Penyelenggaraan Forum Diskusi/Seminar Terkait Autisme

Mendapatkan Informasi Tentang Forum Diskusi Terkait Autisme

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.3.2 dan tabel 5.2.2.3.3 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memperoleh informasi terbaru mengenai autisme melalui diskusi bersama guru-guru PPAKB. Adanya pertemuan rutin yang dilaksanakan setidaknya satu kali setiap tiga bulan, antara orang tua dan guru PPAKB menjadi media komunikasi untuk menyampaikan hasil evaluasi belajar anak-anak mereka, tips singkat mengenai melatih life skill anak di rumah, hingga informasi tentang forum-forum diskusi publik yang membahas mengenai autisme.

5.2.2.4 Dukungan Penghargaan

Tabel 5.2.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Autisme Sedunia Bersama Para Guru/Staff Beserta Orang Tua Siswa PPAKB

Perayaan Peringatan Hari Autisme Sedunia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0


(55)

Berdasarkan tabel 5.2.2.4.1 dapat dilihat bahwa 100% responden setuju atas adanya perayaan hari autisme sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 April. Hari autisme sedunia akan diperingati oleh seluruh orang tua, perserta didik, guru-guru di lingkungan PPAKB guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan keluarga dengan anak-anak autistik sebagai bagian dari lingkungan sosial.

Tabel 5.2.2.4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Ulang Tahun Siswa Oleh Guru/Staff Beserta Para Orang Tua Siswa PPAKB

Perayaan Hari Ulang Tahun Anak Bersama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 8 40.0 40.0 40.0

Setuju 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Pada tabel 5.2.2.4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 60% orang tua peserta didik menyetujui adanya perayaan hari ulang tahun anak-anak mereka di PPAKB, sisanya 40% kurang setuju atas perayaan tersebut karena dianggap memberatkan bagi keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menurut salah satu guru PPAKB, ibu Aisyah, perayaan hari ulang tahun anak-anak peserta didik sebenarnya merupakan permintaan dari orang tua siswa yang bersangkutan. Pihak PPAKB tidak mengharuskan orang tua untuk mengadakan acara/perayaan khusus, namun jika diminta oleh pihak orang tua, maka pihak PPAKB tidak sungkan untuk berpartisipasi.


(56)

Tabel 5.2.2.4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Kartu Ucapan Atau Hadiah Saat Memperingati Hari-Hari Besar Khusus (misal: Hari Ibu, dsb) Dari

Para Guru/Staff PPAKB

Mendapatkan Kartu Ucapan/Hadiah Saat Peringatan Hari-Hari Khusus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 6 30.0 30.0 35.0

Setuju 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 65% orang tua setuju atas adanya kartu ucapan/hadiah yang mereka peroleh pada saat peringatan hari-hari khusus (misal: hari ibu, dsb). Persetujun tersebut didasari atas kesadaran akan pentingnya penghargaan untuk orang tua yang memiliki anak autistik, guna meningkatkan kepercayaan diri dan optimisme para keluarga spesial ini untuk menyongsong masa depannya. Sedangkan 30% dari mereka menyatakan kurang setuju karena menganggap hal tersebut tidak lebih dari sekadar pemborosan, dan 5% responden menganggapnya sebagai hal yang tidak perlu dan tidak berdampak apa-apa.


(57)

5.2.3 Komponen Resiliensi Keluarga 5.2.3.1 Keyakinan Keluarga

Tabel 5.2.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kebersaaman Ketika Menghadapi Kesulitan Keluarga Dibandingkan Menghadapi Kesulitan Secara

Individual

Menghadapi Kesulitan Bersama-Sama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 5 25.0 25.0 30.0

Setuju 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.3.1.1 di atas menunjukkan sebanyak 70% responden menghadapi kesulitan bersama-sama dengan anggota keluarga mereka lainnya. Mereka merasa bahwa menghadapi masalah secara individual hanya akan memperlambat penyelesaian masalah yang ada. Sedangkan 25% responden merasa kurang setuju jika mereka menghadapi masalah secara bersama-sama. Menurut mereka tidak semua masalah dapat diselesaikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, terkadang masalah tersebut hanya perlu diselesaikan secara pribadi guna menghindari kompleksitas yang bisa saja terjadi jika terlalu banyak melibatkan orang lain.


(58)

Keberadaan program family support turut serta meringankan permasalahan yang dialami oleh keluarga dalam merawat anak-anak autistik. Melalui program tersebut, para orang tua peserta didik bisa memperoleh sokongan moral serta perspektif yang berbeda mengenai solusi dari permasalahan yang tengah mereka hadapi.

Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pemahaman/Anggapan Yang Wajar Atas Perasaan Tertekan Ketika Mengalami Kesulitan

Perasaan Tertekan Dipandang Sebagai Hal Wajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 telah ditunjukkan bahwa mayoritas responden (90%) menyatakan bahwa perasaan tertekan merupakan hal yang wajar dialami ketika menghadapi kesulitan. Kesulitan itu sendiri juga dianggap sebagai suatu keniscayaan yang akan hadir silih berganti dengan kemudahan-kemudahan dalam kehidupan. Sedangkan sebanyak 10% dari responden masih menganggap perasaan tertekan merupakan sesuatu yang kurang wajar dan perlu sebisa mungkin dihindari.

Dalam mengurangi perasaan tertekan yang timbul ketika sedang menghadapi masalah, keberadaan program family support terbukti memiliki andil, yakni dengan keberadaan orang-orang yang memiliki persamaan nasib (peer group) akan membuat


(59)

keluarga yang memiliki anak autistik tersebut tidak merasa sendirian sehingga dapat lebih mudah memahami keadaan yang tengah mereka alami.

Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Anggapan Bahwa Krisis Merupakan Tantangan Yang Dapat Diatasi/Dikendalikan

Menganggap Krisis Sebagai Tantangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Dalam tabel 5.2.2.1.3 sebanyak 95% responden memiliki pandangan bahwa kesulitan/krisis yang dialami dapat dijelaskan dan diprediksi, sebab telah tersedianya sumber yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan kesulitan yang dialami itu pun juga merupakan sesuatu yang berharga bagi mereka. Seperti halnya para orang tua yang merasa bahwa anak-anak spesialnya merupakan anugerah Tuhan yang sangat layak untuk mereka syukuri. Meski demikian, 5% dari responden masih merasa bahwa situasi krisis yang mereka alami cukup sulit untuk dikendalikan.

Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Usaha Untuk Memahami Situasi dan Pilihan Dari Kesulitan Yang Dihadapi


(60)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.1.4 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) sedang melakukan usaha untuk memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang sedang mereka hadapi, yaitu dengan melibatkan anak autistiknya dalam proses pendidikan khusus di PPAKB. Usaha lainnya adalah dengan berpartisipasi dalam program family support, sehingga dapat saling menguatkan antara sesama keluarga yang memiliki anak autistik.

Tabel 5.2.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Keyakinan/Keteguhan Harapan Dalam Mengatasi Kesulitan

Tetap Berharap dan Yakin Dapat Mengatasi Kesulitan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


(61)

Melalui tabel 5.2.2.1.5 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 90% keluarga memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik. Mereka memandang sesuatu secara optimis, percaya diri dalam menghadapi masalah, serta memaksimalkan kekuatan dan potensi yang mereka miliki agar dapat melalui kondisi krisis ini. Sedangkan keluarga yang kurang optimis dan yang sudah berada pada titik putus asa, masing-masing sebanyak 5%.

Mereka yang kurang optimis beranggapan bahwa kesulitan-kesulitan mereka di masa depan tidak akan jauh berbeda dengan yang ada saat ini. Dan yang dapat mereka lakukan sekarang hanyalah mengurangi sedikit resiko dari kesulitan-kesulitan itu, misalnya dengan berpartisipasi dalam program family support. Sedangkan mereka yang telah berada pada titik putus asa, meyakini bahwa kondisi (anak mereka) ini tidak akan dapat diubah, meski sekeras apapun mereka berusaha.

Tabel 5.2.2.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Nilai-Nilai Penting dan Tujuan Bersama Yang Dapat Membantu Mengatasi Kesulitan

Memiliki Nilai-Nilai Penting dan Tujuan Bersama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


(62)

Tabel 5.2.2.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Penggunaan Sumber-Sumber Spiritual (misal: Keyakinan Beragama, Berdoa, Meditasi, dsb)

Menggunakan Sumber-Sumber Spiritual (Agama, Meditasi, dsb) Dalam Mengatasi

Masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.1.5 dan tabel 5.2.2.1.6 terdapat sebanyak 95% responden yang memiliki nilai-nilai penting serta memiliki tujuan bersama di dalam hidupnya. Nilai-nilai penting yang mereka miliki tak lain berasal dari ajaran-ajaran agama/keyakinan yang mereka anut. Adapun melaksanakan ritual-ritual keagamaan, mereka yakini sebagai wujud ketergantungan mereka pada Tuhan Yang Mahakuasa. Sehingga dengan demikian kegusaran mereka tentang masalah yang terjadi akan sedikit berkurang, karena adanya keyakinan bahwa terdapat hikmah di balik setiap ketentuan Tuhan.

Adapun tujuan bersama yang dimiliki oleh setiap keluarga yang mempunyai anak autistik adalah menjadikan anak-anak spesial mereka bertumbuh-kembang dengan baik dan mandiri. Sehingga anak-anak autistik ini kelak tidak dianggap sebagai suatu beban di tengah masyarakat sekaligus dapat diterima di lingkungan sosial. Sisanya 5%


(63)

keluarga lain, merasa bahwa mereka ragu tentang ada atau tidaknya nilai-nilai yang menguatkan mereka.

Tabel 5.2.2.1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pembaruan/Peninjauan Kembali Impian Hidup dan Harapan

Tentang Masa Depan

Mendapatkan Inspirasi Untuk Memperbarui Impian Hidup dan Berpandangan

Positif Terhadap Masa Depan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.1.7 menunjukkan bahwa 95% keluarga yang memiliki anak autistik di PPAKB mempunyai pandangan positif dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Hal ini dapat diartikan sebagai optimisme, kepercayaan diri dalam menghadapi masalah, serta memaksimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Selain itu, pandangan positif juga terlihat pada inisiatif para orang tua yakni dengan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang membangun, baik di lingkungan PPAKB maupun forum lain. Kegigihan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitannya merawat anak autistik, menjadikan mereka semakin menguasai situasi yang dapat dikendalikan dan dapat menerima situasi yang tidak dapat dikendalikan.


(64)

5.2.2.2 Pola Organisasi

Tabel 5.2.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Upaya Saling Menyemangati Untuk Membangun Kekuatan Bersama

Saling Menyemangati Untuk Membangun Kekuatan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.2.1 diatas, sebanyak 90% setuju bahwa para orang tua peserta didik di PPAKB ini saling menyemangati dalam mempertahankan keutuhan dan ketahanan (resiliensi) keluarga mereka masing-masing. Sisanya, yaitu sebanyak 10% kurang setuju. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa ternyata keberadaan program family support memberikan dampak positif atau berpengaruh terhadap meningkatkan resiliensi keluarga.


(65)

Tabel 5.2.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Penggunaan Kesempatan dan Sikap Terus Berusaha/Gigih

Berusaha Menggunakan Kesempatan, Mengambil Tindakan dan Terus

Berusaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.2 diatas, dapat dilihat bahwa 100% responden yang dalam hal ini merupakan keluarga yang memiliki anak autistik di PPAKB, merasakan bahwa melalui program family support, memperoleh berbagai dukungan, baik dari segi moral hingga dukungan materi. Dukungan tersebut merupakan wujud kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh para keluarga peserta didik PPAKB. Dalam menggunakan kesempatan yang ada, untuk mengambil tindakan serta terus berusaha. Adapun salah satu contohnya seperti kesempatan memperoleh keringanan biaya terapi dimana keringanan biaya tersebut sangat membantu keluarga, khususnya untuk keluarga yang memiliki keterbatasan dalam keuangan.


(66)

Tabel 5.2.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Sikap Berusaha Menerima Keadaan dan Fokus Terhadap Apa Yang Dapat Dilakukan

Fokus Pada Apa yang Dapat Dilakukan dan Menerima yang Tidak Dapat Diubah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 5 25.0 25.0 30.0

Setuju 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.3 di atas, terlihat bahwa sebanyak 70% responden dapat memfokuskan pikirannya terhadap hal-hal yang dapat mereka lakukan sekaligus berusaha menerima apa yang tidak dapat diubah. Sedangkan 25% responden merasa kurang dapat melakukan hal tersebut, dan 5% lainnya merasa tidak dapat melakukannya sama sekali. Mereka yang merasa kurang mampu memfokuskan diri mengaku bahwa kendala yang mereka hadapi sebagai keluarga bukan hanya mengenai kondisi anaknya yang autistik, namun juga ada hal-hal lain yang cukup menyita perhatian mereka sebagai orang tua.


(67)

Tabel 5.2.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Peningkatan Kepedulian Serta Keinginan Untuk Membantu Orang Lain

Kesulitan Meningkatkan Kepedulian Untuk Membantu Orang Lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 5 25.0 25.0 25.0

Setuju 15 75.0 75.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4 di atas, terlihat bahwa sebanyak 75% responden setuju bahwa kesulitan yang tengah dihadapi keluarga mereka memang meningkatkan kepedulian mereka terhadap orang lain, terutama terhadap keluarga yang juga memiliki anak autistik. Sedangkan 20% responden merasa biasa-biasa saja, dalamartian rasa peduli yang mereka miliki tetap ada namun kesadaran akan betapa sulitnya mereka menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga mustahil rasanya jika mereka dapat membantu orang lain dalam penyelesaian masalahnya. Sisanya, sebanyak 5% responden merasa tidak peduli sama sekali terhadap kesulitan orang lain.


(68)

Tabel 5.2.2.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Peningkatan Interaksi Sosial/Kedekatan Dengan Masyarakat di Lingkungan Sekitar

Semakin Dekat Dengan Tetangga/masyarakat di Lingkungan Sekitar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 3 15.0 15.0 15.0

Setuju 17 85.0 85.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Dalam tabel 5.2.2.2.5 dapat diketahui bahwasanya 85% responden mengalami peningkatan interaksi terhadap lingkungan sosial di sekitarnya, sedangkan 15% yang lain merasa interaksi sosial mereka cenderung stagnan. Perilaku tersebut sebenarnya berkaitan erat dengan tingkat kepedulian masing-masing responden. Kepedulian yang dimiliki oleh keluarga mereka terhadap orang lain, pada akhirnya menimbulkan hubungan sosial yang baik terhadap masyarakat, khususnya masyarakat disekitar tempat tinggal mereka/tetangga.


(69)

Tabel 5.2.2.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Etos Kerja Guna Mencukupi Kebutuhan Hidup Keluarga Secara Finansial

Semakin Giat Bekerja Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup yang Semakin

Meningkat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Melalui tabel 5.2.2.2.6 dapat kita lihat bahwa mayoritas, yakni sebanyak 95% responden setuju atas adanya peningkatan etos kerja mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarganya yang semakin meningkat. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat biaya yang harus mereka keluarkan untuk keperluan terapi anak autistiknya saja berkisar antara Rp 105.000 s/d Rp 210.000 per minggu, belum lagi biaya yang harus dialokasikan untuk kebutuhan hidup lainnya. Jadi apabila responden selaku orang tua yang memiliki anak autistik, tidak meningkatkan etos kerjanya, maka resiko terburuk yang bisa saja terjadi adalah mereka kehilangan mata pencariannya, kemudian tidak dapat memberikan perawatak terhadap anak autistik mereka secara layak.


(1)

2.3.1 Definisi Program ... ………. 22

2.3.2 Program Family Support ... ………. 23

2.4 Resiliensi ... ………. 24

2.4.1 Definisi Resiliensi ... ………. 24

2.4.2 Resiliensi Keluarga ... ………. 26

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Resiliensi Keluarga .. ………. 28

2.4.4 Komponen Pelindung Resiliensi Keluarga ... ………. 32

2.4.5 Alat Ukur Resiliensi Keluarga ... ………. 37

2.5 Autisme ... ………. 38

2.5.1 Pengertian Autisme ... ………. 38

2.5.2 Klasifikasi Autisme ... ………. 38

2.5.3 Penyebab Autisme ... ……….. 40

2.5.4 Gangguan Anak Autistik ... ………. 41

2.5.5 Dampak Kehadiran Anak Autistik Dalam Keluarga .... ………. 43

2.5.6 Penanganan Autisme ... ………. 45

2.6 Kerangka Pemikiran ... ………. 46

2.7 Hipotesis ... ……… 50

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... ……… 50

2.8.1 Definisi Konsep ... ……… 50

2.8.2 Definisi Operasional... ……… 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... ... 54

3.2 Lokasi Penelitian ... ... 55

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 55

3.3.1 Populasi ... ... 55

3.3.2 Sampel ... ... 55

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 56

3.5 Teknik Analisis Data ... ... 57

3.5.1 Pengukuran Variabel Penelitian……….. 57


(2)

3.5.2.1 Analisis Tabel Frekuensi……… 58

3.5.2.2 Uji Reliabilitas……… 58

3.5.2.3 Korelasi Product Moment ………. 58

3.5.2.3 Uji Normalitas……… 59

3.5.2.3 Analisis Regresi Sederhana……… 60

3.5.2.3 Pengujian Hipotesis……… 61

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB) Medan ... ... 62

4.2 Perspektif PPAKB Terhadap Autisme………... 64

4.3 Fasilitas di PPAKB... ... 64

4.4 Tim Pengajar dan Siswa... ... 67

4.5 Kondisi Siswa Autistik di PPAKB……… 67

BAB V ANALISA DATA 5.1 Pengantar……… 65

5.2 Analisa Tabel Frekuensi. ... ………. 66

5.3 Komponen Family Support………..……… 69

5.3.1 Dukungan Konkret………... 69

5.3.2 Dukungan Emosional………... 73

5.3.3 Dukungan Informatif……… 76

5.3.4 Dukungan Penghargaan……… 78

5.4 Komponen Resiliensi Keluarga……… 80

5.4.1 Keyakinan Keluarga………. 80

5.4.2 Pola Organisasi………. 87

5.4.3 Pola Komunikasi……….. 92

5.5 Uji Reliabilitas……….. 96

5.6 Korelasi Product Moment………. 96


(3)

5.8 Uji Normalitas……… 100 5.9 Uji Hipotesis……….. 102 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan……… 104 6.2 Saran………. 113 DAFTAR PUSTAKA

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara Lampiran 2 Kuisioner Penelitian

Lampiran 3 Master Data Variabel X dan Y Lampiran 4 Lampiran Output SPSS 20


(4)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Daftar Tabel

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia……… 60

Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……… 71

Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Dalam Keluarga……….. 72

Tabel 5.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi Anak………. 72

Tabel 5.2.2.1.1 Keleluasaan Peminjaman Fasilitas Terapi di PPAKB……… 73

Tabel 5.2.2.1.2 Pemberian Subsidi Dalam Membayar Biaya Kursus………. 74

Tabel 5.2.2.1.3 Pembebasan Biaya Kursus Bagi Keluarga Tidak Mampu………. 75

Tabel 5.2.2.1.4 Pemberian Bantuan Materi/AlatTerapi Oleh PPAKB………... 76

Tabel 5.2.2.2.1 Pengakuan Terhadap Keberadaan Anak Autistik di PPAKB……… 77

Tabel 5.2.2.2.2 Pemberian Motivasi Untuk Orang Tua Anak Autistik……….. 78

Tabel 5.2.2.2.3 Dukungan Untuk Berbaur Dengan Lingkungan……… 78

Tabel 5.2.2.2.4 Pengadaan Rekreasi Bersama Guru dan Orang Tua……….. 79

Tabel 5.2.2.3.1 Kesempatan Mempelajari Cara Melatih Anak Melalui Bimbingan Guru PPAKB……… 80

Tabel 5.2.2.3.2 Mendapatkan Pengetahuan Baru Tentang Autisme Melalui Diskusi Bersama Guru PPAKB………. 81

Tabel 5.2.2.3.3 Mendapatkan Informasi Tentang Forum Diskusi Terkait Autisme………. 81

Tabel 5.2.2.4.1 Perayaan Peringatan Hari Autisme Sedunia………. 82

Tabel 5.2.2.4.2 Perayaan Hari Ulang Tahun Anak Bersama………. 82

Tabel 5.2.2.4.3 Mendapatkan Kartu Ucapan/Hadiah Saat Peringatan Hari-Hari Khusus…. 83 Tabel 5.2.3.1.1 Menghadapi Kesulitan Bersama-Sama………. 84

Tabel 5.2.2.1.2 Perasaan Tertekan Dipandang Sebagai Hal Wajar………... 85


(5)

Tabel 5.2.2.1.4 Berusaha Memahami Situasi dan Pilihan Dari Kesulitan Yang Dihadap.. 87

Tabel 5.2.2.1.5 Tetap Berharap dan Yakin Dapat Mengatasi Kesulitan……… 87

Tabel 5.2.2.1.6 Memiliki Nilai-Nilai Penting dan Tujuan Bersama……….. 88

Tabel 5.2.2.1.7 Menggunakan Sumber-Sumber Spiritual (Agama, Meditasi, dsb) Dalam Mengatasi Masalah……… 89

Tabel 5.2.2.1.8 Mendapatkan Inspirasi Untuk Memperbarui Impian Hidup dan Berpandangan Positif Terhadap Masa Depan………. 90

Tabel 5.2.2.2.1 Saling Menyemangati Untuk Membangun Kekuatan Keluarga………….. 91

Tabel 5.2.2.2.2 Berusaha Menggunakan Kesempatan, Mengambil Tindakan dan Terus Berusaha………. 92

Tabel 5.2.2.2.3 Fokus Pada Apa yang Dapat Dilakukan dan Menerima yang Tidak Dapat Diubah……….. 93

Tabel 5.2.2.2.4 Kesulitan Meningkatkan Kepedulian Untuk Membantu Orang Lain…….. 94

Tabel 5.2.2.2.5 Semakin Dekat Dengan Tetangga/masyarakat di Lingkungan Sekitar……. 95

Tabel 5.2.2.2.6 Semakin Giat Bekerja Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup yang Semakin Meningkat………... 96

Tabel 5.2.2.3.1 Saling Jujur Saat Menyampaikan Pemikiran dan Isi Hati……… 97

Tabel 5.2.2.3.2 Tidak Merahasiakan Apapun Kepada Sesama Anggota Keluarga………... 97

Tabel 5.2.2.3.3 Saling Memaklumi Jika Ada yang Menyampaikan Keluh Kesah………… 98

Tabel 5.2.2.3.4 Kesulitan yang Dihadapi Memicu Perbaikan Komunikasi Antar Anggota Keluarga………. 99

Tabel 5.2.2.3.5 Selalu Menyelesaikan Problematika Dengan Bermusyawarah……… 99

Tabel 5.2.2.3.6 Saling Membantu Dalam Menyelesaikan Tugas Rumah Tangga……….... 100

Tabel 5.2.2.3.7 Selalu Mencoba Menyelesaikan Konflik Bersama-Sama………. 101

Tabel 5.3.1 Reliability Statistics……… 101

Tabel 5.4.1 Korelasi Product Moment ………...……… 103


(6)

Tabel 5.7.1 Pengujian Hipotesis………..… 108

Daftar Gambar

Gambar 5.6.1 Uji Grafik Histogram………. 106 Gambar 5.6.2 Uji P-P plot……….. 107