38
Pemecahan masalah secara efektif merupakan hal yang esensial bagi keluarga untuk menghadapi situasi krisis dan kesulitan. Proses
pemecahan masalah yang efektif ini meliputi identifikasi masalah dan penyebab terkait, brainstorming mengenai kemungkinan pemecahan
masalah, saling berbagi dalam mengambil keputusan, berfokus pada tujuan mencoba mengambil langkah-langkah konkret dan belajar dari
kesalahan.
2.4.5 Alat Ukur Resiliensi Keluarga
Konsep resiliensi keluarga yang dikemukakan oleh Walsh didasarkan pada studi- studi kualitatif yang ia lakukan. Pada tahun 2002, ia mengembangkan instrumen
kuantitatif untuk mengukur resiliensi keluarga berdasarkan tiga proses kunci resiliensi keluarga yang ia kemukakan. Tiga proses kunci tersebut masing-masing memiliki tiga
subkomponen yaitu: keyakinan keluarga terdiri dari memberi makna pada situasi krisis, pandangan positif, transenden dan spiritualitas, pola organisasi terdiri dari fleksibilitas,
keterhubungan, sumber daya sosial ekonomi, dan proses komunikasi terdiri dari kejelasan, ungkapan emosi, penyelesaian masalah yang kolaboratif. Walsh menyusun
indikator dari masing-masing subkomponen tersebut dan merumuskannya dalam 32 item.
2.5 Autisme
2.5.1 Pengertian Autisme
Autisme mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi, dan
Universitas Sumatera Utara
39
bermain imajinatif, yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun. Mereka mempunyai keterbatasan pada level aktivitas dan interest. Hampir 75 dari anak autis
mengalami beberapa derajat Retardasi Mental. Autisme biasanya muncul sejak tiga tahun pertama kehidupan seorang anak Priyatna, 2010.
Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan pada anak yang ditandai dengan munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi,
ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya. Autisme merupakan kelainan perilaku yang penderitanya hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri. Autis dapat
terjadi di semua kalangan masyarakat Veskarisyanti, 2008. Dalam literature lain, disebutkan bahwa autis merupakan suatu keadaan dimana
seorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme bisa
mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak atau dewasa dan semua etnis Yatim, 2007.
2.5.2 Klasifikasi Autisme
Menurut Veskarisyanti 2008, ada beberapa klasifikasi autisme, diantaranya: 1. Aloof
Anak dengan autisme dari tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak sosial, dan cenderung untuk menyendiri di pojok.
2. Passive Anak dengan autisme tipe ini tidak berusaha mengadakan kontak sosial
melainkan hanya menerima saja.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Active but odd Sedangkan pada tipe ini, anak melakukan pendekatan namun hanya bersifat
repetitif dan aneh. Sedangkan menurut Safaria 2005, menyebutkan 2 jenis perilaku autisme, yaitu:
1. Perilaku berlebihan excessive: a Perilaku melukai diri sendiri self-abuse, seperti memukul, menggigit,
dan mencakar diri sendiri. b Agresif, seperti perilaku menendang, memukul, menggigit, dan mencubit.
c Tantrum, seperti perilaku menjerit, menangis, dan melompat-lompat. 2. Perilaku berkekurangan deficit, perilaku ini ditandai dengan gangguan
bicara, perilaku sosial kurang sesuai, deficit sencoris sehingga terkadang anak dianggap tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat misalnya
tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab, dan melamun. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pribadi autistik memiliki
perilaku yang berlebihan excessive atau perilaku yang berkekurangan deficit yang memungkinkan perilaku yang ditunjukkan tersebut dapat menggangu
orang-orang yang disekitarnya.
2.5.3 Penyebab Autisme