KEANEKARAGAMAN HAYATI I KONDI SI LI NGKUNGAN HI DUP KECENDERNGANNYA

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 6 - Tabel 2.3 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo No. Golongan Nama spesies Status 1. Hewan menyusui 1. Babi Rusa Hewan Langka 2. Anoa Hewan Langka 3. Tarsius 4. Musang Paradoxurus Hermaproditus 5. Primata Macaca hecki 6. Tikus Bunomys fratorum 7. Tikus Maxomys hellwaldii 8. kelelawar Rousettus Celebensis Hewan Langka Terancam Terancam Endemic Endemic Terancam

2. Burung

1. Burung Maleo Hewan Langka 2. Burung Rangkong Hewan Langka 3. Burung Raja Udang 4. Raja Udang Biru 5. Gosong Sula 6. Walik Manomiti 7. Kringkring Dada-Kuning 8. Serindit Paruh Merah 9. Udang Merah Sulawesi 10. Raja Udang Pipi-Ungu 11. Sikatan Leher-Merah 12. Kepundang Sungu Belang 13. Kuntul Besar 14. blekok Sawah 15. Elang Alap Ekor-Totol 16. Burung Madu Sepah Raja 17. Pelanduk Sulawesi 18. Kehicap Ranting Hewan Langka Endemic Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah 3. Reptil 1. Penyu Tempayau Hewan Langka 2. Buaya Hewan Langka 3. Penyu Belimbing 4. Bunglon 5. Iguana 6. Ular Phyton Reticulatus 7. Biawak Varanus Salvator 9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea 10. Ular Rhabdophis Callitus 11. Tokek Gekko gecko Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Terancam Terancam Hewan Langka

4. Amphibi

1. Katak Bufo Celebensis Endemic 2. Katak Rana Celebensis Belimpah 3. Katak Limnonectes Modestus Berlimpah

5. Ikan

1. Ikan Paus Hewan Langka 2. Ikan Duyung Hewan Langka 3. Ikan Lumba-lumba 4. Payangga 5. Manggabai Hewan Langka Terancam Terancam

6. Keong

1. Kepala Kambing Hewan Langka 2. Triton Hewan Langka 3. Batu LagaSiput Hijau Hewan Langka 7. Serangga 1. Kupu-kupu Raja Hewan Langka 2. Tawon Hewan Langka 3. Kalajengking Hewan Langka

8. Tumbuh-tumbuhan

1. Kantong Semar Terancam 2. Anggrek Bulan Terancam 3. Beringin 4. Tili Phylanthus Acidus 5. Takuti Antidesma Bunius 6. Srikaya Annona Squamosa 7. Amu Moraceae 8. Sterculiacea 9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora 10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi 11. Dulamayo 12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile 13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis 14. Molahengo Eugenia Densiflora 15. Kikimoputio Zea Mays 16. Chionanthus 17. Gmelina Arborea Terancam Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemik Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Berlimpah Berlimpah Keterangan : Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 7 - Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan atau ekosistem ruang hidup yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia. Keragaman hayati floristik di Provinsi Gorontalo diduga semakin menurun, disebabkan oleh perambahan hutan, perluasan areal pertanian, konversi lahan. Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu 1 Gadung Bitule, Ondote, Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan umbinya, 2 nam nam, Namu namu , Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae, ordo Rosales; 3 Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; 4 Mangga embacang, Dulamayo, M an g i f er a Caesi a Jack ex W al l , famili Anacardiaciae; 5 N ep h el i u m Ram b o u t an - ak e l ab i l l N e- p h el i u m M u t ab i l e BI , Kapulasan, Bolangaso Atinggola, famili Sapindaceae, 6 Durian, Duea, Du r i o Zi b et h i n u s M u r r , famili Bombacaceae; 7 Rukem, Lobe-lobe; Fl aco u r t i a i n er m i s Ro x b , famili Flacourtiaceae; 8 Molahengo,Eu g en i a D en si Fl or a Du t h i e, famili Myrtaceae; 9 Buni, Takuti, An t i d esm a Bu n i u s Sp r en g , famili Euphorbiaceae; 10 Pisang Tanduk, M u sa Par ad i si aca, famili Musaceae; 11 Srikaya, An n on a Sq u am osa L. famili Annonaceae; 12 Aren, Pohon saguer, Seho, Bagiso, Ar en g a Pi n n at a W u r m b M er r , f amili Arecaceae; 13 Ceremai, Tili, Cerme, Ph y l l an t h u s Aci d u s L. Sk eel s, famili Euphorbiaceae; 14 Jagung, Binte, Zea M ay s L.; 15 Padi lading, Or y za Sat i v a L. famili Poaceae; 16 Sukun, Amu, Ar t ocar p u s famili Moraceae. Tamanan-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat ditemukan di berbagai daerah. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut : 1 masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek yang rasanya enak serta berbuah cepat, 2 Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur daripada takuti atau lili, 3 Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah,karena sebagian besar diserang hama 4 Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal. Bagian hulu aliran Sungai Paguyaman terletak di kawasan Hutan Nantu yaitu kawasan hutan yang menjadi tempat penelitian dan penangkaran fauna Babirusa. Pada lokasi aliran sungai ini dijadikan perkebunan jagung rakyat dan t anaman t ebu. Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan : agatis, nant u, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Jenis fauna yang dijumpai : buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan.

a. Kabupaten Bone Bolango

Wilayah Kabupaten Bone Bolango, memiliki TNBNWB, yang merupakan wilayah pengelolaan hutan penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah Republik I ndonesia telah menetapkan perubahan status beberapa kawasan suaka alam menjadi taman nasional cagar alam Ujung Kulon dan Baluran, statusnya diubah menjadi taman nasional. Menurut MacKinnon,dkk.1993 menyat akan bahwa STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 8 - suat u kawasan dit etapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi apabila memiliki ciri- ciri berikut : 1. memiliki karakt erist ik at au keunikan ekosist em fauna endemik, ekosist em pegunungan t ropika; 2. spesies khusus yang diminat i, nilai kelangkaan, at au t erancam, misalnya Badak dan burung; 3. memiliki keanekaragaman spesies; 4. landskap atau ciri geofisik yang bernilai est et ika atau penget ahuan glasier, mat a air panas, air t erjun; 5. fungsi perlindungan hidrologi; t anah, ,air dan iklim lokal; 6. fasilit as unt uk rekreasi alam, wisat a pemandangan pegunungan, sat wa liar yang menarik; 7. t empat peninggalan budaya. Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam Cagar Alam dan Suaka Margasatwa maupun kawasan pelestarian alam Taman Nasional, Tahura, Taman Wisata Alam secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui system perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik. Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang memiliki strategi yang penting unt uk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan apabila memang diperlukan tidak berlebihan dengan kemampuannya; dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi personal yang efetif dan efisien. Tujuan penetapan hutan lindung yaitu unt uk melindungi dan membina suatu kawasan yang karena kondisi wilayahnya kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan. Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah, di samping it u dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana rekreasi atau keperluan lainnya. Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai berikut : 1. Perlindungan hidrologi; 2. Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan; 3. Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan tanaman; 4. Perlindungan sumberdaya genetik; 5. Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan; 6. Obyek rekreasi dan wisata alam. Secara spasial ekologis, kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango seluas 134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut termasuk kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone luasnya sebesar ± 110.000 ha. Penet apan Kawasan ini menjadi kawasan konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosist em dari kawasan t ersebut . Ekosistem yang memiliki karakterist ik yang khas, dapat dit andai oleh ket inggian t empat dari muka laut yang t inggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relat if t inggi, rawan t erhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan sat wa dan ekosist emnya. Kekhasan t ersebut memberikan ket erbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suat u pola pengelolaan yang spesifik. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 9 - Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi secara faktual di kawasan TNBNW; 1 Pada Kawasan Konservasi dan hutan lindung sudah ada permukiman penduduk yang secara administrasi pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya; 2 perambahan hutan perladangan; 3 penambang emas tanpa ijin PETI telah eksis melakukan kegiatan penambangan secara tradisional; 3 pembakaran hutan; 4 penebangan dan pemburuan liar. Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun informasi tentang kondisi taman nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat ini belum banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endomik dikawasan tersebut. Tabel 2 .3 Tipe Ekosist em Kaw asan TNBNW No Tipe Ekosistem Uraian 1 Hutan lumut Pada ketinggian di atas 1600 m dpl, disekitar puncak pegunungan 2 Hutan hujan pegunungan rendah Pada ketinggian 1000-1600 m dpl, kanopi rendah dan sedikit terbuka. Pada ketinggian 1600 m ditemukan lumut yang menempel pada pohon. Vegetasi bawah cukup tebal, dengan jenis-jenis rotan, pandan, dan paku-pakuan 3 Hutan hujan dataran rendah hutan pamah Ditemukan pada ketinggian 300-1000 m dpl, umumnya terletak di at as batuan vulkanis. 4 Hutan sekunder Terdapat pada daerah bekas penambangan yang tidak terpelihara dan tidak terkena kebakaran Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum, Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan lebat. Soerjani 1997, 2007 melakukan penelitian di lokasi penambangan dapat menemukan jenis flora yang perlu diselamatkan yaitu 1. Dyospyros cauliflora Ebenaceae kayu hitam; 2. Pterospermum sp. Sterculiaceae kayu keras; 3. Pometia pinnata Sapindaceae, dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1. Anoa kecil Bubalus quarlesi; 2. Babirusa Babirousa babirusa; 3. Tarsius tarsius spectrum; 4. Babi hutan sus celebensis; 5. Kera hitam macaca nigra nigrescens . Schenkel dkk 1978 melakukan penelitian keadaan habitat badak di Taman Naional Ujung Kulon. Hasil penelit iannya menyat akan bahwa beberapa bagian dari habitat badak cenderung didominasi oleh langkap Arenga obtusifolia. Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 empat tipe ekosist em ut ama tabel 2.3. Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup t inggi dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangannya ant ara lain : bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, peku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan berkayu yang potensial unt uk usaha kehut anan sepert i; cempaka, kenanga, agathis, kayu hitam, kayu besi, eucalypthus, STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 10 - dan beberapa jenis bambu. Barrie, June 18th, 2007 reported that Corpse flowers or Titan Arum amorphophallus titanum have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province, nort hern Sulawesi I sland. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually bloomed in rainy season. “ I n the rainy season, local residents` plantation areas are usually covered fully by hundreds of ` corpse flowers` , which produce bad smell,”. The local authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist attraction.` Corpse` flowers are found only in I ndonesia` s equatorial tropical rainforests of Sumatra, Kalimantan and Java islands. I t was first discovered in Sumatra by I talian botanist Odoardo Beccari in 1878. Sebagai zona rimba di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis t umbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis t umbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili Orrchide anggrek putih. Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan flora dan satwa fauna yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas endemik Pulau Sulawesi. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti: Palem Matayangan pholidocarpus ihur, kayu hitam diospyros celebica, kayu besi intsia spp., kayu kuning arcangelisia flava, dan bunga bangkai amorphophallus companulatus. Pengunjung juga dapat menemukan satwa khas, seperti: monyet hitam yaki macaca nigra-nigra, monyet dumoga bone macaca nigrescens, tangkasi tarsius spectrum-spectrum, musang sulaw esi macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii, anoa besar bubalus depressicornis, anoa kecil bubalus quarlesi, babirusa babyrousa babirussa celebensis. Tangkasi tarsius spectrum- spectrum. Selain satwa langka jenis di atas, di TNBNW terdapat berbagai jenis burung. Burung maleo macrocephalon adalah salah satu satwa khas endemik yang merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Pada saat telur maleo tersebut menetas, pengunjung dapat menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Anak burung maleo yang baru berumur satu hari tersebut muncul dari dalam tanah atau pasir kemudian berlari di alam bebas dan mengintip induknya yang sedang menggali lubang. Burung maleo macrocephalon salah satu satwa khas endemik yang merupakan maskot kawasan ini. Selain menyaksikan atraksi burung maleo, pengunjung juga dapat menikmati berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, seperti: air terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan atraksi budaya di luar taman nasional ini, yaitu Budaya Baloong Mongondow dan Budaya Gorontalo. Kawasan t aman ini juga sangat STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 11 - cocok unt uk kegiatan berkemah, memancing, berenang, lintas alam, mendaki gunung, foto hunting, dan penelitian ilmu pengetahuan. Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di ant ara dua provinsi, yakni di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara umum, curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm t ahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5 °C hingga 31 °C. Di kawasan ini terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik unt uk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan April sampai dengan September. Taman Nasional Bogani Nani Wart abone t erlet ak di 2 dua yait u Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Secara keseluruhan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wart abone t erdiri at as 3 Seksi yang membawahi 11 Resort , dan khusus wilayah Goront alo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limbot o yang t erdiri at as : Resort Bone Pant ai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu. Kabupaten Bone Bolango mempunyai kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Warta Bone dengan luas ± 110.000 ha, telah ditetapkan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI No. 542 Kpts-I I 99 t entang Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Utara. Penet apan Kawasan ini menjadi kawasan didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosist em dari kawasan t ersebut . Ekosistem yang memiliki karakterist ik yang khas, dapat dit andai oleh ket inggian t empat dari muka laut yang t inggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relat if t inggi, rawan t erhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan sat wa dan ekosist emnya. Kekhasan t ersebut memberikan ket erbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suat u pola pengelolaan yang spesifik. Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis ficus. Jenis-jenis flora sesuai dengan t ipe ekosist emnya dapat dirinci sebagai berikut . Jenis-jenis veget asi di daerah hut an hujan dat aran rendah antara lain adalah: a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp b. Familia Myristicacaae, c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp, e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp f. Familia Sterculiaceae: Scephium sp, Ptersopermum sp dan Heritria sp. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 12 - Jenis-jenis lain yang t umbuh di hut an hujan dat aran rendah pada tanah Alluvial, ant ara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp. Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup t inggi dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangannya ant ara lain : bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, peku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis t umbuhan berkayu yang pot ensial unt uk usaha kehut anan sepert i; cempaka, kenanga, agat his, kayu hit am, kayu besi, eucalypt hus, dan beberapa jenis bambu. Di dalam kawasan TNBNW t erdapat jenis-jenis mamalia endemik dengan t ingkat endemik dengan t ingkat populasi yang t inggi, t ermasuk babi rusa dengan populasi t erbesar yang t ersisa di Sulawesi. Jenis-jenis burung di dalam kawasan juga sangat beraneka, bahkan hampir semua jenis endemik Sulawesi yang berjumlah sekit ar 80 jenis dapat ditemukan. Jenis-jenis fauna lainnya: a. kelompok amfibi, reptil, dan invertebrata. b. Jenis-jenis mamalia yang ditemukan dalam populasi tinggi: c. Anoa besar Bubalus depressicornis d. Anoa kecil Bubalus quarlesi e. Babirusa Babirousa babirusa. Jenis-jenis primat a yang sering dijumpai dalam kelompok-kelompok yang relatif ant ara lain: Macaca nigra; M. Nigriscens; M. Hecki. Sedangkan jenis-jenis lain yang umum ditemukan adalah: t upai Prosciurs sp; tarsius Tarsius spectrum; palm civet Macrogalidia muschenbroekl dan kuskus Phalanger sp. Beberapa ragam jenis kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di ant aranya diduga sebagai jenis endemik Sulawesi. Diperkirakan terdapat 400 jenis pohon, dengan lebih kurang 24 jenis anggrek, 120 jenis epifit, dan 90 jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Jenis pepohonan khas dan langka antara lain adalah kayu hitam Dyospiros spp, kayu besi I ntsia spp, kayu matayangan Pholidocarpus ihur, dan pohon ara pencekik yang menyediakan buah berlimpah bagi banyak satwa. Buah pohon arah adalah makanan utama bagi kera yaki Macaca nigra dan julang sulawesi Rhyticetos cassidix. Selain itu, terdapat beberapa jenis palem seperti palem sarai caryota mitis, palem landak Oncosperma horridum, palem tinggi berdaun kipas Livistona rotundifolia, dan palem liar penghasil gula Arenga spp. Jenis lainnya adalah kantong semar Nephenthes sp dan kayu hitam Dyospiros celebica. Fauna yang sudah diketahui di kawasan ini 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 68 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Jenis-jenis mamalia endemik Pulau Sulawesi yang terdapat di kawasan ini adalah babirusa Babyrousa babyrousa yang bertumbuh STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 13 - seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar Bubalus depresicornus dan anoa kecil Bubalus quar-lesi sering disebut sebagai kerbau kerdil; musang sulawesi Macrogalidia musschenbroeckii yang sulit sekali ditemui; serta kuskus beruang Phalanger ursinus dan kuskus kerdil Phalanger celebensis, satwa ini adalah mamalia bergantung. Jenis primata endemik adalah monyet yaki Macaca nigra dan tarsius atau tangkasi Tarsius spectrum. Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo Macrosephalon maleo, burung ini tidak mengerami telurnya melainkan memendamnya di di dalam tanah dan dibiarkan menetas sendiri karena panas bumi atau pantai. Sedikitnya ada 125 jenis burung dengan 45 jenis di antaranya adalah endemik. Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi Rhyticetos cassidix, burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika.

b. Ka bu pa t e n Gor on t a l o

Kabupaten Gorontalo terlet ak antara 0 19’ - 1 15’ LU dan 121 84’ – 123 26’ BT, terbagi pada 17 kecamatan dengan 200 desa kelurahan definitif 187 desa 12 Kelurahan, 1 desa UPT transmigrasi di Kecamatan Tolinggula dengan pusat pemerintahannya di Limboto. Luas Kabupaten Gorontalo 3.456,98 Km 2 atau 28,30 dari luas Provinsi Gorontalo. Sementara areal terbesar terletak di Kecamatan Sumalata 434,07 Km 2 atau 12,67 dari luas Kabupaten Gorontalo, sedangkan terkecil adalah Kecamatan Batudaa 73,12 Km 2 atau 2,13 dari Kabupaten Gorontalo. Sungai Bionga berada di Desa Biyonga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dengan Panjang Sungai 32,16 Km 2 . Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk V. Sungai Bionga mempunyai kedalaman mencapai 30 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 40 cm, lebar sungai bagian hulu 26,6 m dan bagian hilir 42 m. Kecepatan arus 0,50 m 3 detik bagian hulu dan 0,71 m 3 detik bagian hilir. Bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo Sungai Bionga bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta pariwisata. Aliran Sungai Bionga merupakan suatu kesatuan dari DAS LI mboto. Jenis flora dan fauna yang terdapat di aliran Sungai Bionga berasal dari bagian hulu sampai hilir di Danau Limboto. Pada bagian hulu banyak didominasi oleh jenis kayu-kayuan, sedang bagian hilir banyak didominasi tanaman budidaya. Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka, permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Kekayaan floristic di kabupaten ini termasuk penting di wilayah provinsi. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah provinsi sebagian STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 14 - besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Goront alo. Contoh jenis-jenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Cyanometra Cauliflora Caesalpiniaceae atau Namu-namu, pohon 2. Averrhoa Bilimbi L. Oxalidaceae atau Balimbing Botol, pohon 3. Mangifera Caesia Anacardiaceae atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan Tapa. 4. Nephelium Muabile Sapindaceae atau Rambutan Hutan, pohon, 5. Flacourtia I nermis Flacourtiaceae atau Lobe-lobe, pohon 6. Eugenia Densiflora Myrtaceae atau Molahengo, pohon 7. Antidesma Bunius Euphorbiaceae atau Takuti, pohon 8. Annona Squamosa Annonaceae atau Srikaya, pohon 9. Phyllanthus Acidus Euphorbiaceae atau Tili, pohon 10. Artocarpus Altilis Moraceae atau Amu, pohon 1 1 . Zea Mays Poaceae atau Kikimoputio, herba Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone. Muka air Danau Limboto dapat dipengaruhi kondisi banjir Sungai Bolango dan bahkan banjir Sungai Bone. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan introduksi yang terdapat di danau tersebut. Produksi berbagai jenis ikan : I kan Nila 66,2 t on tahun, I kan Mujair 31,4 ton tahun,I kan Payangga 18,3 ton tahun, I kan Manggabai 19,8 ton tahun. Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya mencapai sekitar 70 dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat, utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling dominan adalah Xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata, Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Kawasan hutan mangrove di wilayah pantai selatan Kabupaten Boalemo seluas 9.570 ha dan di Pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 1.717 ha. Di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba unt uk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis yang STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 15 - paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang melindungi kawasan pantai dari abrasi. Jenis manggrove yang dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek, dilakukan penanaman magrove, jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir. Di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.

c. Ka bu pa t e n Gor on t a l o Ut a r a

Sungai Buladu berada di Desa Buladu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara dengan Panjang Sungai 13,7 Km 2 . Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk V. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Debit sungai 0,64 m 3 detik bagian hulu dan 0,29 m 3 detik bagian hilir. Sungai Buladu merupakan sumber air bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya. Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi yang dikelola unt uk memper-tahankan kondisi lingkungan Daerah Aliran sungai agar tidak t erdegradasi, wilayah ini menyimpan air debit, dan curah hujan dengan tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata Sungai Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta perikanan. Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan, rotan, dan tanaman budidaya. Jenis-jenis kayu memiliki nilai ekonomi yang cukup t inggi sepert i, kayu cempaka, besi, kayu merah, merant i dan nant u. Penebangan yang t idak t erkont rol dari pohon t ersebut dapat mengakibat kan penurunan nilai dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangan. Dilokasi ini juga t erdapat pos mengamat an dan perlindungan jenis t umbuhan dan hewan oleh dinas kehut anan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis pohon yang dominan adalah Nantu Palaquium obtusifolium Burck, Cempaka, Meranti dan Pangi Panggium edule Reinw. Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa Bambu kuning Aren Kelapa Mangga Sukun Nangka, I kan Gabus Belut Lele Payangga Huluu Mujair Nike, Mikrozoobentos Siput air Kepiting Udang Keong.

d. Ka bu pa t e n Boa l e m o

Provinsi Gorontalo di bidang kehutanan, memiliki potensi seluas ± 824.668 hektar yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Hutan yang belum dimanfaatkan ± 82.431 ha. I nvestasi di bidang kehutanan yang prospektif adalah pengembangan hutan tanaman industri STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 16 - pada areal tertentu terutama untuk pengembangan kayu jati. Luas areal perkebunan 27.150 Ha, yang tersebar di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sebesar 3.681 Ha serta Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato sebesar 23.166 Ha. Dari luasan tersebut sudah dimanfaatkan untuk pengembangan 12 komoditi perkebunan : Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Kopi, Cassiavera, Pala, Vanili, Aren, Cengkeh, Lada, Tebu, Kemiri. Kabupaten Boalemo memiliki wilayah wisata, misalnya di lokasi Pantai Boalemo I ndah terletak di Kecamatan Batumoito pada jarak lebih kurang 30 Km dari kota Tilamuta. Wilayah ini memiliki pantai yang datar, pasir putih dan airnya yang jernih. Di pantai ini terdapat penginapan dan warung makan. Obyek lainnya, Pantai Marisa yang terletak di Desa Marisa, Kecamatan Marisa; 30 menit dari kota Marissa. Kondisi laut di tempat ini cukup bersih dengan ombak kecil dan air dangkal. Cagar alam juga menjadi daya tarik wisata Gorontalo yaitu Cagar Alam Tangole di desa Labanu, Kecamatan Tibawa di tepi jalan trans Sulawesi. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan umum roda empat. Di tempat ini terdapat bermacam pohon hut an tropis dan menjadi habitat berbagai hewan khas Sulawesi. Tempat yang menjadi lokasi penelitian flora dan fauna ini memiliki panorama alam yang indah. Cagar Alam Panua terletak di desa Libuo, Kecamatan Paguat di tepi jalan Trans Sulawesi. Cagar alam ini merupakan hutan alam yang memiliki pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih. Selain untuk tempat wisata , tempat ini juga digunakan unt uk penelitian burung maleo. e . Ka bu pa t e n Poh u w a t o Sungai Taluduyunu berada di desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk U lebar sampai U dengan pola aliran Orientasi di Peta. Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m 3 detik bagian hulu dan 1,17 m 3 detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m 3 detik bagian hilir 23,4 m 3 detik. Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi perkebunan jagung rakyat dan t anaman t ebu oleh masyarakat . Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan : Agatis, Nant u, Jati, dan Rotan serta tanaman budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo panua. Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 17 - Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga tegakan hutan menjadi pulih kembali.

C. AI R